Menurut hukum fisika plasma dan spektrum cahaya, oksigen yang terionisasi (O₂⁺) akan memancarkan cahaya hijau saat kembali ke keadaan dasarnya
Hidayatullah.com | LANGIT malam di sepanjang pantai timur Australia berubah menjadi panggung pertunjukan alam yang memukau pada 21 April 2025.
Sebuah kilatan cahaya hijau terang terlihat melintasi langit Queensland hingga New South Wales, mengundang decak kagum warga dan para ilmuwan.
Menurut laporan ABC News Australia, fenomena ini berkaitan dengan hujan meteor tahunan Lyrid, yang berasal dari sisa-sisa debu komet Thatcher.
Dr. Brad Tucker, astrofisikawan dari Australian National University, menjelaskan, “Meteor itu memasuki atmosfer bumi dengan kecepatan sangat tinggi, sekitar 49 km per detik. Gesekan hebat dengan atmosfer menyebabkan pemanasan ekstrem, dan dalam kasus ini, menghasilkan cahaya hijau yang kuat,” katanya kepada ABC News, Selasa, (22/4/2025).
Warna hijau yang khas ini, lanjut Dr. Tucker, disebabkan oleh reaksi kimia. “Ionisasi oksigen di atmosfer menghasilkan pancaran warna hijau ketika partikel meteor terbakar,” jelasnya.
Fenomena ini jarang terjadi dengan intensitas warna secerah yang terlihat malam itu.
Banyak warga setempat melaporkan pengalaman mereka. “Saya pikir itu kilat pada awalnya, tapi warnanya aneh sekali, hijau terang. Lalu terdengar dentuman besar seperti ledakan,” ujar seorang warga Lismore, dalam wawancara dengan The Guardian Australia.
Fenomena ini tidak hanya menghasilkan pertunjukan cahaya yang luar biasa, tetapi juga suara keras akibat gelombang kejut yang tercipta saat meteor meledak di udara, fenomena yang dikenal sebagai airburst.
Dr. Jonti Horner, ahli astrobiologi dari University of Southern Queensland, menambahkan dalam keterangannya kepada ABC News, “Hujan meteor Lyrid memang rutin terjadi, tapi biasanya hanya tampak seperti garis-garis kecil di langit. Yang terjadi malam itu adalah bolide — meteor besar yang meledak dengan spektakuler.”
Warna hijau yang terlihat saat meteor melintas di langit terjadi karena reaksi kimia antara partikel meteor dan atmosfer bumi. Ketika meteor memasuki atmosfer dengan kecepatan sangat tinggi (sekitar 49 km/detik), ia bergesekan dengan molekul udara. Gesekan ini menyebabkan pemanasan ekstrem, yang membuat meteor terbakar (ablasi).
Menurut hukum fisika plasma dan spektrum cahaya, oksigen yang terionisasi (O₂⁺) akan memancarkan cahaya hijau saat kembali ke keadaan dasarnya. Fenomena ini mirip dengan aurora borealis, yang juga memancarkan cahaya hijau karena eksitasi molekul oksigen.
Menurut laporan Space.com, meteor besar yang jatuh di atmosfer bumi dan menimbulkan cahaya hijau secerah ini tergolong jarang. Biasanya hanya terjadi beberapa kali dalam satu dekade di wilayah tertentu.
Hujan meteor Lyrid sendiri mencapai puncaknya setiap tahun antara 22 dan 23 April. Tahun ini, kehadiran meteor raksasa pada malam 21 April seolah menjadi pembuka yang tidak terlupakan.
Kendati demikian, para ilmuwan menegaskan bahwa fenomena seperti ini tidak berbahaya. “Meteor itu terbakar habis di atmosfer, dan serpihannya yang tersisa sangat kecil untuk menimbulkan ancaman ke daratan,” tutup Dr. Tucker.
Fenomena ini sekali lagi mengingatkan umat manusia akan betapa dinamis dan spektakulernya alam semesta. Momen langka ini pun menjadi bahan perbincangan hangat, tidak hanya di Australia, tetapi juga di seluruh dunia.*