Hidayatullah.com–Kementerian Luar Negeri Iraq memanggil kuasa usaha Swedia, Hakan Rooth, atas insiden yang melibatkan pembakaran salinan kitab suci Al-Quran oleh ekstremis sayap kanan di Swedia. Pada hari Kamis, Rasmus Paludan, pemimpin Denmark dari Partai Stram Kurs (Garis Keras) sayap kanan, membakar salinan Al-Qur’an di Linkoping selatan di Swedia, menurut laporan media.
Dalam sebuah pernyataan, Kementerian Luar Negeri Iraq mengatakan telah mengajukan protes kepada diplomat Swedia atas pembakaran kitab suci umat Islam. Kementerian memperingatkan bahwa pembakaran itu “membawa implikasi serius pada hubungan Swedia dengan semua Muslim.”
Pernyataan itu meminta pemerintah Swedia untuk campur tangan untuk menghentikan setiap tindakan yang memprovokasi sentimen agama. Rencana oleh kelompok sayap kanan untuk membakar salinan Al-Quran di depan umum memicu bentrokan dengan demonstran tandingan untuk hari ketiga berturut-turut di Swedia, kata polisi pada hari Ahad.
Lebih dari 40 orang ditangkap setelah bentrokan terjadi di Swedia antara polisi dan pengunjuk rasa terkait rencana pembakaran kitab suci al-Quran oleh Rasmus Palundan pemimpin sebuah kelompok kanan-jauh. Tiga orang terluka di Norrkoping pada hari Ahad ketika petugas melepaskan tembakan peringatan ke arah perusuh, kata polisi seperti dilansir BBC Senin (18/4/2022).
Kekerasan itu dipicu oleh serangkaian aksi unjuk rasa yang diselenggarakan oleh politisi Denmark-Swedia Rasmus Paludan. Dia mengatakan telah membakar sebuah kitab suci Islam dan akan melakukannya lagi.
Kepala Kepolisian Nasional Swedia Anders Thornberg mengatakan belum pernah melihat kerusuhan dengan kekerasan seperti yang terjadi pada hari Ahad di Norrkoping, yang berjarak sekitar 160 km (99 mil) barat daya Stockholm, dan kota di dekatnya Linkoping.
Kedua kota tersebut juga mengalami kerusuhan pada hari Jumat, bersama dengan daerah pinggiran Stockholm Rinkeby dan Orebro di bagian barat. Pada hari Sabtu, terjadi kerusuhan di selatan kota Malmo.
Pada hari Senin, polisi mengatakan 26 petugas kepolisian dan 14 anggota masyarakat terluka dalam kekerasan tersebut dan lebih dari 20 kendaraan rusak atau hancur.
Mereka mengatakan bahwa sekitar 200 orang telah terlibat dalam kekerasan tersebut, seraya menambahkan mereka meyakini kerusuhan itu diorganisir oleh jaringan geng kriminal. Sebagian individu yang terlibat memiliki catatan di kepolisian dan dinas keamanan Swedia, Sapo.
Kekerasan hari Ahad di Norrkoping terjadi setelah Rasmus Paludan mengatakan dia berencana mengadakan kerumunan massa di sana. Namun, dia tidak pernah muncul di kota itu.
Dalam sebuah pernyataan yang diposting oleh partai sayap kanannya yang anti-imigran, Stram Kurs (Garis Keras), Palundan mengatakan membatalkan acara kerumunan massa itu karena pihak berwenang Swedia telah “menunjukkan bahwa mereka sama sekali tidak mampu melindungi diri mereka sendiri dan saya”.
Dia sebelumnya muncul pada hari Kamis di pusat kota Jonkoping, tapi saat dia berbicara ke megafon sambil memegang al-Quran, kata-katanya ditenggelamkan oleh seorang pendeta yang membunyikan lonceng gereja setempat sebagai protes. Protes terhadap rencana Stram Kurs untuk membakar al-Quran juga berubah menjadi kerusuhan di Swedia sebelumnya. Pada tahun 2020, pengunjuk rasa membakar mobil-mobil dan merusak bagian depan toko-toko dalam bentrokan di Malmö.
Masjid-masjid telah menjadi sasaran kekerasan di seluruh Eropa, mengakibatkan kematian dan melukai puluhan orang. Beberapa pemerintah Eropa bekerja keras untuk melacak dan menetralisir kelompok teroris sayap kanan.
Di sisi lain, mereka berpartisipasi dalam normalisasi percakapan Islamofobia di Eropa melalui deklarasi diskriminatif, undang-undang dan kebijakan keamanan yang menargetkan Muslim. Selain itu, media arus utama dan lembaga swasta juga bertanggung jawab atas perasaan anti-Muslim karena mereka terus menyebarkan disinformasi yang merugikan komunitas Muslim.*