ALLAH Subhanahu Wa Ta’ala menekankan dalam ayat-ayat Al-Qur’an bahwa akhlak ilahiyah harus diaplikasikan ke dalam setiap bagian hidup seorang mukmin sejati. Seseorang harus hidup sebagai orang mukmin, berbicara dan berpikir sebagai seorang mukmin. Sejak saat ia membuka matanya di pagi hari hingga saat ia tidur di malam hari. Ia harus berusaha menuju kesucian, berniat untuk selalu menggunakan kesadaran dan kemauannya dengan sebaik-baiknya hingga akhir nanti.
Sebagian orang berusaha untuk membatasi agama pada ritual-ritual tertentu. Mereka yakin bahwa kehidupan spiritual mereka harus dipisahkan dari kehidupan dunia. Entah bagaimana, mereka melihat ide tersebut logis dan masuk akal. Mereka mengingat Allah dan hari akhir hanya saat mereka melakukan shalat, puasa, bersedekah, atau ketika melakukan haji. Di waktu lain, mereka berbawa kepada kerumitan urusan dunia. Mereka melupakan Allah dan balasan yang akan diterimanya di hari pembalasan. Mereka tidak peduli pada usaha untuk menggapai ridha Allah dan gagal berjuang hingga akhirnya.
Mereka tidak menyadari bahwa mereka juga diharapkan untuk berpikir agamis pada saat berjalan, makan, bekerja di kantor, berolah raga, berbicara dengan orang lain, melakukan transaksi, menonton televisi, berbicara tentang politik, mendengarkan musik, dan sebagainya. Saat mereka mengira bahwa hal-hal tersebut hanyalah masalah duniawi, mereka cenderung percaya bahwa rencana-rencana mereka pun seharusnya bersifat keduniawian. Akan tetapi, seseorang dapat menyempurnakan akhlaknya sesuai dengan Al-Qur’an dan mendapatkan keikhlasan saat berhubungan dengan hal-hal tersebut di atas.
Ia dapat menunjukkan perhatian dalam tugas-tugasnya dan penuh perhatian saat berbicara dengan orang lain, makan, berolah raga, bersekolah, bekerja, tengah membersihkan sesuatu, menonton TV, atau mendengarkan musik. Ia harus berusaha mendapatkan berkah Allah saat melakukan semua aktivitas tersebut.
Semua tingkah laku yang menjadikan Allah ridha dijelaskan secara rinci dalam banyak ayat Al-Qur’an. Banyak rincian tentang bagaimana berbuat adil dalam jual beli, tidak mengambil harta yang tidak halal, dan sebagainya, telah dijelaskan di dalam Al-Qur’an. Ini pertanda seseorang hidup dengan rasa takut kepada Allah dan melakukan perbuatan sesuai dengan ayat-ayat tersebut, ia melakukan jual beli untuk memenuhi keridhaan dan keikhlasan kepada Allah.
Demikian pula, menahan diri dari perkataan kotor, tidak tinggal diam ketika orang lain menghina Al-Qur’an, dan berbicara dengan jujur dan bijaksana, semua itu adalah bagian dari akhlak agung yang disebutkan di dalam Al-Qur’an. Karena itulah, seharusnya tidak ada seorang pun yang salah mengartikan bahwa agama hanyalah terdiri atas ritual-ritual agama dan bahwa keikhlasan hanya bisa didapatkan dengan melakukan ritual-ritual tersebut.
Karena rumitnya kehidupan duniawi kita, manusia harus bertanggung jawab untuk terlibat dalam berbagai hal. Yang penting adalah bahwa seseorang harus selalu menempatkan Allah di dalam setiap perbuatannya, tidak mengorbankan ajaran moral Al-Qur’an, serta menjaga kesuciannya.*/Sudirman STAIL (sumber buku: Keikhlasan Dalam Paparan Al-Qur’an, penulis: Harun Yahya)