Hidayatullah.com—NATO mengusir delapan diplomat Rusia yang disebutnya diam-diam bertindak sebagai agen intelijen.
Pengusiran itu merupakan yang pertama dilakukan NATO terhadap Moskow sejak pengusiran 7 diplomat Rusia dari markasnya menyusul kasus peracunan 2018 di Salisbury, Inggris.
Hubungan antara NATO dan Rusia semakin tegang sejak Moskow mencaplok semenanjung Krimea dari Ukraina pada tahun 2014.
Aliansi militer itu juga akan memangkas jumlah misi Rusia yang ditempatkan di markas besarnya di Brussels menjadi dari 20 menjadi 10 pada akhir bulan ini.
“Keputusan ini tidak terkait dengan peristiwa tertentu, tetapi kami melihat… ada peningkatan aktivitas Rusia yang kurang baik, karena itu kami perlu waspada,” kata Sekjen NATO Jens Stoltenberg said seperti dilansir BBC Jumat (8/10/2021).
Seorang pejabat NATO sebelumnya mengatakan orang-orang itu adalah “perwira intelijen Rusia yang tidak diumumkan” keberadaannya.
Leonid Slutsky, ketua komite urusan luar negeri di majelis rendah parlemen Rusia, menampik tuduhan terhadap para diplomat itu, menyebutnya tidak berdasar dan memperingatkan bahwa langkah NATO itu akan semakin memperkeruh hubungan mereka.
Slutsky mengatakan kepada kantor berita Interfax Moskow dapat membalas tindakan NATO tersebut, tetapi dia tidak memberikan penjelasan lebih lanjut tentang hal itu.*