Hidayatullah.com–Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Provinsi Aceh, Tgk. H. Faisal Ali, mengatakan, meneladani Rasulullah merupakan suatu keharusan yang harus diikuti oleh muslim dalam kehidupan sehari-hari. Salah satunya adalah cinta orang kepada orang miskin, kaum dhuafa dan anak-anak yatim.
Begitu juga dengan pemimpin, dalam menjalankan berbagai program pembangunan di bawah kepemimpinannya juga harus lebih berpihak dan pro kepada masyarakat lemah yang tidak berdaya tersebut.
Pernyataan ini disampaikan Faisal Ali dalam tausiahnya pada peringatan maulid Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wassallam yang dilangsungkan di halaman Kantor LKBN Antara Biro Aceh, Banda Aceh, Senin (1/2/2016) kemarin.
Ulama yang akrab disapa Abu Sibreh ini menyebutkan, di Aceh saat ini sedang sibuk-sibuknya mengupas persoalan-persoalan anggaran tahun 2016. Sementara di sisi lain, masyarakat miskin di Aceh masih cukup banyak dan rumah-rumah penduduk yang belum layak dan mirip gubuk juga masih banyak.
“Tapi kalau dikaitkan dengan teladan Rasulullah, itu jauh dari keteladanan,” ujarnya.
Ia mengatakan, apabila di suatu daerah masih banyak orang miskin yang rumahnya belum layak, sementara pemerintah sibuk membahas anggaran yang memperioritaskan hal lain selain kebutuhan masyarakat miskin tersebut, maka itu bukan meneladani Rasulullah.
“Apabila ada perioritas untuk orang miskin yang belum layak rumahnya, tapi misalnya diperioritaskan untuk lapangan golf, itu pengkhianatan,” kata Faisal Ali di hadapan para para wartawan yang tergabung dalam KWPSI dan seratusan undangan dari berbagai instansi.
Pimpinan Dayah Mahyal ‘Ulum Al Aziziyah Sibreh, Aceh Besar ini lebih lanjut menambahkan, apa yang dilakukan Rasulullah, bukan untuk pribadinya, tapi untuk kepentingan umatnya.
“Rasulullah uang pribadinya saja diberikan untuk kesejahteraan masyarakat, kesejahteraan agama Allah. Apa yang dilakukan dalam kehidupan beliau, bukan untuk pribadinya,” kata Tgk. Faisal Ali yang juga Ketua PWNU Aceh ini.
Disebutkannya, berbagai persoalan yang menimpa bangsa dan daerah ini, seperti maraknya penyalahgunaan narkoba, krisis pembangunan, kurangnya perhatian terhadap masyarakat kecil dan lainnya, patut menjadi renungan semua pihak. Untuk mengatasinya, perlu meneladani Rasulullah dalam menyikapi persoalan.
Rasulullah dalam kiprahnya menyampaikan pesan-pesan umat, bukan hanya pada satu sisi, tapi dilakukan pada semua aspek.
“Beliau menjadi teladan dalam memperhatikan fakir miskin, mendidik anak, teladan dalam hal mendidik anak yatim, teladan dalam pembangunan, tata negara, dan lainnya,” kata Faisal Ali.
Ia juga mengaku prihatin, dengan persoalan penyalahgunaan narkoba yang belum dapat diatasi zaman sekarang. Setelah puluhan tahun Indonesia merdeka, penyalahgunaan narkoba bukannya menurun, tetapi malah meningkat.
“Statistiknya (Pemakai Narkoba) meningkat terus, berarti kita belum meneladani Rasulullah,” ujarnya.
“Saya sudah bermukim di tiga tempat, dan tidak ada yang bebas dari pengaruh narkoba. Narkoba telah merambah ke anak-anak, telah merusak generasi bangsa,” ungkapnya.
Ulama muda ini mengatakan, fakta semakin luasnya peredaran narkoba, menunjukkan masyarakat Aceh belum bisa meneladani akhlak Rasulullah Shallallahu “alaihi Wassallam.
“Rasulullah berhasil membasmi budaya mabuk di kalangan suku Quraish. Hanya dalam jangka 23 tahun, Rasulullah bukan hanya mampu mengubah Bangsa Arab, tapi dunia,” ujarnya.
“Sedangkan kita, sudah tiga kali 23 tahun usia bangsa ini, budaya mabuk bukannya hilang, malah semakin merajalela. Ini menunjukkan kita, terutama para pemimpin, gagal meneladani sikap Rasulullah. Padahal setiap tahun kita peringati maulid,” ungkap Abu Sibreh. */Teuku Zulhairi (Aceh)