Hidayatullah.com– Walau tempat tinggalnya telah rata dengan tanah, tidak sedikit warga Pasar Ikan, Penjaringan, Jakarta yang memilih bertahan.
Alasannya sederhana, mereka tidak ingin pindah dari lingkungan yang telah ditinggalinya selama puluhan tahun. Terlebih, karena memang dirasa tak ada pilihan lain yang lebih baik.
Syamsudin misalnya, ia mengaku tidak bisa menerima solusi dari Pemprov DKI Jakarta yang menyiapkan rumah susun (rusun) bagi warga Pasar Ikan.
“Saya tidak akan pindah karena sudah sejak puluhan tahun tinggal di sini,” ujarnya saat ditemui hidayatullah.com, Sabtu (23/04/2016).
“Kami sudah bayar PBB sejak tinggal di sini. Kalau saya kenanya sekitar Rp 300 ribuan,” ungkapnya.
Misalnya, tutur dia, ongkos dari rusun ke daerah Sunda Kelapa setiap hari Rp 10 ribu, jadi sekitar Rp 300 ribu sebulan. Biaya makan juga bertambah.
“Walaupun sewa 3 bulan pertama gratis, tetep banyak kebutuhan awal karena pindah,” ujarnya.
Para warga yang tergusur itu juga menyayangkan Pemprov DKI yang disebutnya tidak melakukan ganti rugi bangunan, karena mereka bayar PBB tiap tahun.
Warga mengeluhkan pula akan nasib anak-anak sekolah yang terganggu proses belajarnya, terlebih penggusuran sejak Senin (11/04/2016) itu dilakukan sewaktu musim ujian sekolah. Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) mengklaim sudah mempertimbangkan panjang soal penggusuran itu.*