Hidayatullah.com | RAMADHAN adalah bulan diturunkannya al-Qur`an. Imam al-Bukhari meriwayatkan dalam Shahih-nya bahwa di tiap tahunnya Jibril AS membacakan al-Qur`an kepada Rasulullah ﷺ. Itu dilakukan di tiap-tiap malam selama Ramadhan.
Berpedoman dengan Hadits di atas, al-Hafizh Ibnu Hajar berpendapat bahwa terus-menerus membaca al-Qur`an di bulan Ramadhan akan menambah kemuliaan bulan itu. (Fath al-Bari, 9/52).
Karena itulah, para salafush-shaleh amat memperhatikan amalan membaca al-Qur`an di bulan yang mulia itu. Mereka bahkan mencurahkan seluruh kemampuan dalam melaksanakannya.
Sebagaimana dilakukan oleh Sayyidah ‘Aisyah RA, di saat bulan Ramadhan beliau memulai membaca al-Qur`an sejak awal siang.
Hal yang sama dilakukan oleh para tabi’in, contohnya Zubaid bin Harits al-Yami (122 H). Jika tiba bulan Ramadhan, maka ia menyediakan al-Qur`an dan mengundang para sahabatnya. (Lathaif al-Ma’arif, 319).
Aswad bin Yazid an-Nakha’i al-Kufi mampu mengkhatamkan al-Qur`an dalam bulan Ramadhan setiap dua hari. Ia tidur hanya di waktu antara maghrib dan isya’. Sedangkan di luar Ramadhan, Aswad mengkhatamkan al-Qur`an dalam waktu enam hari.
Ada pula Qatadah bin Diamah. Dalam hari-hari “biasa”, tabi’in ini mengkhatamkan al-Qur`an sekali tiap pekan. Tetapi tatkala Ramadhan, ia mengkhatamkan Kitabullah sekali dalam tiga hari. Apabila datang sepuluh hari terakhir, beliau mengkhatamkannya sekali dalam semalam. (Hilyah al-Auliya, 2/224 dan 228).
Tabi’in lain yang layak jadi rujukan adalah Abu al-Abbas Atha’. Subhanallah, di hari-hari biasa ia mengkhatamkan al-Qur`an sekali dalam sehari. Ketika bulan Ramadhan, Abu al-Abbas mampu mengkhatamkan tiga kali dalam sehari. (Hilyah al-Auliya, 10/302).
Ada pula Said bin Jubair. Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa suatu saat tabi’in ini membaca al-Qur`an di al-Haram pada bulan Ramadhan. Lalu beliau berkata kepada Wiqa’ bin Abi Iyas, “Pegangkan Mushaf ini.” Ia tidak pernah beranjak dari tempat duduknya itu, kecuali setelah mengkhatamkan al-Qur`an.
Diriwayatkan juga dari Said bin Jubair, beliau pernah mengatakan, “Jika sudah masuk sepuluh hari terakhir, aku melakukan mujahadah yang hampir tidak mampu aku lakukan.”
Said bin Jubair juga menasihati, “Di malam sepuluh terakhir, jangan kalian matikan lentera.” Maksudnya, agar umat Islam menghidupkan malamnya dengan membaca al-Qur`an. (Mir’ah al-Jinan, 1/ 197).
Tinggalkan Bacaan Hadits Demi al-Qur`an
Perkara yang dilakukan oleh para Sahabat dan tabi’in diikuti oleh para ulama setelah mereka. Contohnya dilakukan oleh Imam Malik.
Ibnu Abdil al-Hakam menyampaikan, “Jika masuk bulan Ramadhan, Imam Malik meninggalkan pembacaan Hadits dan majelis ilmu, kemudian memutuskan untuk membaca al-Qur`an dengan mushaf.”
Jika untuk hal yang mulia seperti majelis ilmu saja ditinggalkan oleh para ulama, tentu menyibukkan diri dalam hal-hal yang berkenaan dengan urusan dunia lebih dihindari oleh mereka.
Hal serupa dilakukan oleh Sufyan ats-Tsauri. Kata Abdur-Razaq, “Sufyan ats-Tsauri ketika memasuki bulan Ramadhan meninggalkan seluruh ibadah, kecuali membaca al-Qur`an.” (Lathaif al-Ma’arif, 318).
Menarik pula yang dilakukan oleh al-Qazwini (590 H), seorang ulama mazhab Syafi’i yang masuk golongan mereka yang bermujahadah dalam bulan Ramadhan. Aktivitas beliau agak berbeda dengan amalan-amalan para ulama lain.
Setelah shalat Tarawih, al-Qazwini membuka majelis tafsir al-Qur`an yang dihadiri banyak orang. Beliau menafsirkan surat demi surat semalam suntuk, hingga datang waktu shubuh. Kemudian beliau melakukan shalat Shubuh bersama para jamaah dengan kondisi masih terjaga wudhunya semenjak Isya’. Seakan tidak memiliki rasa lelah, setelah itu beliau mengajar di madrasah Nizhamiyah sebagaimana biasanya. (Thabaqat asy-Syafi’iah al-Kubra, 6/10).* Thoriq
===============
*Tulisan Tradisi Ulama di Bulan Ramadhan adalah tulisan berseri hidayatullah.com yang pernah dimuat di rubrik Ihwal Majalah Suara Hidayatullah edisi Juni tahun 2017. Tulisan ini merangkum bagaimana orang-orang shaleh dari generasi awal bersungguh-sungguh dalam melakukan sunnah Nabi ﷺ. Amalan itu antara lain tilawah al-Qur`an, qiyam, serta sedekah.
Nah, bagaimana generasi salafush-shaleh melaksanakan tiga amalan itu? Seri tulisan ini akan menggambarkan jerih payah orang-orang pilihan guna menyerap energi ruhani secara maksimal di bulan Ramadhan. Ikuti terus seri tulisan ini dan selamat membaca!