Hidayatullah.com– Pihak berwenang Meksiko menangkap seorang pensiunan jenderal dan dua anggota tentara lain terkait kasus penghilangan 43 mahasiswa di bagian selatan negeri itu pada 2014.
Ricardo Mejia, asisten menteri keamanan publik, mengatakan di antara mereka yang ditangkap ada mantan komandan pangkalan AD di kota Iguala negara bagian Guerrero pada September 2014, ketika para mahasiswa dari sebuah perguruan tinggi guru radikal diculik.
Mejía mengatakan tidak lama lagi akan ada orang keempat yang ditangkap, lapor Associated Press Jumat (16/9/2022).
Seorang pejabat pemerintah yang mengetahui kasus tersebut, yang berbicara dengan syarat tidak disebutkan identitasnya, membenarkan bahwa seorang anggota tentara lainnya telah ditangkap.
Mejía tidak menyebutkan nama mereka yang ditahan, tetapi komandan pangkalan Iguala saat itu adalah José Rodríguez Pérez, kala itu berpangkat kolonel. Hampir setahun setelah hilangnya puluhan mahasiswa – dan setelah keluarga mengemukakan kecurigaan tentang keterlibatan militer dan menuntut akses ke pangkalan – Rodríguez dipromosikan menjadi brigadir jenderal.
Pejabat pemerintah mengkonfirmasi bahwa Rodríguez Pérez telah ditangkap dan mengatakan bahwa dia ditahan di sebuah pangkalan militer. Sumber itu mengatakan dua orang lainnya yang ditangkap adalah perwira dan yang ketiga adalah seorang prajurit.
Bulan lalu, komisi kebenaran bentukan pemerintah yang menyelidiki kembali kasus tersebut mengeluarkan laporan yang menyebut Rodríguez Pérez sebagai orang yang diduga bertanggung jawab atas hilangnya enam mahasiswa.
Wakil Menteri Dalam Negeri Alejandro Encinas Rodríguez, yang memimpin komisi tersebut, mengatakan bulan lalu bahwa enam mahasiswa yang hilang diduga masih dibiarkan hidup di sebuah gudang selama berhari-hari sebelum diserahkan kepada Rodríguez Pérez, yang kemudian memerintahkan mereka untuk dibunuh.
Banyak investigasi pemerintah dan independen gagal mencapai satu narasi konklusif tentang apa yang terjadi pada 43 mahasiswa tersebut. Namun, diduga polisi setempat menarik mereka keluar dari bus di Iguala dan menyerahkan mereka ke geng narkoba. Motif di balik penculikan itu masih belum jelas. Mayat mereka tidak pernah ditemukan, meskipun potongan-potongan tulang yang terbakar telah dicocokkan dengan tiga mahasiswa.
Para orangtua menuntut selama bertahun-tahun agar mereka diizinkan untuk mencari anaknya di dalam pangkalan militer di Iguala. Baru pada tahun 2019 mereka diberi akses bersama dengan Encinas dan komisi kebenaran.
Tak lama setelah laporan komisi dirilis, kantor jaksa agung mengumumkan 83 perintah penangkapan, 20 di antaranya untuk anggota militer. Agen federal kemudian menangkap Jesús Murillo Karam, yang menjabat jaksa agung pada saat itu.
Keraguan akan kesungguhan pemerintah menangani kasus itu muncul pada pekan-pekan berikutnya karena tidak ada penangkapan yang diumumkan.
Pemerintahan Presiden Andrés Manuel López Obrador menjalin ikatan publik yang erat dengan militer. López Obrador mendorong agar garda nasional yang baru dibentuk ditempatkan di bawah otoritas militer penuh, dan sekutunya di kongres berusaha memperpanjang wewenang militer untuk melanjutkan peran kepolisian di jalan-jalan hingga 2028.
Pada hari Kamis (15/9/2022), Mejía juga menolak klaim bahwa José Luis Abarca, yang menjabat walikota Iguala pada saat kasus itu terjadi, akan dikeluarkan dari penjara setelah hakim membebaskannya dari tuduhan dalam kasus penghilangan mahasiswa. Pasalnya, tanpa dakwaan penculikan itu, Abarca masih dijerat dakwaan lain terkait kejahatan terorganisir dan pencucian uang, dan Mejía mengatakan keputusan terakhir hakim akan digugat di tingkat banding.
Hakim juga membebaskan 19 orang lainnya, termasuk seorang pria yang yang merupakan kepala polisi Iguala pada saat itu.*