Hidayatullah.com — Pendeta Gilbert Lumoindong mengkritik keras pawang hujan di ajang balap MotoGP di Sirkuit Mandalika, Kabupaten Lombok Tengah, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) pada Ahad (20/3/2022). Sejumlah netizen pun membandingkan jika perkataan pendeta Gilbert tersebut diucapkan oleh seorang ustadz atau tokoh Islam.
Berdasarkan video yang banyak beredar di media sosial, sebagaimana dilihat oleh Hidayatullah.com, Selasa (29/3/2022), pendeta Gilbert mengaku dalam dengan pihak-pihak tertentu yang membenarkan aksi seorang pawang hujan. Menurut dia, tindakan pawang itu bukan sebuah bentuk kearifan lokal.
“Saya hormati penjilat-penjilat politik yang berkata ‘oo ini benar, ini bagus, ini adalah kearifkan lokal’. Jujur pada dirimu sendiri pakai akal sehat. Tutup kalau begitu semua rumah sakit. Tutup semua rumah sakit kan kearifan lokal kita dulu pergi ke dukun. Tapi kan kita mau tinggalkan seperti itu,” kata Gilbert dalam pernyataannya.
Gilbert mengaku geram dengan adanya pawang hujan di ajang internasional MotoGp. Dia menyebut, Indonesia adalah bangsa yang sudah maju.
Karena itu, ujarnya, tugas para ustadz, kiai, dan pendeta untuk terus mengingatkan kepada setiap orang untuk bersikap rasional. Jika memang sakit, ia menyarankan, agar masyarakat berdoa atau pergi ke ahlinya. Atau bisa juga pergi kepada ahlinya sambil berdoa.
“Tapi bukan meminta tolong dengan mantra-mantra, tenungan-tenungan, roh-roh kegelapan seperti ini. Karena kita semua percaya that developer never work for free, setan itu gak pernah kerja gratis,” ucap Gilbert.
Gilbert memohon kepada RI 1 agar kejadian serupa tidak terulang kembali. Dia tidak ingin ada darah tertumpah di Indonesia gara-gara bangsa ini menggunakan pawang di hajatan internasional.
“Yang terhormat Bapak Presiden, Bapak ada di sana. Pak hentikan perbuatan-perbuatan seperti ini Pak. Kutuk akan terus kutuk iblis itu selalu meminta darah. Jangan kaget kalau bangsa ini akan terus ada darah, ada darah, ada darah tertumpah. Kenapa? karena ada kutuk di balik meminta tolong apalagi di satu bangsa ya kan ini acara internasional seperti ini berarti bangsa yang meminta tolong, ini bukan hanya satu orang yang minta tolong,” ucap Gilbert.
Video pernyataan pendeta Gilbert tersebut menjadi viral dan menjadi pembicaraan di internet. Beberapa netizen membandingkan jika pernyataan pendeta Gilbert tersebut diucapkan oleh ustadz atau tokoh Islam.
“Andaikan yang bicara seperti ini seorang ustadz atau kiai, tentu sudah ramai stempel radikal, intoleran dan sebagainya dilekatkan pada sang Ustadz. Ketika akal sehat dinafikan memang butuh berbagai elemen bangsa untuk bicara,” ujar akun @GeiszChalifah, Ahad (27/3/2022), dikutip Hidayatullah.com.
Penceramah Hilmi Firdausi pun mengeluarkan penyataan yang serupa melalui akun Twitter-nya, pada Senin (29/3/2022). Ia memuji penyataan pendeta Gilbert dan membandingkannya dengan reaksi yang ia dapat setelah mengeluarkan pernyataan yang mirip.
“Kemarin saya posting tentang masalah ini, wihh…dahsyat sekali serangan dan caci makinya. Semoga kalau yang bicara Pendeta Gilbert ga dicacimaki juga dengan kata-kata radikal, intoleran & nyinyir akan perhelatan MotoGP. Terima kasih Bapak Pendeta sudah ikut mencerdaskan bangsa ini. Salam hormat,” katanya.
Masalah pawang terus menjadi perhatian dan perbincangan di kalangan masyarakat Indonesia. Hal itu setelah dukun Rara Istiati Wulandari, pawang hujan yang disewa penyelenggara, mengeklaim berhasil mengendalikan hujan hingga balapan MotoGP yang sempat tertunda, akhirnya bisa dilanjutkan. Aksi Rara meminta hujan berhenti mendapat sorotan lantaran tayangan langsung televisi menyiarkan sang pawang ke seluruh penjuru dunia.*