Hidayatullah.com–Jum’at pagi 2 Oktober kemarin menjadi hari yang bersejarah bagi
Palestina. Setelah melewati perundingan alot dan lama, akhirnya Israel bersedia membebaskan 20 wanita Palestina yang dipenjara untuk sebuah rekaman video Sersan Gilad Shalit, tentara Israel yang ditahan Hamas sejak Juni 2006.
19 orang wanita Palestina dibawa keluar penjara HaSharon dengan menggunakan konvoi kendaraan jeep palang merah. 18 orang menuju Tepi Barat melalui pos pemeriksaan di dekat Ramallah, dan seorang wanita bersama putranya yang lahir di penjara, dibawa ke Gaza lewat pintu perbatasan Erez.
Seorang wanita lain, tahanan ke-20, akan dibebaskan Ahad besok. Ia masuk daftar pembebasan setelah seorang gadis 15 tahun dicoret dari daftar pembebasan karena sudah keluar dari penjara pada hari Rabu lalu. Gadis itu telah menjalani masa tahanan 11 bulan karena kasus percobaan pembunuhan dan menyerang seorang petugas polisi Israel.
Diperlakukan baik
Dalam rekaman berdurasi lebih dari 2 menit yang dikirimkan Hamas, Shalit muncul dengan wajah bersih, tanpa kumis dan jambang. Rambutnya rapi dengan potongan ala tentara. Ia mengenakan pakaian berwarna hijau polos seperti seragam tentara. Duduk sambil memegang sebuah surat kabar berbahasa Arab tertanggal 14 September 2009, Shalit membacakan pesan yang ditulisnya.
Sesekali Shalit, yang kini berusia 23 tahun, melihat lurus ke arah kamera dan tersenyum. “Saya membaca koran untuk mencari informasi tentang diriku sendiri dan berharap membaca berita pembebasan saya segera,” katanya.
“Saya telah menunggu dan berharap sejak lama agar bisa pulang ke rumah.”
Ia juga berharap agar keputusan menampilkan video itu bisa membuka kesempatan untuk pembebasan dirinya.
“Saya berharap pemerintahan ini, yang dipimpin (PM Benjamin) Netanyahu, tidak menyia-nyiakan kesempatan ini untuk mencapai sebuah kesepakatan.”
Prajurit itu juga berbicara mengenai sebuah hari yang dihabiskannya bersama ayah dan saudara perempuannya, ketika ia difoto di atas sebuah tank dan ketika mereka berada di sebuah restoran di sebuah desa Arab Druze.
“Secara fisik saya baik,” katanya, seraya menambahkan bahwa para penculiknya, yang ia sebut sebagai Brigade Mujahidin Al-Qassam, “Memperlakukan saya dengan baik.”
Selesai membacakan suratnya, Shalit berdiri dan berjalan ke arah kamera, untuk membuktikan bahwa ia memang dalam keadaan sehat sepenuhnya. Kemudian ia kembali duduk di kursinya.
Tahanan wanita Palestina tidak dibebaskan pada hari Jumat hingga para pejabat Israel melihat rekaman video itu.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan, prajurit Gilad Shalit dalam keadaan “aman dan baik.” Tapi ia tidak memberikan tanda-tanda bahwa kesepakatan dengan Hamas sudah dekat.
Sementara media Israel melaporkan, Sersan Shalit kelihatan “sehat dan koheren.”
“Walaupun jalan menuju pembebasannya panjang dan sulit, mengetahui bahwa ia aman dan baik, seharusnya menambah semangat kita,” kata Netanyahu.
Hampir tiga tahun, perundingan-perundingan untuk pembebasan Shalit yang ditengahi Mesir tidak pernah mencapai kesepakatan. Kemudian pada bulan Juli, Jerman masuk sebagai mediator dan ikut dalam pembicaraan antara Hamas dan Israel.
Sebuah rekaman suara dan tiga surat telah dikirimkan, sejak Shalit ditahan di Gaza, tanpa satu pun foto Shalit yang dikirimkan.
Rekaman video Shalit ditukar dengan 20 tahanan wanita merupakan hasil kesepakatan pertama terkait pembebasan Shalit. Menurut kesepakatan, video bukti Shalit masih hidup haruslah hasil rekaman terbaru. Shalit harus terlihat berbicara dengan jelas di depan kamera dan durasinya paling sedikit satu menit.
Rekaman yang diserahterimakan hari Jumat, ketika para tahanan dalam perjalanan, diperkirakan dikirim ke Mesir oleh utusan Hamas sendiri. Hamas tidak pernah mengijinkan Palang Merah Internasional untuk mendapatkan akses guna mengetahui keberadaan Shalit.
Menyatukan Palestina
Baik di Gaza maupun Tepi Barat, tempat pemberhentian pertama para tahanan yang dibebaskan adalah kantor pemerintah, tempat di mana dilakukan serah terima secara resmi.
Orang-orang ramai menyambut kedatangan saudara-saudaranya. Mereka meneriakkan tuntutan pembebasan ratusan tahanan yang harus mendekam di penjara dalam waktu lama. Robert Berger seorang jurnalis Barat, melaporkan bahwa para wanita itu disambut layaknya pahlawan oleh rakyat Palestina yang bersukacita.
Di sisi wilayah Gaza pos pemeriksaan Erez, ratusan orang Palestina mengibar-ngibarkan bendera hijau Hamas, dan spanduk hitam Jihad Islam serta warna nasional Palestina. Mereka berkonvoi menuju pantai Laut Mediterania dengan membunyikan sirene.
Ismail Haniyah mengirimkan kendaraan dinasnya untuk menjemput Fatima Al-Zaq, 40, beserta putranya Youssef dan membawa mereka langsung ke kantornya.
Bocah berusia 20 bulan itu segera diambil dari gendongan ibunya, kemudian digendong Haniyah. Ia mencium bayi itu berulang kali. Sementara orang-orang dan media bersorak gembira.
“Saya berharap ini merupakan sebuah langkah menuju pembebasan tahanan laki-laki dan perempuan kita dari penjara-penjara penjajah,” kata Perdana Menteri Hamas Ismail Haniyah di Gaza.
Dalam konferensi pers, ia mengatakan bahwa pembebasan tahanan itu merupakan kemenangan gerakan perlawanan Palestina. “Ini merupakan sebuah kemenangan dari faksi-faksi Palestina yang menangkap Shalit.” Ia menyebut hari itu sebagai “hari harapan besar.”
“Saya berharap ini menjadi langkah menuju rekonsiliasi dan persatuan Palestina. Saya melihat rakyat Palestina bersatu di belakang langkah ini,” katanya kepada kerumunan orang yang menyambut pembebasan Fatima, yang dalam keadaan hamil ketika masuk penjara.
Rumah Fatima dihiasi dengan poster dan bendera. “Kami merasa sangat bahagia,” kata suaminya Muhammad, seorang anggota Jihad Islam. “Orang-orang bersukacita bersama kami, dari semua faksi … pembebasan tahanan ini menyatukan kami.”
Sementara itu di Tepi Barat juga tampak kegembiraan. Suasana penuh haru mewarnai perjumpaan para tahanan dengan keluarganya.
“Perasaan saya sekarang ini dipenuhi suka cita yang besar,” kata Jihad Abu Turki sesampainya wanita itu di kota Ramallah. “Tapi sukacitanya tidak lengkap tanpa kehadiran saudara-saudara saya yang masih di penjara,” katanya memikirkan nasib sesamanya.
“Dalam satu menit kami bebas,” kata Zuhur Hamdan kepada media Israel, sambil memeluk ke sembilan anaknya yang menyambut dia.
“Para tahanan ini berasal dari semua faksi, dan ini merupakan tanda kembalinya persatuan Palestina. Hal itu sangat penting dan kami berharap para tahanan pria dan wanita yang masih tertinggal di dalam akan dibebaskan dalam keadaan baik,” katanya.
Setelah pembebasan mereka, para wanita itu menghadiri upacara singkat di pemakaman Yasser Arafat di Ramallah. Setelah itu mereka akan mengikuti upacara resmi di Mukataa, di mana mereka akan diterima oleh Presiden Mahmoud Abbas.
Mengingat Hamas yang berperan dalam perundingan pembebasan para tahanan, ketidakberadaan bendera Hamas di Baituna jadi kelihatan mencolok. Apalagi empat orang di antara wanita yang dibebaskan adalah anggota Hamas.
Pembantu Abbas, Rafiq Al-Husseini kepada Ynet mengatakan bahwa presiden menyambut semua kesempatan pembebasan para tahanan. Ia berkata, “Presiden akan menemui mereka untuk mengucapkan terima kasih atas pengorbanan dan perjuangan mereka untuk rakyat Palestina. Kami berharap dibebaskannya semua tahanan, dan berharap rakyat Palestina akan melihat semua yang ditahan akan bebas.”
1.000 tahanan
Israel mengurung lebih dari 10.000 orang Palestina di dalam penjara-penjaranya. Hamas yang berhasil menawan Shalit, meminta tebusan berupa pembebasan tahanan Palestina sedikitnya 1.000 orang, termasuk mereka para pejuang yang melakukan serangan-serangan mematikan ke Israel.
Ismail Haniyah mengatakan, bagi Hamas masalah orang-orang Palestina yang di penjara merupakan masalah nasional. Oleh karena itu tidak ada perbedaan tahanan, dari faksi mana ia berasal.
Para wanita yang dibebaskan Israel itu adalah para tahanan “kelas
ringan.” Mereka divonis penjara oleh Israel selama kurang dari 2 tahun.
Kebanyakan dari mereka hampir habis masa kurungannya. Umumnya mereka
dipenjara karena membawa pisau atau senjata api dan dikenai tuduhan
percobaan pembunuhan.
Gilad Shalit, adalah prajurit Israel yang tergabung dalam unit pasukan tank. Ia menjadi prajurit karena wajib militer. Shalit, yang juga warga negara Perancis, diculik bulan Juni 2006 oleh Brigade Mujahidin Al-Qassam yang menyusup ke wilayah pendudukan Israel melalui terowongan di bawah perbatasan. Pasukan Al-Qassam berhasil membunuh dua orang prajurit Israel dan membawa Shalit yang terluka masuk ke wilayah Palestina.
Israel sangat ingin Shalit dibebaskan. Bahkan hanya karena seorang Shalit, Israel menjadikan pembenaran menyerang dan mengepung Jalur Gaza yang telah menewaskan lebih dari 1500 korban jiwa dan menghancurkan wilayah itu.[di/berbagai sumber/hidayatullah.com]