Hidayatullah.com– Menjadi saksi pada persidangan, apalagi di Mahkamah Konstitusi (MK), bukan persoalan mudah. Apalagi menjadi saksi sebuah perkara yang menjadi sorotan publik dan melibatkan berbagai kepentingan secara nasional bahkan mungkin internasional.
Kurang lebih begitulah yang dirasakan saksi-saksi dari pihak paslon capres-cawapres nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno sebagai pemohon gugatan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum (PHPU) Pilpres 2019.
Apalagi, adanya ancaman dan tantangan yang menghantui para saksi 02, menuntut mereka untuk bernyali besar dalam memberikan kesaksian pada persidangan di Gedung MK, Jakarta. Lebih-lebih, yang mereka hadapi merupakan kubu kandidat petahana capres 01 Joko Widodo, yang notabene memiliki akses di semua sumber daya negara.
Walau demikian, saksi fakta dan saksi ahli kubu 02 tak gentar datang ke MK dalam menyampaikan keterangan mereka di hadapan para hakim konstitusi. Sejauh ini, hingga Kamis (20/06/2019), sudah empat kali sidang gugatan Pilpres 2019 digelar.
Baca: Di Sidang MK, Caleg PBB Ungkap Pelatihan Saksi TKN Ajarkan Kecurangan
Salah seorang saksi 02, Said Didu menceritakan, saksi Prabowo-Sandi ibarat harus berjuang sendiri dalam banyak hal. Bahkan, tutur mantan Sekretaris Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ini, untuk menuju Gedung MK di Jl Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat pun, mereka harus menempuhnya dengan perjuangan. Sebab, jalan diblokir dan hanya bisa berjalan kaki dengan jarak cukup jauh.
“Alhamdulillah masih ada (saksi) yang bersedia dengan risiko dan pengorbanan yang tinggi,” ungkap Said Didu di Jakarta, Kamis (20/06/2019).
Bukan hanya itu. Semua komunikasi para saksi tersebut harus diputus. Saat akan memasuki Gedung MK, para saksi diperiksa hingga steril. Para saksi diwajibkan masuk ruang isolasi setelah ponsel mereka pun wajib dititipkan.
Said Didu mengungkapkan, “Sebanyak 17 orang saksi dikumpulkan di ruangan sangat sempit dimana normalnya hanya bisa menampung delapan orang dengan penjagaan sangat ketat.”
Lebih-lebih kalau sidang diskors dan tim hukum bergabung, ruangan itu dipastikan menampung sekitar 25 orang. Said Didu mengaku, untuk bernapas di dalam ruangan itu saja, ia merasa udara sangat kurang. Keadaan seperti itu menurutnya layaknya tahanan jahat yang penuh dosa sedang mendekam dalam bui.
Bahkan, tuturnya, di dalam ruangan pun kadang pengawas masuk menjaga.
“Kami semua dijaga bahkan ke toilet pun kami didampingi,” ungkapnya.
Baca: Saksi 02 Ungkap Ketidaknetralan Kepala Daerah Jateng hingga Ancaman Preman
Said Didu bertutur, pendampingan seperti itu pernah dirasakannya ketika transit di Bandara San Fransisco, Amerika Serikat (AS), menuju Kolombia, beberapa tahun lalu. Berhubung tidak memiliki visa AS, Said Didu selalu didampingi petugas selama di bandara. Ia merasa pendampingan tersebut sangat tidak nyaman.
Said Didu menyebut bahwa banyak saksi Prabowo-Sandi yang datang membawa kitab suci Al-Qur’an ke Gedung MK. Hal ini pun menjadi kesyukuran tersendiri baginya.
“Para saksi menunggu giliran sejak pagi. Alhamdulillahi rabbilalamiin, para saksi di saat menunggu giliran mereka zikir, mengaji Al-Qur’an. Banyak saksi yang membawa Al-Qur’an,” ungkapnya.
Sadi Didu bercerita. Saat berada di ruangan khusus para saksi, ada obrolan-obrolan menarik di antara mereka. Misalnya, setiap kali saksi mendapat giliran memberikan keterangan, mereka seolah-olah sedang dipanggil malaikat maut. Sebab, setelah menjadi saksi dalam persidangan, mereka tak boleh kembali ruang isolasi dan tak boleh bertemu lagi dengan saksi lain.
Kata dia, setiap saksi yang mendapat giliran bersaksi, sebelum meninggalkan ruang isolasi, semua berdoa bersama. “Dan mengumandangkan ‘Allahu Akbar’.”
Ia mengungkapkan bahwa para saksi tersebut baru mengenal satu sama lain. “Tetapi kami merasakan kebersamaan yang cukup erat senasib sepenanggungan untuk memperjuangkan kebenaran,” ungkapnya.
Baca: Saksi BPN Ungkap DPT Invalid di Sidang MK, Mengaku Pernah Diancam
Selain itu, Said Didu mengaku terharu oleh latar belakang para saksi. Misalnya, ada mahasiswa asal Semarang, Jawa Tengah, yang besoknya harus ujian skripsi dan sedang sakit.
Ada pula saksi, seorang ibu, dimana anaknya sedang kecelakaan dan infonya luka parah tapi tidak bisa komunikasi karena semua komunikasi harus ditutup saat di MK.
“Ibu itu selalu pasrah bahwa Allah akan menolong dia dan anaknya tidak terlihat rasa gundah,” ungkapnya.
Semua saksi 02 itu menularkan semangat bahwa Allah akan memberikan pertolongan. Bahkan, mereka bergantian saling memijat guna melepaskan rasa pegal dan penat.
Nah, waktu shalat adalah yang ditunggu-tunggu para saksi. Pasalnya, mereka akan keluar dari ruang isolasi tadi, lalu masuk ke ruangan lebih besar. Begitu hendak shalat, semua saksi dikumpulkan lalu digiring ke tempat shalat. Usai shalat, mereka wajib kembali ke ruang isolasi.
Bagaimana mengenai makan mereka?
“Makanan dan minuman pun mencari sendiri. Sementara di lokasi tidak tersedia penjual makanan,” sebutnya.
Baca: Ungkap Kelemahan Situng KPU, Saksi Ahli Hermansyah Merasa Terancam
Said Didu pun berseloroh dan membayangkan, saksi dan petugas termohon yaitu Komisi Pemilihan Umum (KPU) jauh lebih nyaman karena semua aktivitas dibiayai oleh APBN. Sementara, sebutnya, saksi dari 02 datang murni atas biaya dan keinginan sendiri.
“Kesaksian dan keberanian mereka hanya dijamin oleh Allah. Semua saksi seakan yakin bahwa inilah kesempatan berjihad untuk menegakkan kebenaran dan menghentikan kecurangan di negeri ini. Mereka hanya mengharapkan ridha Allah Subhanahu Wata’ala,” ungkapnya.* INI-Net