Hidayatullah.com- Ulama dan sekaligus Tokoh Masyarakat Betawi KH. Cholil Ridwan menyebutkan, sudah jelas bahwa Partai Komunis Indonesia (PKI) melakukan pemberontakan atau makar merebut kekuasaan dengan menghalalkan segala cara, bahkan dilakukan sebelum Indonesia merdeka.
“PKI berontak bukan hanya tahun 1965, tetapi tahun 1926 sebelum negara ini merdeka, PKI sudah berontak. Dan tentunya ingin mendirikan negara komunis Indonesia,” kata Cholil saat menjadi pembicara dalam tabligh akbar sekaligus Ziarah dan Doa Memperingati Hari Pengkhianatan PKI terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) di Lubang Buaya, kompleks Monumen Pancasila Sakti, Cipayung, Jakarta Timur, Kamis (01/10/2015) sore.
Bahkan, Cholil menambahkan, dua tahun Indonesia baru merdeka, yaitu 1948-an, PKI melakukan pemberontakan secara keji dan tidak masuk akal di Madiun, yang kini dikenal dengan nama ‘Madiun Afair’ atau Peristiwa Madiun.
“Bukanlah partai komunis kalau tidak ada kemauan untuk memberontak dan merebut kekuasaan. Ini yang harus dicatat semua bangsa Indonesia,” ujar Cholil.
Cholil pun mengungkapkan jika dirinya tidak pernah sanggup membuka mata ketika sedang menonton film pemberontakan Gerakan 30 September PKI (G 30S/PKI) saat sesi-sesi tayangan penyiksaan yang dilakukan oleh kader-kader PKI terhadap para jenderal putra terbaik negara di tempat ini (Lubang Buaya).
“Semalam saya melihat film pemberontakan G30S/PKI di markas besar Pemuda Islam Indonesia (PII) bersama dengan beberapa tokoh. Saya benar-benar tidak mampu untuk membuka mata,” tegas Cholil.
Lebih lanjut lagi, Cholil menyatakan bahwa PKI merekayasa adanya Dewan Jenderal. Di mana itu hanyalah akal-akalan PKI saja supaya mendapatkan legitimasi yang seolah-olah mereka (PKI) ingin menyelamatkan Soekarno dari gerakan yang ingin merebut kekuasaan dan mengatasnamakan Dewan Jenderal.
“Padahal itu semua adalah rekayasa dan kita bangga dengan para Jenderal sebagai patriot yang dimintai tanda tangan adanya Dewan Jenderal tetapi mereka lebih rela disiksa dan dibunuh, kemudian dimasukan ke dalam sumur Lubang Buaya daripada menandatangani surat yang disediakan oleh PKI tersebut,” demikian ungkapnya.
Oleh karena itu, Cholil mewakili umat Islam mengusulkan supaya film pemberontakan G30S/PKI selalu diputar pada tanggal 30 September.
“Kalau ada pejabat negara atau partai yang tidak setuju film G30S/PKI diputar, itu artinya bahwa dia adalah simpatisan PKI,” tegasnya disambut dengan pekikan takbir dari para hadirin.*