Hidayatullah.com– Sejak abad ke-19 M dengan ditandai runtuhnya Kerajaan Utsmani Turki, umat Islam secara umum mengalami masa kelam.
Saat itulah kolonialisasi negara Barat terhadap negara-negara Muslim dilakukan sehingga mempengaruhi banyak hal. Inilah salah satu tantangan Ahlus Sunnah wal Jamaah.
Demikian dijelaskan oleh Dato’ Dr H Zulkifli bin Mohammad al-Bakri, Mufti Wilayah Persekutuan Malaysia, pada Seminar “Pengukuhan Akidah Ahli Sunnah Wal Jamaah dalam Dunia Melayu” di Melaka-Malaysia, Kamis (17/11/2016).
Dalam seminar yang dihadiri oleh peserta dari Indonesia, Singapura, Sri Lanka, Brunei, dan Thailand ini, Dato’ Zulkifli menegaskan, pasca kolonialisasi, negara-negara Islam dibuat blok-blok.
“Negara Islam ada yang ke blok Barat dan ada yang blok ke Rusia. Dengan ini, negara Islam dibuat tidak stabil. Lihat seperti yang terjadi di Suriah, Iraq, Yaman, dan lain-lain,” terangnya.
Maka, tantangan umat Ahlus Sunnah antara lain adalah; negara-negara Islam tidak ada kesatuan dan umat Islam dibuat terus dalam kejahilan.
“Umat Islam jumlahnya hampir sepertiga penduduk dunia, tetapi kita dapati umat Ahlus Sunnah tidak bermakna,” tambahnya.
Dato Zulkifli mengatakan, Barat menjajah Islam dengan membawa tiga G; Gold, Glory, dan Gospel. Karena itu para penjajah tersebut membangun seminari-seminari. Juga membawa faham sekularisme.
“Dalam situasi ini apa peranan Ahlus Sunnah? Tiada lain harus mengokohkan ilmu kita,” tambahnya.
Jalan Keluar
Menurut Dato’ Zulkifli, jalan keluar dari semua ini telah diasaskan oleh para pendahulu. Yakni, kembali kepada asal Islam, karena mereka memberi teladan yang baik.
“Kembali kepada asholah-lah kita akan maju,” jelasnya.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Ciri khas Ahlus Sunnah menurutnya adalah wasathi (tengah-tengah), tidak radikal dan tidak lembek mengabaikan syariah.
Seminar ini merupakan rangkaian dari konferensi Dunia Melayu Dunia Islam (DMDI) ke-17, dihadiri oleh orang-orang Melayu yang tersebar di berbagai negara.
Selain Mufti Wilayah Persekutuan, narasumber lain yang memberi materi adalah Prof Dr Wan Suhaimi Wan Abdullah dari CASIS UTM Malaysia.
Juga Ustadz Ahmad Hafiz bin Hj Mohd Alwi dari Pusat Pendidikan Ar Rifa’i Selangor dan Dr Zainal Abidin Bilfaqih (Direktur Pascasarjana INI Dalwa Bangil Indonesia).*