Hidayatullah.com—Sebuah lembaga advokasi Kristen, Christian Solidarity Worldwide (CSW) menuduh pihak keamanan Myanmar sengaja ”berkolusi dengan massa, yang menyerang, membunuh dan menangkap warga Rohingya”. Bahkan telah menangkapi ulama Muslim, katanya dikutip ucanews.com, Jumat (02/11/2012).
Karenanya, CSW mendesak masyarakat internasional untuk menekan pemerintah untuk mengizinkan pengamat internasional dan bantuan kemanusiaan ke daerah bencana tersebut.
“Aksi internasional dan bantuan adalah kebutuhan mendesak untuk mengakhiri kekerasan ini,” kata Johnston. Krisis itu menimbulkan “ancaman serius bagi perdamaian dan demokratisasi” di Myanmar, tambahnya.
Kekerasan Buddha-Muslim di Myanmar kini tak hanya sebatas konflik etnis, bahkan telah meningkat menjadi kampanye anti-Muslim yang semakin meluas, demikian kelompok hak asasi manusia Christian Solidarity Worldwide (CSW).
Kekerasan itu telah terkonsentrasi di negara bagian Rakhine, dimana komunitas Muslim Rohingya menjadi korban utama.
Tapi, umat Muslim pada umumnya, bukan hanya warga Rohingya, kini menghadapi serangan, kata Andrew Johnston, direktur advokasi CSW, dalam sebuah pernyataan kemarin.
Pernyataan itu menyusul laporan di surat kabar Inggris The Observer, yang mengatakan bahwa banyak dari warga yang mengungsi pekan lalu ketika kota Kyaukpyu dihancurkan sepertinya warga Rohingya tanpa negara, namun para penduduk asli itu diakui secara resmi sebagai komunitas Kaman Muslim.
“Kekerasan ini bukan hanya anti-Rohingya lagi, tapi anti-Muslim,” kutip Chris Lewa, direktur kelompok advokasi Rohingya, Proyek Arakan.
CSW mendesak PBB untuk “bertanggung jawab melindungi” warga tersebut berdasarkan prinsip di mana PBB memiliki hak untuk ikut campur tangan dengan cara-cara “diplomatik, damai dan kemanusiaan” untuk mencegah genosida, kejahatan perang, pembersihan etnis dan kejahatan terhadap kemanusiaan.
Dalam sepekan terakhir, CSW mengatakan, ribuan rumah di negara bagian Rakhine telah hancur, ratusan orang tewas dan lebih dari 100.000 orang mengungsi.*