Hidayatullah.com–Sembilan hari menjelang pelantikan, perseteruan antara Donald Trump dan dinas rahasia Amerika Serikat semakin memanas. Dalam sebuah jumpa pers di New York, presiden terpilih itu menuding komunitas intelijen negaranya melakukan praktik serupa NAZI.
Tuduhan tersebut diungkapkan menyusul kebocoran informasi rahasia mengenai kedekatannya dengan Rusia.
Sebelumnya sebuah media online kenamaan Buzzfeed mempublikasikan dokumen setebal 35 halaman, antara lain berisikan petualangan seksual Trump di Moskow, Rusia, yang melibatkan pelacur. Sejauh ini tidak ada bukti yang memastikan kebenaran informasi tersebut.
“Saya kira adalah hal yang memalukan bahwa dinas rahasia membiarkan (penyebaran) informasi palsu. Saya kira hal semacam itu biasa dilakukan NAZI Jerman,” pungkasnya dikutip DW.
Mereka yang berusaha mengetahui terutama akan menemukan satu hal: ketidakjelasan. Kekayaan totalnya tidak bisa diketahui secara pasti. Tidak ada sorotan atas hal ini ketika ia mengadakan kampanye untuk jari presiden, karena berbeda dengan calon presiden lainnya, Trump tidak mempublikasikan pernyataan bayar pajak.
Namun begitu Trump yang sebelumnya sempat bertemu komunitas intelijen mengakui, bahwa Moskow menggalang serangan siber terhadap Komite Nasional Partai Demokrat selama masa pemilihan umum kepresidenan 2016.
“Saya kira yang melakukan adalah Rusia,” ujarnya. Namun Trump menganggap serangan tersebut bukan hal yang mengejutkan dan cendrung menghasilkan hal yang baik.
Friksi Trump dengan dinas intelejen
Komentar pedas Trump tersebut diyakini sejumlah pengamat politik, akan membebani hubungan Gedung Putih dengan dinas intelijen seperti CIA atau NSA. Direktur Badan Intelijen Nasional, James Clapper, mengatakan dirinya telah berbicara dengan Trump pada Rabu (11/01/2017) sore, untuk menekankan kebocoran dokumen bukan berasal dari komunitas dinas rahasia.
“Saya mengungkapkan keterkejutan atas kebocoran yang muncul di media dan kami berdua sepakat hal itu sangat berbahaya untuk keamanan nasional,” ujar Clapper.
Trump sendiri menyebut informasi tersebut sebagai “berita palsu.” Clapper juga sekali lagi menegaskan dokumen itu tidak disusun oleh dinas intelijen AS.
Kisruh seputar presiden baru AS itu berawal dari publikasi oleh stasiun televisi CNN dan situs Buzzfeed.
Dokumen tersebut disusun oleh bekas agen dinas rahasia Inggris sebagai bagian dari kampanye anti Trump selama pemilu kepresidenan. Informasi di dalamnya juga memuat dugaan bahwa dinas rahasia Rusia, FSB, menyimpan bukti skandal yang bisa digunakan buat memeras Donald Trump.
Namun Trump sebaliknya bersikeras, kedekatannya dengan Rusia bukan hal yang merugikan.
“Jika Putin suka Donald Trump,” ujarnya, “saya melihatnya sebagai aset, bukan aib.”
Tolak Pelantikan
Sementara itu, hari Sabtu, para aktivis hak-hak sipil AS, bersumpah akan terus berjuang mempertahnkan hak pilih dan keadilan hukum selama Donald Trump menjadi presiden dalam demonstrasi sepekan sampai presiden terpilih asal Partai Republik itu dilantik Jumat pekan depan.
Sekitar 2.000 demonstran yang sebagian besar kulit hitam mengabaikan hujan untuk berpawai dekat Martin Luther King Jr. Memorial di Washington, di tengah seruan pada koordinator lapangan untuk memperjuangkan hak-hak minoritas dan undang-undang pelayanan kesehatan yang ditandatangani Presiden Barack Obama namun berusaha dicabut kembali oleh Trump.
Kakek Donald Trump Pindah ke Amerika karena Diusir dari Jerman
Pendeta sekaligus aktivis Al Sharpton yang juga penyelenggara demonstrasi serta pemimpin hak-hak sipil, menyatakan Demokrat di Kongres perlu mengirimkan sinyal yang jelas dengan tidak menjadi pengecut.
“Kita bergerak diiringi hujan karena kita ingin bangsa ini paham bahwa apa yang sudah diperjuangkan dan didapatkan, adalah yang Anda lebih perlukan ketimbang satu Pemilu untuk membalikkannya,” kata Al Sharpton.*