Hidayatullah.com—Pemimpin geng 400 Mawozo, yang menurut polisi menculik 17 misionaris asal Amerika, muncul dalam rekaman video yang dirilis hari Kamis (21/10/2021) mengatakan dia akan membunuh mereka apabila tuntutannya tidak dipenuhi.
Video yang diunggah ke media sosial itu menampakkan Wilson Joseph berpakaian setelan jas berwarna biru, membawa topi biru dengan kalung salib besar tergantung di lehernya, lapor Associated Press.
“Saya bersumpah demi petir bahwa kalau saya tidak mendapatkan apa yang saya minta, saya akan menaruh peluru di kepala orang-orang Amerika ini,” ujarnya dalam video tersebut.
Awal pekan ini, pihak berwenang mengatakan bahwa geng itu menuntut tebusan $1 juta per orang, tetapi tidak jelas apakah termasuk lima anak yang ada di kelompok yang diculik tersebut. Salah satu korban penculikan adalah bayi berusia 8 bulan. Enam belas dari orang yang diculik itu berkewarganegaraan Amerika Serikat, satu Kanada, serta warga Haiti yang menjadi sopir mereka.
Kelompok misionaris itu dikirim oleh Christian Aid Ministries, yang berbasis di Ohio, Amerika Serikat.
Weston Showalter, jubir Christian Aid Ministries, mengatakan bahwa keluarga dari mereka yang diculik berasal dari kalangan Amish, Mennonite dan komunitas Anabaptis konservatif lainnya di Ohio, Michigan, Wisconsin, Tennessee, Pennsylvania, Oregon, serta Ontario (Kanada).
Ketua geng penculik Wilson Joseph Dalam video itu juga mengancam Perdana Menteri Ariel Henry dan Kepala Kepolisian Nasional Haiti, sambil berbicara di depan peti-peti mati yang terbuka yang diduga berisi mayat anggota gengnya yang tewas belum lama ini.
“Kalian membuat saya menangis. Saya menangis air. Tapi saya akan membuat kalian menangis darah,” ancamnya.
Kamis sore, kantor Henry mengumumkan bahwa Léon Charles telah mengundurkan diri sebagai kepala Kepolisian Nasional Haiti dan digantikan oleh Frantz Elbé. Koran Le Nouvelliste mengatakan Elbé sebelumnya menjabat direktur departemen kepolisian di wilayah Tenggara dan Nippes, dan pernah menjadi koordinator keamanan istana kepresidenan.
“Kami ingin ketentraman publik dipulihkan, kita kembali ke kehidupan normal dan mendapatkan kembali jalan menuju demokrasi,” kata Henry.
Pada hari yang sama ketika belasan anggota misionaris itu diculik, salah satu kelompok geng menculik seorang profesor sebuah universitas Haiti, menurut pernyataan Office of Citizen Protection – semacam kantor ombudsman Haiti – yang dirilis hari Selasa. Pernyataan itu juga mengingatkan publik bahwa seorang pastor Haiti yang diculik juga pada bulan ini belum dibebaskan meskipun uang tebusan sudah diserahkan.*