Hidayatullah.com–Iran mengadakan pemakaman kenegaraan pada hari Senin (30/11/2020) untuk ilmuwan nuklir Mohsen Fakhrizadeh. Ilmuwan kebangaan Iran itu dibunuh oleh orang-orang bersenjata pada hari Jum’at (27/11//2020), dalam serangan yang dituduhkan oleh Teheran pada ‘Israel’, lapor Middle East Eye (MEE).
Iran memberikan status “martir” kepada Fakhrizadeh, sambil menyatakan akan menggandakan upayanya untuk melanjutkan program nuklirnya. Fakhrizadeh tewas setelah penyerang bersenjata menargetkan mobilnya dan terlibat dalam baku tembak dengan pengawalnya, menurut kementerian pertahanan Iran.
Para pejabat tinggi, termasuk Menteri Pertahanan Amir Hatami dan kepala Pengawal Revolusi, Hossein Salami, digambarkan sedang berduka atas ilmuwan yang terbunuh di pemakaman. Foto-foto dari pemakaman menunjukkan gambar Fakhrizadeh di samping potret Pemimpin Tertinggi Iran Ali Khamenei dan Jenderal Qassem Soleimani, yang tewas dalam serangan pesawat tak berawak AS di Baghdad pada Januari.
Namun berbeda dengan pemakaman Soleimani yang dihadiri ribuan orang, pemakaman Fakhrizadeh tidak dibuka untuk umum dan diadakan secara tertutup untuk menghormati aturan jarak sosial karena virus corona.
Sekretaris Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran, Laksamana Muda Ali Shamkhani, mengatakan Fakhrizadeh tewas dalam operasi “kompleks”, menyalahkan serangan terhadap Israel. Syamkhani mengklaim kelompok oposisi Mujahidin Rakyat Iran (MEK) “pasti” terlibat, bersama dengan badan intelijen “rezim Zionis dan Mossad” di ‘Israel’.
Presiden Iran Hassan Rouhani juga menuduh Israel bertindak sebagai “tentara bayaran” Amerika di wilayah itu dan menyalahkan negara itu karena membunuh Fakhrizadeh. Rouhani telah menekankan bahwa Iran akan membalas dendam atas pembunuhan itu pada “waktu yang tepat” dan tidak akan tergesa-gesa ke dalam “perangkap”.
Pembunuhan ilmuwan nuklir tersebut telah menyebabkan pejabat tinggi Iran mendesak pemerintah untuk memboikot kemungkinan negosiasi dengan AS setelah Presiden Donald Trump meninggalkan jabatannya pada Januari.
Parlemen Iran pada hari Ahad (29/11/2020) menuntut penghentian inspeksi internasional terhadap situs nuklir di negara itu, sebuah langkah yang dapat menjadi pukulan fatal bagi kesepakatan nuklir yang disetujui Republik Islam dengan kekuatan dunia pada 2015, dan yang ditarik Trump pada 2018.*