Hidayatullah.com–Bermula dari keprihatinan Siti Maspiatin melihat anak-anak di sekitarnya tidak ada yang mengaji. Ia kemudian mengumpulkan beberapa anak di rumahnya untuk diajari membaca al-Qur’an, sore hari sepulang ia kerja.
Awalnya 5 anak, makin lama makin banyak sehingga rumahnya tidak mencukupi. Maklum, rumah itu kecil, berdinding triplek dan berlantai semen.
Sudah begitu, ada saja anak yang usil. Dinding triplek itu dikupasi, sedikit demi sedikit akhirnya lubang. “Jadi, dalamnya kamar bisa diintip anak-anak,” ujar Siti.
Karena sudah tidak mencukupi, tempat ngajinya dipindah. Di depan rumah Siti ada kandang kambing. “Di situlah anak-anak ngaji,” katanya, ditemui di rumahnya awal Agustus lalu.
Kambingnya lalu dipindah di belakang rumahnya, hingga sekarang.
Bekas kandang kambing itu dibangun, atas bantuan wali santri dan masyarakat sekitar. Kini sudah berdiri bangunan sederhana. Hanya berdinding bata putih dan beratap asbes. Belum ada catnya. Alhamdulillah, lantainya sudah keramik.
Di situlah anak-anak mengaji setiap sore hingga malam. “Sekarang santrinya sekitar 100 anak,” kata Siti.
Tempat Siti mengajar ngaji itu kemudian diberi nama Taman Pendidikan Al Qur’an (TPQ) Nurul Hadharoh. Tepatnya berada di Dsn. Dawung, Ds. Grabagan, Kec. Grabagan, Tuban, Jawa Timur.
Untuk mengajar, Siti dibantu 7 ustadz lain. Semuanya tanpa gaji, kecuali isentif dari pemerintah. Keluarnya tiga bulan sekali dan jumlanya tak seberapa. Siti tak peduli dengan gaji, karena bukan itu tujuan dia mengajar ngaji.
Namun, Allah tentu tidak tidur. Siti dibukan rezeki dari pintu lain. Dulu ia bekerja bersih-bersi rumah tetangga, kini sudah punya toko kecil. “Alhamdulillah, ini barokahnya guru ngaji,” kata ibu dua anak lulusan pesantren di Gresik ini.
Para santri sendiri tidak dipungut biaya. “Mereka hanya memasukkan koin Rp 500 ke kotak setiap datang,” kata Siti. Uang ini bukan buat gaji guru, melainkan untuk operasional TPQ.
Bagi Siti sendiri, mengajar ngaji itu sebuah kebahagiaan. Selain dapat pahala, juga sebagai hiburan. “Soalnya, anak-anak ini lucu-lucu,” katanya.
Ada yang memprihatinkan. Di dalam bangunan TPQ itu terdapat rak buku. Selain buku, ada beberapa al-Quran ditaruh di situ. Sebagian kondisinya masih baik, sebagian lagi sampulnya sudah mengelupas. Mungkin saking seringnya dibaca anak-anak.
Karena itulah, saat Tim Yawash (Yayasan Wakaf Alquran Suara Hidayatullah) datang membawa al-Qur’an, Siti senang sekali. “Terima kasih telah membantu kelancaran pembelajaran al-Qur’an di sini,” kata Siti. Moga bermanfaat.
CP Yawash 085731158404