Hidayatullah.com–Abdul Basit Al Megrahi, orang yang dinyatakan terlibat dalam pemboman Lockerbie tahun 1988, mengatakan bahwa perannya dalam peristiwa itu dilebih-lebihkan. Dan kebenaran tentang tuduhan keterlibatan dirinya akan segera diungkap.
Megrahi dibebaskan dari penjara di Skotlandia dua tahun lalu dengan alasan kesehatan terkait penyakit kanker yang menggerogoti tubuhnya.
“Fakta (tentang pemboman Lockerbie) akan jelas suatu hari nanti dan mudah-mudahnya dalam waktu dekat ini. Dalam beberapa bulan dari sekarang, Anda akan melihat fakta-fakta baru yang akan diungkapkan,” katanya kepada Televisi Reuters, seperti dilansir Al Arabiya, Senin (03/10/2011).
Dalam wawancara tersebut, Megrahi terlihat lemah dan berbicara dengan nafas berat. Di samping tempat tidur dalam kamar rumahnya di Tripoli itu terdapat tabung oksigen. Tapi, selama wawancara ia tidak menggunakannya. Di belakangnya terdengar suara dari alat-alat medis pemantau kondisi Megrahi.
“(Negara) Barat melebih-lebihkan nama saya. Mohon tinggalkan saya sendiri. Saya hanya tinggal punya waktu beberapa hari, pekan atau bulan,” katanya.
Megrahi dinyatakan bersalah terlibat dalam pemboman pesawat Pan Am 103, saat terbang dari London menuju New York pada 21 Desember 1988. Seluruh 259 orang yang berada di atas pesawat tewas, begitu pula 11 orang lain yang berada di darat di daerah Lockerbie akibat terkena reruntuhan.
“Semua pekerjaan saya sifatnya administratif. Saya tidak pernah melukai rakyat Libya,” katanya. “Saya tidak melukai seorang pun. Saya tidak pernah melukai orang selama hidup saya,” kata Megrahi, yang pernah berdinas di intelijen Libya saat Muammar Qadhafi berkuasa.
Megrahi menyebut pengadilan atas dirinya di Belanda atas yuridiksi Skotlandia dulu adalah sebuah lelucon.
“Pengadilan Camp Zeist adalah tempat terkecil di dunia yang jumlah pembohongnya paling banyak. Saya menderita karena para pendusta di Pengadilan Camp Zeist, lebih dari yang bisa Anda bayangkan,” katanya.
Ingin mati di rumah
Dalam wawancara itu, Megrahi mengatakan bahwa Jim Swire, ayah dari salah satu korban Lockerbie yang tidak percaya temuan di pengadilan, masih melakukan kontak dengan dirinya.
“Kemarin lusa, Dr. Swire mengirimi saya email mengatakan bahwa ada obat baru. Dia mencoba membantu saya. Dia menceritakan bagaimana cara mendapatkan obat itu.”
Megrahi mengaku tidak tahu tentang penggulingan rezim Muammar Qadhafi.
“Saya tidak tahu apapun tentang 17 Februari … hal itu tidak penting buat orang sakit,” katanya. “Saya mendengar suara pesawat terbang tiap hari.”
“Rumah saya dijarah. Mereka mendobrak pintu utama dan mencuri mobil saya.”
Setibanya di Libya dari penjara Skotlandia, Megrahi mengaku tidak mendapatkan perawatan medis semestinya.
“Saya diperlakukan sangat buruk ketika pulang. Dalam kejadian terakhir, khususnya bulan lalu, saya kehabisan semua obat. Dokter saya bilang agar berobat seperti orang lainnya, meskipun ada perjanjian antara kami dengan Inggris,” katanya. “Obat saya tinggal empat pil.”
“Saya ingin meninggal di rumah, di antara keluarga saya. Saya berharap pada Tuhan semoga saya bisa melihat negara saya bersatu, tidak ada perang. Saya berharap pertumpahan darah di Libya segera usai. Saya berharap yang terbaik untuk negara saya.”
Dewan Transisi Nasional, kelompok pemberontak yang kini menguasai pemerintahan Libya, pekan lalu mengatakan akan bekerjasama dengan pemerintah Skotlandia guna mencari tersangka lain yang mungkin teribat dalam pemboman Lockerbie.
Dewan Transisi Nasional sebelumnya mengatakan kasus itu ditutup dan jika ada penyelidikan apapun tidak akan melibatkan Megrahi. Ketua Dewan Transisi Nasional Mustafa Abdul Jalil juga pernah mengaku memiliki bukti keterlibatan Muammar Qadhafi.*