Hidayatullah.com–Konferensi Internasional terbaru, berupa dialog antar-agama, telah berlangsung di Jenewa Swiss selama dua hari, 30/9-1/10. Konferensi yang bertujuan untuk mengusung pemahaman yang lebih baik di antara agama dan kebudayaan yang berbeda itu adalah pertemuan yang keempat dari rangkaian dialog yang digagas oleh Raja Abdullah.
Pemimpin agama dan akademisi dari hampir 40 negara ikut ambil bagian. Di antaranya adalah Presiden Komisi HAM Arab Saudi Bandar Al-Eiban, Presiden Christians and Muslims for Peace dari AS, William Baker, Wakil Ketua Buddhist Association of China, biksu Xue Cheng, Deputi Menteri Pendidikan Saudi, Faisal bin Muammar, seorang sarjana terkenal masalah Hinduisme, Sri Ravi Shankar, dan Sekjen World Forum for Proximity of Islamic Schools of Thought dari Iran, Mohammad Ali Al-Taskhiri.
Para pembicara dan delegasi yang menghadiri konferensi di Hotel Inter-Continental Jenewa mengungkapkan harapan mereka agar forum internasional itu mengembangkan budaya dialog di antara para penganut agama yang berbeda. Mereka yakin bahwa dialog haruslah menjadi fokus utama dan bukan menonjolkan perbedaan, agar tujuan yang dimaksud bisa tercapai.
Sekjen Liga Muslim Dunia yang berpusat di Makkah, Abdullah Al-Turki sebagai penyelenggara utama konferensi, mengungkapkan harapan bahwa forum dialog itu akan menciptakan pemahaman yang lebih besar di antara penganut agama yang berbeda, memperkuat dasar-dasar perdamaian dan persahabatan antar-bangsa, dan mendorong mereka untuk bekerja sama demi kesejahteraan dan kebaikan seluruh umat manusia.
Al-Eiban, yang menyampaikan pidato dari pihak Kerajaan Saudi pada sesi pembukaan, menekankan pentingnya memusatkan perhatian pada nilai yang sama yang dimiliki oleh semua agama. “Hanya berfokus pada perbedaan setiap agama dan kebudayaan akan menggiring pada fanatisme dan peperangan saja,” katanya.
Presiden Swiss diwakili oleh Muriel Berset, wakil Swiss di markas PBB Jenewa. Wanita itu mengatakan, Swiss akan sepenuhnya mendukung inisiatif Raja Saudi itu. Dia juga menyoroti upaya negaranya untuk mempromosikan perdamaian dunia dengan menjadi tuan rumah dari beberapa pertemuan.
“Kami menyambut kalian semua di Jenewa, kota perdamaian dan dialog,” katanya dalam bahasa Arab.
Navanethem Pillay, Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia, juga berbicara pada sesi pembukaan. Dia mendesak para pemimpin keagamaan untuk mempertimbangkan kesejahteraan manusia dan perlindungan hak asasi manusia ketika menafsirkan teks-teks agama.
Pendeta Samuel Kobia, Sekjen Dewan Gereja Dunia, yang berbasis di Jenewa, menekankan upaya organisasinya untuk mempromosikan dialog antar-agama. “Kita harus menghormati perbedaan yang ada di dalam kepercayaan dan keyakinan kita,” kata Kobia yang organisasinya mewakili pengikut Protestan, Ortodoks, dan gereja Anglikan.
Para perwakilan mengatakan, mereka menyimpan harapan tinggi terhadap konferensi itu. Walter Schwimmer, Ketua International Coordination Committee for Dialogue of Civilization, menekankan perlunya mengundang orang-orang yang belum siap untuk dialog. “Dalam konferensi ini dan yang sebelumnya, hanya melihat orang-orang yang mendukung gagasan ini.”
Bagaimana pun ia yakin konferensi itu mampu menyebarkan semangat dialog di kalangan orang-orang yang berbeda agama.
Shantilal Somaiya, yang mengelola beberapa institusi pendidikan di Mumbai, juga bersemangat. Dia menyatakan siap untuk mendukung penyelenggaraan konferensi serupa di India. Somaiya bertemu dengan Al-Turki di sela-sela konferensi.
Rabi Steven Jacobs, pendiri Progressive Faith Foundation yang berbasis di Los Angeles, menekankan efek positif dari konferensi. Dia mengatakan akan memberikan kontribusi dalam penyelesaian isu-isu politik besar, termasuk konflik Arab-Israel.
“Forum ini memberikan kesempatan kepada para pemimpin agama yang berbeda untuk bertemu satu sama lain, bertukar pandangan, dan saling mengenal lebih dekat,” katanya.
Dialog antar-agama ini awalnya tidak sedikit yang meragukan kemampuan Arab Saudi untuk menyelenggarakan acara itu, mengingat negara tersebut dikenal sebagai negara Islam yang konservatif. Pertemuan pertama dilakukan di Makkah pada 4 Juni 2008, kedua di Madrid Spanyol 16 Juli 2008, dan pertemuan ketiga diselenggarakan di PBB pada Nopember 2008. [di/an/hidayatullah.com]