Hidayatullah.com–“Mewujudkan kembali kejayaan Islam adalah cita-cita setiap umat maupun gerakan dakwah Islam di manapun mereka berada. Yang paling penting dalam mempelajari masa kejayaan Islam ini bukan hanya masalah tanggal, periode, ataupun wilayah, melainkan seperti apa keadaan umat Islam ketika masa jayanya dan visi hidup umat Islam itu sendiri,” ucap Akmal ketika memulai perkuliahan Sekolah Pemikiran Islam (SPI) #IndonesiaTanpaJIL pada Kamis, 28 Mei 2015, di Jalan Kalibata, Jakarta.
Akmal menjelaskan bahwa dengan mengkaji materi “The Golden Age of Islam” ini kita harus mempunyai cita-cita untuk menjayakan Islam kembali dan paham apa yang harus kita lakukan untuk mencapainya.
Perkuliahan terakhir setelah berjalan sekitar tiga bulan lamanya, menghadirkan narasumber Akmal Sjafril M.Pd.I yang juga merupakan inisiator dari #IndonesiaTanpaJIL dan Sekolah Pemikiran Islam (SPI).
Perkuliahan ini diikuti oleh sekitar 30 peserta dari berbagai gerakan dakwah.
Akmal menjelaskan bagaimana Islam sukses membangun sebuah peradaban berbasis ilmu.
“Islam mengangkat harkat martabat masyarakat Arab yang tadinya sangat terisolir. Islam menghapuskan kejahilan dan menggantinya dengan kecintaan terhadap ilmu, bahkan peradaban Islam telah melahirkan tradisi ilmu di kalangan masyarakat Arab,” ungkapnya.
Akmal juga menjelaskan mengenai masa kegelapan masyarakat Eropa yang justru terjadi nyaris bersamaan dengan saat Islam sedang mengalami kejayaannya.
“The dark age di Eropa yang terjadi pada abad ke 5-15 M diawali dengan keruntuhan Romawi Barat dan diikuti dengan perang yang berkepanjangan. Perang yang panjang mengakibatkan masyarakat urban berpindah ke pedalaman dengan fasilitas hidup yang sangat terbatas. Wabah penyakit yang membunuh sepertiga populasi eropa dan hegemoni Gereja menambah parah masa kegelapan masyarakat Eropa ini,” tuturnya.
Kemudian Akmal menjelaskan pencapaian kejayaan Islam di berbagai macam bidang sains.
“Dalam bidang pendidikan, Nizam Al-mulk yang merupakan sahabat Imam Ghazali banyak membangun madrasah pada masanya, dan Fatimah Al-Fihr membangun perguruan tinggi pertama pada tahun 841 M. Dalam bidang astronomi, Al-Battani telah dapat memprediksi kapan terjadinya gerhana bulan, kemudian Al Aastrulabi pada abad ke-10 telah mengembangkan Astrolabes yang merupakan alat pengukur posisi bintang yang berfungsi layaknya GPS pada saat ini,” jelasnya.
Menurut Akmal peradaban ilmu adalah kunci kejayaan, dan peradaban ilmu yang benar dimulai dari tauhid.
“Tauhid menjelaskan jati diri manusia dan hakikat hidupnya. Seorang Muslim mencintai ilmu karena jiwanya ingin mengenal Allah. Peradaban berbasis ilmu inilah yang mampu berjaya dan memberikan pencerahan kepada dunia,” pungkas Akmal.*/Mirdal Muthahari