Banyak yang termakan propaganda yang diluncurkan otoritas Myanmar dan komponennya melalui saluran media memberikan citra negatif muhajirin Rohingya
Oleh: Abu Ahmad
Hidayatullah.com | PENINDAS, meskipun ia dapat memanipulasi fakta dengan menggunakan alat, sumber daya, maupun pengaruhnya dalam jangka waktu atau lokasi geografis tertentu, tidak berarti bahwa yang tertindas otomatis menjadi penjahat. Kejahatan tetaplah kejahatan, dan penindas tetaplah penindas.
Di tengah berbagai tipu daya dari penindas, faktanya Muslim Rohingya di Arakan telah menghadapi segala bentuk rasisme, diskriminasi etnis, kekerasan, penganiayaan, dan genosida di tangan otoritas Buddha; yang telah berlumuran dengan darah manusia yang tidak bersalah dari tahun 1938 hingga saat ini.
Tidak Ada Hak untuk Rohingya
Pemerintah Burma merampas hak-hak etnis Rohingya di tanah air mereka – hak untuk hidup, hak untuk bergerak, hak atas pendidikan, hak kesehatan, hak untuk bekerja, dan bahkan hak atas kebebasan beragama.
Mengapa Kita Tidak Bisa Menyalahkan Rohingya?
Pengungsian mereka ke negara-negara tetangga sepenuhnya karena kebutuhan, mencari kelangsungan hidup dan keamanan, serta meninggalkan segala barbarisme dan kekejaman Burma.
Mereka tidak bisa disalahkan; mereka tidak punya pilihan selain pergi, menghadapi pengusiran paksa atau kematian.
Inilah alasan utama mengapa laporan-laporan internasional selalu menyoroti kasus-kasus manusia perahu Rohingya yang sampai ke pantai di negara-negara tetangga.
Laporan Mengejutkan dari Portal Lokal Indonesia
Baru-baru ini, beberapa pemberitaan di Indonesia mengejutkan dunia ketika mereka menggambarkan kedatangan muhajirin Rohingya ke Banda Aceh sebagai penjahat.
Bagaimana mungkin korban genosida bisa menjadi penjahat, sementara penjahat sebenarnya yang terus-menerus menyakiti mereka bisa lolos dari kecaman yang diterima muhajirin Rohingya?
Laporan-laporan yang tidak bertanggung jawab ini menciptakan ketidakpastian dan kebingungan di kalangan masyarakat; yang sebenarnya telah membela hak-hak dan martabat Rohingya selama beberapa dekade.
Tuduhan dan Klarifikasi
Untuk mengatasi dan melawan tuduhan palsu terhadap para korban terorisme yang disponsori negara itu, saya berusaha menjelaskan beberapa fakta agar masyarakat dapat memiliki pemahaman dan pandangan yang akurat mengenai penderitaan bangsa Rohingya.
Publik secara umum dapat dikategorikan menjadi tiga mengenai penderitaan orang-orang Rohingya:
1. Mereka yang Tidak Menyadari Penderitaan Rohingya
Mereka yang tidak tahu tentang penderitaan orang-orang Rohingya di tanah airnya di Arakan, Burma, dan percaya pada pemberitaan media yang tidak bertanggung jawab, lalu bertindak hanya berdasarkan laporan tersebut.
Seruan kami kepada mereka adalah, tolong jangan berpihak kepada para penjahat dengan melawan orang-orang tak berdosa yang tidak berdaya dan hanya mencari perlindungan untuk menghindari kematian, dengan mengharapkan belas kasihan dan kebaikan Anda.
Dengan satu klik, Anda dapat menemukan kisah nyata orang-orang ini dari sumber yang dapat dipercaya. Silakan ambil satu langkah ke depan sebelum Anda bergandengan tangan dengan para penjahat bersejarah yang melawan semua minoritas di negara bernama Burma (Myanmar).
2. Mereka yang Sadar akan Penderitaan Rohingya
Mereka yang telah mengetahui penderitaan warga Rohingya selama puluhan tahun dan selalu mendukung upaya penyelamatan nyawa orang-orang tersebut. Silakan maju untuk membantu demi kemanusiaan.
Beri tahu yang lain bahwa orang-orang ini juga berhak untuk hidup dan bukan penjahat.
Mereka tidak melakukan kejahatan apa pun, namun semua kejahatan telah dilakukan terhadap mereka. Beberapa dari mereka yang selamat harus kehilangan seluruh anggota keluarga atau kerabatnya dan meninggalkan semua harta bendanya.
3. Mereka yang Dicuci Otak oleh Propaganda Anti-Rohingya
Mereka telah termakan propaganda yang diluncurkan otoritas Myanmar dan komponen-komponennya melalui berbagai sarana dan saluran media.
Kepada mereka, kami katakan, tolong berhenti bertindak tanpa berpikir. Buka mata kalian.
Tidak ada orang yang mau meninggalkan tanah airnya tanpa alasan. Cobalah sejenak lihat catatan sejarah dan cari tahu latar belakang komunitas di Arakan ini.
Sedangkan atas berbagai tuduhan yang disematkan kepada Rohingya, berikut jawabannya.
1. Rohingya merupakan penyusup:
Orang-orang Rohingya selalu disalahkan karena dianggap imigran ilegal di suatu negara, termasuk di tanah airnya sendiri. Untuk membantah tuduhan palsu ini, kita dapat melihat kembali ke tahun 1948, setelah Burma memperoleh kemerdekaan dari pendudukan Inggris.
Pada masa kepemimpinan pahlawan nasional Burma, Aung Sang, dan Perdana Menteri U Nu, masyarakat Rohingya berpartisipasi aktif dalam proses pembangunan negara dan bekerja bahu membahu bersama etnis lain.
Mereka menjadi bagian integral dari era kejayaan Burma, yang sering disebut era keemasan. Selain itu, beberapa jabatan menteri ditempati oleh para sesepuh Rohingya.
Jika mereka benar adalah penyusup, mengapa hak istimewa tersebut dapat diberikan kepada mereka?
Ditambah, sejumlah peristiwa dan dokumen sejarah pada masa itu, serta deklarasi resmi, menegaskan bahwa Rohingya sebagai penduduk asli negara tersebut.
Bilamana, sebagai argumen, tuduhan etnis Rohingya sebagai penyusup adalah benar, hal tersebut tidak juga membenarkan pengusiran mereka.
Sebaliknya, pendekatan yang lebih konstruktif dapat dilakukan dengan mengintegrasikan mereka ke dalam komunitas lokal dan menerapkan konsep persatuan dalam keragaman, yang telah terbukti berhasil di banyak negara tetangga di Asia Selatan.
Pendekatan ini juga menjadi faktor penting dalam mendorong pembangunan dan stabilitas.
2. Rohingya sebagai masyarakat pengganggu dan tidak disiplin;
Rohingya dianggap sebagai masyarakat yang suka mengganggu dan tidak disiplin, selalu menimbulkan masalah ke mana pun mereka pergi dan menyebabkan ketidakstabilan.
Untuk membantah tuduhan palsu tersebut, kita bisa melihat kembali 12 tahun masa keemasan pasca kemerdekaan Burma.
Selama periode ini, ratusan pegawai negeri sipil terkemuka, khususnya guru di sekolah dan perguruan tinggi negeri, serta anggota DPRD, adalah warga Rohingya.
Hal ini menunjukkan bahwa orang-orang tersebut memiliki standar moral yang tinggi, terbukti dengan pilihan pemerintah untuk mengangkat mereka.
Selain itu, etnis Rohingya memiliki sejarah panjang di luar negeri, khususnya di Timur Tengah. Terlepas dari kesalahan-kesalahan individu manusia pada umumnya, komunitas ini tidak pernah menimbulkan masalah berarti.
Bahkan di beberapa negara, mereka dipuji oleh otoritas setempat karena kecerdasan dan teladan moral mereka.
Kami sepakat bahwa setelah menderita penindasan dalam jangka waktu yang lama, beberapa kejelekan mungkin saja muncul, namun tidak sejauh klaim palsu dari pihak-pihak yang membenci mereka.
3. Masyarakat Rohingya angkat senjata untuk memerdekakan diri
Ini adalah tuduhan palsu. Myanmar adalah negara multietnis dan multiagama, dan Persatuan Burma dibentuk berdasarkan kenyataan ini.
Akibat kudeta militer dan kebrutalan militer Myanmar, bahkan hampir seluruh komunitas etnis, termasuk Rohingya, yang mengangkat senjata melawan pemerintah pusat.
Ada beberapa alasan utama terjadinya reaksi melawan pemerintah pusat ketika itu;
• Proses Burmanisasi: Kepemimpinan pusat pada saat itu, yang sebagian besar didominasi oleh kelompok etnis Burma, memprakarsai proses Burmanisasi di sektor-sektor penting lembaga pemerintah sehingga menyebabkan keresahan di antara etnis lainnya.
• Pelanggaran Perjanjian: Berdasarkan perjanjian yang dibuat oleh perwakilan etnis selama masa kemerdekaan, setiap etnis mempunyai hak untuk menentukan nasib sendiri setelah jangka waktu tertentu. Namun, pemerintah pusat yang dikuasai Burma mengabaikan klausul ini sehingga menyebabkan pertumpahan darah yang terus berlanjut di antara anggota negara yang sama.
Sedangkan, dari segi jumlah, kelompok bersenjata Rohingya hanyalah kelompok kecil dibandingkan dengan Kachin, Karen, Chan, Rakhine, maupun etnis lainnya yang mengadakan perlawanan. Namun, Rohingya justru menerima operasi militer yang paling brutal.
• Formula Pecah Belah: Di beberapa negara bagian, seperti Arakan, di mana dua komunitas telah hidup damai selama berabad-abad, pemerintah pusat yang dikuasai Burma justru memainkan peran untuk memecah belah. Taktik mereka melibatkan penciptaan kebencian dan eksploitasi perbedaan agama maupun etnis untuk mencegah komunitas-komunitas ini menyatukan suara mereka melawan keputusan-keputusan represif yang diberlakukan oleh pemerintah pusat terhadap negara.
Kebenaran yang Pahit
Myanmar dikelilingi oleh banyak kelompok perlawanan, dan junta telah kehilangan kendali atas beberapa wilayah di mana masyarakat sipil dari etnis-etnis perlawanan tersebut dapat tinggal di kampung halamannya dengan aman.
Namun, lain cerita dalam kasus warga Rohingya. Atas nama melawan “kelompok pemberontak”, penduduk sipil dibantai dan diusir dari tanah air mereka.
Alasannya sangat jelas: etnis Rohingya tidak memiliki keyakinan, budaya, dan identitas yang sama sehingga mereka adalah manusia yang tidak diinginkan. Sayangnya, ini adalah kenyataan pahit yang sulit dicerna oleh banyak orang.
Kekhawatiran Rohingya
Muhajirin Rohingya selalu khawatir dengan rencana jahat musuh-musuh mereka, khususnya pihak berwenang Myanmar, untuk menyabotase hubungan harmonis yang terjalin dengan negara tuan rumah mereka.
Hal ini dilakukan untuk menciptakan kesalahpahaman dan memutarbalikkan citra mereka di benak tuan rumah.
Konspirasi ini telah terjadi di masa lalu dan sekarang, dan diyakini juga akan terjadi di masa depan. Penyebaran cerita dan video klip palsu, misinformasi dan kebohongan, pengerahan pasukan siber, serta menggunakan kolumnis dan blogger jahat, yang bertujuan untuk mendistorsi citra dan martabat Rohingya.
Semua ini dirancang dengan hati-hati untuk menghilangkan simpati tuan rumah terhadap muhajirin Rohingya dan untuk menabur benih kebencian antara pengungsi dan tuan rumah mereka.
Perjuangan Rohingya
Singkatnya, etnis Rohingya adalah orang-orang yang berjuang mencari kelangsungan hidup dari upaya-upaya musuh yang berusaha menghancurkan mereka dengan segala cara.
Masyarakat Rohingya mencari uluran tangan guna mendampingi mereka meraih kembali hak-hak asasi serta keadilan di tanah air mereka di Arakan.
Mereka ingin dunia memberi jalan bagi mereka untuk kembali ke tanah air dengan bermartabat dan terhormat, serta memulihkan dan melestarikan budaya dan keaslian mereka.
Namun, timbul pertanyaan: Bagaimana mereka bisa mendapat keselamatan di dunia yang tidak aman bagi mereka? *
Penulis merupakan aktivis Rohingya Youth Foundation