Hidayatullah.com– Gerhana bulan akan terjadi pada penghujung malam ini tepatnya Rabu dinihari (17/07/2019). Bagi umat Islam, dianjurkan menyikapi fenomena alam bukti kekuasaan Allah tersebut dengan mendirikan shalat sunnah gerhana bulan atau shalat khusuful qamar.
Berbagai masjid di berbagai daerah siap menggelar shalat gerhana. BMKG menyebutkan, gerhana bulan sebagian akan dimulai pada pukul 03.01 WIB, puncaknya pukul 04.30 WIB, dan berakhir pada 6.00 WIB.
Ajakan untuk menunaikan shalat gerhana pun cukup banyak beredar di media sosial. Masjid Baitul Karim di Jl Cipinang Cempedak 1, Polonia, Jakarta Timur, misalnya, siap menggelar shalat gerhana pada Rabu dinihari.
Berdasarkan undangan yang disebarkan pihak pengurus masjid dan diterima hidayatullah.com pada Selasa (16/06/2019), shalat gerhana di Masjid Baitul Karim diagendakan berlangsung pada pukul 03.30 WIB sampai selesai.
Begitu pula di Masjid Ummul Quraa, Jl Raya Kalimulya, Cilodong, Depok, Jawa Barat, akan digelar shalat gerhana bulan. Shalat juga akan dimulai pukul 03.30 WIB.
Pengurus di kedua masjid tersebut mengundang masyarakat umum untuk mengikuti shalat gerhana bulan.
“Disediakan tempat untuk akhwat/ummahat,” bunyi keterangan pada undangan shalat gerhana dari DKM Masjid Ummul Quraa, Selasa.
Informasi dihimpun hidayatullah.com, masjid-masjid lainnya juga akan menyelenggarakan shalat gerhana bulan pada Rabu dinihari. Antara lain Masjid Jakarta Islamic Center (JIC) siap menggelar shalat gerhana bulan menjelang subuh, Rabu (17/07/2019) bersamaan akan terjadi gerhana bulan dalam durasi 2 jam 58 menit.
”Umat Islam dianjurkan, disunnahkan untuk melaksanakan shalat sunnah gerhana bulan (khusuf) dan mendengarkan khutbah gerhana, walau gerhananya hanya terjadi sebagian saja,” ujar Kepala Divisi Pengkajian dan Pendidikan Jakarta Islamic Centre (JIC), Rakhmad Zailani Kiki melalui siaran pers di Jakarta, Selasa.
Di JIC, shalat gerhana bulan dilakukan sebelum shalat subuh, dengan imam Ustadz Madinah dan khatib KH Ma`arif Fuadi.
Sebelumnya diprediksi pada tanggal 17 Juli 2019 akan terjadi gerhana bulan atau khusuful qamar. Dirjen Bimas Islam Kementerian Agama, Muhammadiyah Amin,, mengatakan bahwa kawasan Indonesia barat dan tengah dapat mengamati gerhana bulan ini.
Yusuf, salah seorang warga Tanjungpinang, Kepulauan Riau, sejak Selasa sore mencari informasi dimana lokasi shalat gerhana bulan. Namun sepertinya belum banyak yang mengetahui bahwa subuh nanti akan terjadi gerhana bulan.
“Ini fenomena yang langka sehingga saya ingin melaksanakan shalat gerhana bulan,” ujarnya kutip Antaranews.com.
Diperkirakan, awal gerhana terjadi mulai pukul 03.01-05:59 WIB. “Puncak gerhana akan terjadi pada pukul 04:30 WIB,” ujarnya di Jakarta, Senin (15/07/2019) dalam siaran persnya.
Kemenag pun mengajak umat Islam untuk melaksanakan shalat gerhana atau shalat khusuf.
Ditjen Bimas Islam telah menerbitkan seruan kepada para Kepala Kanwil Kemenag agar menginstruksikan Kepala Bidang Urusan Agama Islam/Kepala Bidang Bimas Islam/Pembimbing Syariah, Kepala Kemenag Kabupaten/Kota, dan Kepala KUA untuk bersama para ulama, pimpinan ormas Islam, imam masjid, aparatur pemerintah daerah dan masyarakat untuk melaksanakan shalat gerhana bulan parsial di wilayahnya masing-masing.
“Pelaksanaan shalat gerhana disesuaikan dengan situasi dan kondisi daerahnya masing-masing,” ujar Dirjen Bimas Islam Muhammadiyah Amin.
Kemenag pun mengimbau masyarakat agar memperbanyak zikir, istighfar, sedekah, dan amal saleh lainnya, serta mendoakan keselamatan dan kemajuan bangsa.
Tatacara Shalat Gerhana
Adapun tatacara shalat gerhana, jelas Bimas Islam, adalah sebagai berikut:
a. Berniat di dalam hati;
b. Takbiratul ihram, yaitu bertakbir sebagaimana shalat biasa;
c. Membaca do’a iftitah dan berta’awudz, kemudian membaca Surat Al Fatihah dilanjutkan membaca surat yang panjang (seperti surat Al Baqarah) sambil dijaharkan (dikeraskan suaranya, bukan lirih) sebagaimana terdapat dalam hadits dari Aisyah (HR Bukhari No 1065 dan Muslim No 901): “Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menjaharkan (mengeraskan) bacaannya ketika shalat gerhana.”
d. Kemudian ruku’ sambil memanjangkannya;
e. Kemudian bangkit dari ruku’ (i’tidal) sambil mengucapkan “Sami’allahu Liman Hamidah, Rabbana Wa Lakal Hamd”;
f. Setelah i’tidal ini tidak langsung sujud, namun dilanjutkan dengan membaca Surat Al Fatihah dan surat yang panjang. Berdiri yang kedua ini lebih singkat dari yang pertama;
g. Kemudian ruku’ kembali (ruku’ kedua) yang panjangnya lebih pendek dari ruku’ sebelumnya;
h. Kemudian bangkit dari ruku’ (i’tidal);
i. Kemudian sujud yang panjangnya sebagaimana ruku’, lalu duduk di antara dua sujud kemudian sujud kembali;
j. Kemudian bangkit dari sujud lalu mengerjakan rakaat kedua sebagaimana raka’at pertama hanya saja bacaan dan gerakan-gerakannya lebih singkat dari sebelumnya;
k. Salam.
Setelah itu, jelas Bimas Islam, imam menyampaikan khutbah kepada para jamaah yang berisi anjuran untuk berdzikir, berdo’a, beristighfar, dan bersedekah.*