Hidayatullah.com – Salah satu yang menjadi agenda utama Musyawarah Nasional (Munas) Majelis Ulama Indonesia (MUI) Munas MUI ke-IX kali ini adalah pemilihan Ketua Umum MUI yang baru.
Prof. Dr Din Syamsudin, Ketua Umum MUI menyatakan, tidak ada istilah meminta jabatan di MUI.
“Di MUI itu tidak ada istilahnya meminta-minta jabatan, saya sendiri diangkat menjadi ketua karena menggantikan ketua sebelumnya yang wafat,” ujar Din setelah acara pembukaan di Gedung Grahadi kepada hidayatullah.com, Selasa (25/08/2015).
Namun saat ditanya apakah dirinya siap jika terpilih kembali menjadi ketua MUI, Din menegaskan tidak ada pengandaian seperti itu.
“Bukan seperti itu, MUI tidak dijadikan untuk memperebutkan jabatan, itu fatal. Kalau seperti itu MUI tidak bisa menjadi qudwah,” tegasnya.
Ditanya mengenai ciri sosok yang pantas memimpin MUI, Din mengisyaratkan tipe pemimpin yang mampu mengayomi.
“Saya setuju dengan ide bahwa MUI ini harus sebagai tenda besar ummat, makanya dibutuhkan pemimpin yang mampu mengayomi,” paparnya.
Terkait sistem pemilihan, Din mengungkapkan, bahwa jalan yang dipilih MUI adalah musyawarah para ulama dan zuama.
“Kemungkinan ada 17 formatur yang nantinya akan bermusyawarah menentukan siapa ketua MUI selanjutnya,” jelas Din.
17 orang formatur itu sendiri, tambah Din, mencakup jajaran pimpinan MUI, pimpinan Ormas Islam dan perwakilan-perwakilan MUI wilayah.
“Intinya tidak ada persaingan di MUI,” pungkas Din. */Yahya G. Nasrullah