Hidayatullah.com—Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kini mengklaim bahwa dia tidak terburu-buru untuk melanjutkan rencananya yang kontroversial untuk merelokasi warga Palestina dan mengambil alih Jalur Gaza.
Rencana tersebut mengusulkan evakuasi warga Palestina dari Gaza dan menempatkan wilayah pesisir yang dilanda perang di bawah kendali AS.
“Tidak perlu terburu-buru,” kata Trump saat bertemu Perdana Menteri Jepang Shigeru Ishiba, pada Jumat (7/2/2025).
Sejak pengumuman awal Trump, Israel telah memerintahkan militernya untuk mempersiapkan “evakuasi sukarela” penduduk Gaza, sementara kelompok militan Hamas telah menolak usulan Trump karena dianggap sama sekali tidak dapat diterima.
Dalam wawancara dengan lembaga penyiaran Israel Channel 14, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa tujuannya adalah mengumumkan tahap pertama gencatan senjata.
“Mengenai tahap selanjutnya, terkait masa depan Gaza, masih lebih rumit, tetapi saya berharap kita bisa mencapainya,” katanya dikutip AFP.
Kemarin, kantornya mengumumkan bahwa delegasi Israel akan berangkat ke Doha setelah pertukaran sandera selesai hari ini.
Sementara itu, Trump tetap bersikeras dengan pernyataan sebelumnya, meskipun ada penentangan internasional dan penyangkalan awal dari beberapa anggota pemerintahannya.
“Jalur Gaza akan diserahkan kepada AS oleh Israel setelah pertempuran berakhir. Tidak diperlukan pasukan AS! Stabilitas akan menang di wilayah tersebut!,” katanya melalui platform Truth Social miliknya pada hari Kamis.
Setelah Trump mengusulkan gagasan tersebut, Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, mengatakan bahwa ia telah memerintahkan militer untuk menyiapkan rencana guna mengizinkan “pemindahan sukarela” penduduk Gaza ke negara mana pun yang bersedia menerima mereka.
Kemarin, Angkatan Darat ‘Israel’ mengonfirmasi bahwa Kepala Komando Pusat AS, Jenderal Michael Kurilla, bertemu dengan Kepala Angkatan Darat Israel, Letnan Jenderal Herzi Halevi, minggu ini untuk membahas tindakan strategis regional.
Sementara itu, negara-negara Arab –termasuk Mesir dan Qatar— teguh pada sikap awal mereka untuk menolak evakuasi dan relokasi Gaza sepenuhnya.
Negara-negara Eropa –termasuk Inggris, Prancis, Spanyol, Jerman— dan negara-negara Eropa lainnya telah menolak usulan ini.*