Hidayatullah.com—Puluhan remaja Afghanistan dengan karir sepakbola menjanjikan, yang melarikan diri dari pemerintahan Taliban, diberitahu bahwa mereka bisa bermukim di Inggris bersama keluarganya.
Skuad beranggotakan 35 orang – berusia antara 13 dan 19 tahun – melarikan diri dari Kabul bulan lalu dan beberapa pekan terakhir tinggal di sebuah hotel di Pakistan, di mana visa sementara yang mereka pegang berakhir hari Senin (11/10/2021).
“Kami sedang berupaya menyelesaikan visa bagi Afghan Women’s Development Team dan berharap dapat menyambut kedatangan mereka tidak lama lagi di Inggris,” kata seorang jubir pemerintah Inggris seperti dilansir BBC.
Sekelompok ABG putri itu terpaksa kembali ke Afghanistan apabila tidak ada negara lain yang bersedia menerima mereka.
“Ini kabar fantastis, dan kami sangat berterima kasih kepada Perdana Menteri Boris Johnson dan Menteri Dalam Negeri Priti Patel atas keputusan yang menyelamatkan nyawa ini,” kata Siu-Anne Marie Gill, CEO dari ROKiT Foundation, yang mensponsori pelarian tim sepakbola remaja putri itu.
di aaya sangat senang sekali mereka mendapatkan kesempatan kedua untuk hidup,” kata pimpinan yayasan itu, Jonathan Kendrick, yang mendanai operasi pelarian para remaja itu dengan sejumlah kendaraan bus keluar Afghanistan menuju kota Lahore di Pakistan. “Ini adalah dunia yang seluruhnya baru yang akan mereka hadapi dan saya yakin dengan kepedulian komunitas sepakbola atas penderitaan mereka, mereka akan hidup mapan dan dapat mengalami semua kesenangan yang diberikan oleh kehidupan,”
Gill mengatakan kepad BBC bahwa anak-anak perempuan itu sangat gugup dengan apa yang akan terjadi pada mereka, tetapi sekarang mereka sudah lega. Dia mengatakan rombongan tim sepakbola itu akan berangkat ke Inggris dalam dua atau tiga pekan mendatang.
Leeds United dan Chelsea termasuk di antar sejumlah klub sepakbola Inggris yang berjanji akan menyokong mereka di negara itu
Remaja-remaja putri itu kebanyakan berasal dari Provinsi Herat di bagian barat Afghanistan. Mereka menuju Kabul ketika negara-negara Barat mulai mengevakuasi warga dan orang-orang yang pernah bekerja untuk pasukan AS dan NATO dan mereka yang khawatir dibunuh Taliban. Sesampainya di Kabul mereka ditempatkan di rumah aman.
“Tujuh puluh persen dari mereka menerima ancaman pembunuhan,” kata Gill. “Mereka ketakutan.”
Bekas tim sepakbola wanita Afghanistan sudah lebih dulu diangkut ke Australia, sementara tim muda wanita Afghanistan kemudian diberi suaka di Portugal. Namun, tim remaja ABG ini nasibnya masih belum jelas – sampai akhirnya mendapat lampu hijau untuk bermukim di Inggris.
Para remaja itu, bersama pelatih dan anggota keluarganya rencananya akan dievakuasi ke Qatar pada akhir Agustus. Ketika sudah mendekati bandara Kabul, bus-bus yang mereka tumpangi terpaksa berbalik arah karena ada peringatan keamanan. Dua jam kemudian bandara itu diserang orang pelaku bom bunuh diri.
Setelah bersembunyi selama 10 hari, mereka akhirnya diangkut dengan bus ke perbatasan Afghanistan dan menyeberang ke Pakistan, setelah mendapatkan izin masuk langsung dari Perdan Menteri Pakistan Imran Khan.
Namun, visa Pakistan mereka nyaris habis, karena itu harus segera dipindah ke negara lain supaya mereka tidak dikembalikan ke Afghanistan, kata Gill.*