Hidayatullah.com — Bank Dunia peringatkan bahwa lebih dari separuh warga Libanon akan menjadi miskin pada 2021. Lembaga ini mengkritik pemerintah setempat karena “kurangnya tindakan kebijakan yang efektif” untuk mengatasi krisis, demikian lansir Middle East Monitor (MEE) Rabu (02/12/2020).
Pemantau Ekonomi Libanon Bank Dunia mengatakan: “Setahun setelah krisis ekonomi yang parah di Lebanon, kurangnya tindakan kebijakan efektif yang disengaja oleh pihak berwenang telah membuat ekonomi mengalami depresi yang berat dan berkepanjangan.” Laporan itu menambahkan bahwa Libanon menderita akibat penipisan sumber daya yang berbahaya, termasuk “Pelarian modal manusia, dengan fenomena brain drain menjadi pilihan yang diambil”.
“Selama lebih dari setahun, makro ekonomi Lebanon telah diserang oleh krisis yang semakin parah, dimulai dengan krisis ekonomi dan keuangan, diikuti oleh Covid-19 dan terakhir ledakan di Pelabuhan Beirut. Dari ketiga krisis tersebut, krisis ekonomi yang paling memiliki dampak negatif terbesar dan paling persisten. Pertumbuhan PDB riil diproyeksikan melambat tajam ke -19,2 persen pada 2020, didukung kontraksi -6,7 persen pada 2019,” tambahnya.
Laporan tersebut mengutip Direktur Regional Bank Dunia Mashreq, Saroj Kumar Jha, yang mengatakan bahwa “kurangnya konsensus politik tentang prioritas nasional sangat menghambat kemampuan Libanon untuk menerapkan kebijakan pembangunan jangka panjang dan visioner.’ “Pemerintah baru perlu segera menerapkan strategi stabilisasi ekonomi makro yang kredibel dengan langkah-langkah jangka pendek untuk mengatasi krisis, serta langkah-langkah jangka menengah hingga jangka panjang untuk mengatasi tantangan struktural,” tambahnya.*