Hidayatullah.com—Seorang pria Iraq yang ditolak permohonan suakanya oleh negara Finlandia telah ditewas ditembak hanya beberapa pekan dia kembali ke Iraq, lapor lembaga penyiaran publik Finlandia YLE.
Dilansir Euronews Senin (19/2/2018), Ali disebut-sebut mencari perlindungan ke Finlandia karena dia merupakan peneliti kasus-kasus hak asasi manusia dan korupsi yang tidak “mempan disuap”. Dalam sebuah dokumenter yang ditayangkan YLE awal 2017, Ali mengatakan dirinya dianggap dapat membahayakan orang-orang yang terlibat korupsi di Iraq.
Sertifikat kematian dan laporan yang didapat YLE menyebutkan Ali ditembak tiga kali oleh sekelompok orang bersenjata yang menaiki truk pada 17 Desember 2017. Mayatnya ditemukan oleh ayahnya berada di sebuah rumah sakit di Baghdad.
Anak perempuan Ali, Noor, sangat yakin ayahnya dibunuh oleh orang-orang yang sama yang membuatnya terpaksa meninggalkan Iraq untuk mencari suaka ke Finlandia pada tahun 2015.
Noor mengatakan ayahnya kembali ke Iraq untuk kunjungan singkat, dan dia terlalu sibuk untuk berbicara di telepon. Kata-kata terakhir yang sempat ditulisnya di kolom pesan di Facebook berbunyi, “Anak ayah tersayang, saya harap engkau baik-baik saja, jangan khawatir, saya tiba dengan selamat. Jaga dirimu dan anak-anak perempuanmu, kalian kuat dan kalian bisa mengatasinya.”
Sekarang, Noor mengaku takut akan nasib dirinya dan anak-anaknya –yang terlahir di Finlandia– setelah permohonan suaka mereka juga ditolak oleh pemerintah setempat.
Menurut organisasi PBB untuk urusan pengungsi, UNHCR, tahun lalu Finlandia mengeluarkan putusan untuk 9.565 pemohon suaka dari orang Iraq, yang hampir setengahnya ditolak.
Badan keimigrasian Finlandia, Migri, menyebut kasus Ali tragis dan pihaknya tidak mengetahui perihal kematiannya sampai kasusnya dikabarkan di media.
Migri membela diri dengan mengatakan pihaknya tidak bisa memantau kejadian-kejadian di luar wilayah Finlandia, dan pihak berwenang Finlandia juga tidak memiliki kewenangan untuk melacak keadaan warga negara asing setelah keluar dari wilayahnya.
Migri mengatakan pihaknya membuat keputusan untuk memulangkan pencari suaka ke negara asalnya berdasarkan informasi yang mereka miliki ketika keputusan dibuat.*