Hidayatullah.com-Korban tewas dalam kerusuhan komunal yang sedang berlangsung di ibu kota India, New Delhi, telah meningkat menjadi 34. Data terbaru ini disampaikan pejabat Kementerian Kesahatan India pada hari Kamis, (27/2) sebagaimana dikutip Anadolu Agency.
Jumlah korban jiwa terhitung 27 pada Rabu. Namun tujuh kematian baru lainnya dilaporkan terjadi dalam semalam, kata pejabat itu, yang meminta namanya disembunyikan. Dia menambahkan lebih dari 170 orang terluka dalam kekerasan.
Namun, media lokal NDTV melaporkan bahwa jumlah korban jiwa telah meningkat menjadi 35, menyebabkan lebih dari 200 orang terluka. Bentrokan terjadi antara demonstran pro dan anti Undang-Undang Amendemen Kewarganegaraan (CAB) dimulai pada hari Ahad dan telah beralih menjadi kekerasan komunal antara Hindu dan Muslim.
Welcome to #Modi's India
Hindutva extremist mob attacking a mosque in #Delhi. They climbed the minaret and raised the saffron flag.#India #Islamophobia #DelhiPolice #DelhiRiots #DelhiCAAClashes #DelhiIsBurning #DelhiBurning pic.twitter.com/I55fChTAKH
— DOAM (@doamuslims) February 25, 2020
Bagian timur laut New Delhi terkena dampak paling besar ketika para perusuh menyerbu dan membakar habis masjid, rumah, sekolah dan toko milik kaum Muslim. Kerumunan Muslim mulai mengungsi mencari tempat aman.
Sebuah video yang viral menunjukkan, perusuh menaiki menara masjid. Mereka mengibarkan bendera India dan bendera bergambar “hanoman’. Video lain menunjukkan komunitas Islam mengungsi mencari perlindungan.
Oposisi mendesak tindakan
Sebuah delegasi dari Partai Kongres oposisi bertemu Presiden India Ram Nath Kovind pada Kamis untuk mendesak pemecatan Menteri Dalam Negeri Amit Shah. Amit adalah seorang yang dekat dengan Perdana Menteri Narendra Modi.
“Kami menyerahkan tuntutan kami kepada Presiden Kovind dalam sebuah memorandum. Pusat dan pemerintahan Delhi adalah penonton yang bisu terhadap kekerasan,” kata pemimpin Kongres Sonia Gandhi mengatakan setelah pertemuan tersebut.
Mantan perdana menteri Manmohan Singh juga menjadi bagian dari delegasi Kongres. “Kami menemui presiden untuk memberitahunya bahwa apa yang terjadi di Delhi selama empat hari terakhir adalah penghinaan nasional dan masalah yang sangat memprihatinkan,” katanya. “Itu adalah refleksi dari kegagalan total pemerintah [BJP] Pusat.”
Anti-Muslim Hatred in #Delhi – Past 24 Hours
Hindutva mobs went on a rampage yesterday in #Delhi city:
– Lynching Muslims
– Destroying Muslim properties/businesses
– Exposing their private parts at women & attacking them
– Burning mosques#India #DelhiIsBurning #DelhiBurning pic.twitter.com/9b1AbQGaas
— زاھىد ئەختەر – Zahid Akhtar (@ZahidDOAM) February 25, 2020
OKI mengutuk kekerasan ‘anti-Muslim’
Organisasi Kerjasama Islam (OKI) dengan keras mengutuk “kekerasan yang mengkhawatirkan terhadpa Muslim” di India. Dalam sebuah pernyataan pada Kamis, badan beranggotakan 57 negara itu mendesak “para penghasut dan pelaku kekerasan anti-Muslim” untuk diadili.
“OKI mengutuk kekerasan baru-baru ini dan yang mengkhawatirkan terhadap Muslim di India, menyebabkan kematian dan cedera orang-orang tidak bersalah dan pembakaran serta vandalism masjid-masjid dan properti milik Muslim,” pernyataan itu terbaca.
Blok itu juga meminta pihak berwenang India “untuk membawa para penghasut dan pelaku dari tindakan kekerasan anti-Muslim ini ke pengadilan dan memastikan keamanan serta keselamatan semua warga negara Muslimnya dan melindungi tempat-tempat suci di seluruh negeri.”
Menghasut kekerasan
Kekerasan di ibu kota India itu meningkat sehari setelah Kapil Mishra, seorang pemimpin nasionalis Hindu, Partai Bharatiya Janata (BJP), memperingatkan umat Muslim untuk mengakhiri demonstrasi di wilayah Maujpur, New Delhi. Dia mengatakan para demonstran akan menghadapi kemarahan pendukung BJP jika mereka tidak mengidahkan peringatannya.
“Kami memberi kepolisian Delhi tiga hari untuk membersihkan jalan-jalan di Jaffrabad dan Chand Bagh [wilayah di New Delhi]. Setelah ini, kami tidak akan mendengarmu,” Mishra mengatakan dalam orasinya pada Ahad, dengan video orasi yang diposting di akun Twitternya.
Respon lemah dari pasukan kepolisian Delhi juga dikritik oleh Mahkamah Agung India dan Pengadilan Tinggi Delhi. Hakim pengadilan tinggi S. Muralidhar mengecam polisi karena gagal menghentikan kekerasan dan juga menunda pengaduan ucapan kebencian terhadap pemimpin lokal BJP Mishra.
“Kita tidak boleh mengalami 1984 lain … di bawah pengawasan anda,” katanya merujuk pada kerusuhan anti-Sikh 1984, di mana lebih dari 3.000 anggota komunitas minoritas itu terbunuh.
Beberapa jam setelah pernyataannya, pemerintah India mengumumkan pemindahan Hakim Muralidhar dari Pengadilan Tinggi Delhi ke negara bagian utara Punjab.*