Hidayatullah.com– Lesotho geram dan tersinggung dengan sikap Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang menyebut negara di bagian selatan Benua Afrika itu sebagai “negara yang tidak seorang pun pernah mendengar tentangnya”.
Trump menyebut Lesotho sebuah negara “yang tidak ada orang yang pernah mendengar tentangnya” saat membela tindakannya yang menghentikan berbagai bantuan kemanusiaan saat pertemuan di Kongres AS hari Selasa (4/3/2025).
Dia menyebut secara khusus bantuan jutaan dolar yang diberikan Amerika Serikat untuk mempromosikan LGBTQI+ di negara Lesotho di Afrika. “Yang tidak seorang pun pernah mendengar tentangnya,” seloroh Trump, diiringi gelak tawa kalangan Republik.
Menteri Luar Negeri Lesotho Lejone Mpotjoane mengatakan itu bukanlah perilaku yang diharapkan dari seorang kepala negara, lansir AFP Kamis (6/3/2025).
Pemerintah Lesotho “terkejut dan malu” dengan komentar tersebut, kata Mpotjoane kepada AFP.
“Kami tidak menyangka seorang kepala negara akan menyebut sebuah negara berdaulat dengan cara seperti itu,” katanya.
Amerika Serikat memiliki kedutaan besar di ibu kota Maseru, dan relawan Amerika bertugas dalam program bernama Peace Corps.
“Kami tidak menganggap enteng masalah ini,” kata Mpotjoane, seraya menambahkan bahwa mereka akan mengirimkan surat protes resmi ke Washington.
Sementara itu kelompok peduli hak kaum LGBTQ terbesar di negara itu membantah pernah menerima dana bantuan dari Washington. Program mana yang dimaksud Trump juga tidak jelas.
“Kami benar-benar tidak menerima dana dari AS,” kata Tampose Mothopeng, juru bicara People’s Matrix.
“Kami tidak tahu ada alokasi delapan juta dolar [seperti yang dikatakan Trump],” tegas Mothopeng.
Di situs web pemerintah Amerika Serikat sendiri, yang mendata bantuan ke negeri-negeri asing, tidak tercantum adanya bantuan finansial untuk hak kaum LGBTQ di Lesotho, sebuah negara di Afrika berpenduduk 2,3 juta jiwa.
Pada daftar tersebut justru tercantum perihal dan $120 juta untuk program-program kesehatan dan kemasyarakatan di negara itu pada 2024, termasuk di dalamnya $43,5 juta untuk penanggulangan HIV/Aids, lapor AFP.
Kerajaan kecil di kawasan pegunungan yang dikelilingi wilayah negara Afrika Selatan itu memiliki tingkat infeksi HIV tertinggi kedua di dunia, dengan hampir 1 dari setiap 4 orang dewasa positif HIV.
Menurut Kedutaan Besar AS di sana, Washington telah berkomitmen lebih dari $630 juta sejak 2006 untuk penanggulangan HIV/Aids. Lebih dari 30 organisasi non-pemerintah pada pertengahan Februari memperingatkan bahwa program HIV di negara itu terancam ambruk setelah AS menghentikan pendanaan berbagai program di luar negeri.
Oleh karena itu, warga Lesotho terheran-heran dengan pernyataan Trump di Kongres AS yang mengesankan mereka tidak eksis.
“Pernah dengan Kerajaan di atas awan? Sepertinya tidak, karena (Anda) terlalu sibuk bermain golf,” sindir jurnalis dan aktivis Kananelo Boloetse lewat platform X, yang ditujukan kepada Trump.
“Lesotho adalah satu-satunya negara di dunia yang seluruh wilayahnya berada di ketinggian lebih dari 1.000 meter, jauh lebih tinggi dari approval ratings yang pernah Anda terima,” imbuhnya. “Kami ada di sini, dan kami bangga (dengan negara kami), dan kami bukan samsak Anda,” tegas Boloetse.*