Hidayatullah.com–Setidaknya lima warga ‘Israel’ terluka akibat pecahan peluru meriam pada Selasa, ketika roket-roket ditembakkan dari Jalur Gaza ke permukiman illegal Yahudi di Eshkol, selatan ‘Israel’ hari Selasa (29/05/2018), menurut laporan media ‘Israel’ dikutip Anadolu Agency.
Dua faksi pejuang Islam Palestina, Hamas dan Jihad Islam mengaku bertanggung jawab atas serangan balasan ini.
“Lima warga ‘Israel’ terluka, empat di antaranya karena pecahan peluru meriam,” lapor media online ‘Israel’, Haaretz, menambahkan bahwa militer ‘Israel’ “menyebut insiden ini sebagai yang terparah sejak perang ‘Israel’-Gaza pada 2014.”
“Kebanyakan proyektil peluru dihancurkan oleh sistem pertahanan misil Iron Dome,” tambah Haaretz.
Sebelumnya pada Selasa, media online ‘Israel’ Walla melaporkan bahwa setidaknya satu orang ‘Israel’ terluka “kritis”. Sumber senior dari pemerintahan juga berkata kepada Walla bahwa ‘Israel’ tidak ingin meningkatkan ketegangan di Gaza, namun akan merespons tembakan roket ini dengan tegas.
Baca: Dua Remaja Gaza Gugur oleh Serangan Jet Tempur Israel sejak Sabtu
Pasukan bersenjata berkata setidaknya dua dari roket tersebut jatuh di area terbuka di Dewan Regional Eshkol, sehingga tak menyebabkan korban maupun kerusakan.
Seorang juru bicara angkatan bersenjata sebelumnya berkata bahwa pesawat perang ‘Israel’ menyerang 35 titik markas gerakan perlawanan — termasuk dua terowongan lintas perbatasan — di sepanjang Jalur Gaza, tuli Anadolu.
Dalam pernyataan bersama, Brigade Izzudin al-Qassam, sayap militer Hamas Palestina, bersama Brigade Saraya al-Quds, sayap militer Gerakan Jihad Islam Palestina, mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut.
Serangan yang mereka lakukan dijabarkan sebagai “lusinan tembakan misil roket sepanjang hari pada Selasa,” tulis pernyataan itu.
Gerakan perlawanan Islam Hamas menegaskan, tembakan roket hari Selasa ke sejumlah target ‘Israel’ sebagai “respon wajar atas kejahatan-kejahatan ‘Israel’”.
Juru bicara Hamas Fawzi Barhoum menyatakan, penjajah Zionis ‘Israel’ bertanggung jawab penuh atas semua serangan yang mereka lakukan terhadap masyarakat dan perlawanan mereka di Jalur Gaza.
Insiden itu terjadi beberapa jam setelah pesawat-pesawat tempur ‘Israel’ menargetkan sejumlah titik perlawanan milik Hamas dan Jihad Islam. Sebuah sekolah menengah juga menjadi target serangan penjajah Zionis.
Sementara itu, hari Rabu (30/05/2018) pagi dini hari saling gempur antara kelompok perlawanan Palestina di Jalur Gaza dan militer penjajah masih terus berlangsung.
Di saat yang sama tersiar kabar tentang kesepakatan yang kemungkinan disponsori oleh Mesir untuk menghentikan serangan.
Israel Katz, Menteri Intelijen Israel, mengatakan serangan ini dinilai lebih dekat dengan Perang Gaza dalam serangan bersandi Operation Protective Edge yang oleh Mujahidin Gaza diberi nama “Perang ‘Ashful Ma’kul” (Dedaunan Dimakan Ulat) berjalan 9 hari di tahun 2014.
“Kami adalah orang-orang yang paling dekat dengan ambang perang sejak Operasi Protective Edge.
“Kami tidak menginginkannya, dan pihak lain juga tidak, tapi kami memiliki garis merah,” ujar Katz dikutip laman Standart.
Sebaliknya media-media ‘Israel’ pada tengah malam melaporkan bahwa agresi luas ke Jalur Gaza telah disetujui oleh militer Zionis yang akan dimulai selepas tengah malam waktu setempat, tulis PalInfo.
Sementara itu, Brigade al-Qassam dan Brigade al-Quds memperingatkan bahwa serangan ‘Israel’ ke Jalur Gaza akan dihadapi dengan gempuran, darah dibayar dengan darah, semua opsi terbuka.
Di sisi lain, Brigade Nashir Shalahuddin juga menyatakan bertanggung jawab telah menggempur permukiman-permukiman Yahudi dekat Jalur Gaza dengan puluhan mortar, membuat sirine peringatan berbunyi berulang-ulang di puluhan kompleks permukiman Yahudi dekat Gaza. Yang paling jauh adalah kota Ovikim di utara Nagev, yang berjarak lebih dari 25 kilometer dari Jalur Gaza.*