Hidayatullah.com | DI hari kemuliaan, Jumat (17/09/2021) beredar berita duka, bahwa Ibunda Aida Chered telah berpulang ke Rahmatullah.
Sontak segenap ruang media komunikasi online kader Hidayatullah senyap sejenak dan kemudian berhambur kalimat istirja dan doa-doa untuk istri dari Pendiri Hidayatullah, KH Abdullah Said itu.
Ibunda Aida adalah sosok teduh dan murah hati. Tahun 2007, kala saya ke Gunung Tembak, Balikpapan, Kalimantan Timur, untuk melakukan sesi wawancara dengan para sahabat KH Abdullah Said dan santri senior, termasuk Ibunda Aida sendiri guna penuntasan skripsi, saya sempat berdialog dengan beliau.
Dialog yang tidak panjang sebenarnya namun memberi kenangan tak kan pernah mungkin terlupakan.
Kala saya datang ke kediaman beliau untuk wawancara, beliau mengarahkan agar saya melakukan interview dengan Ustadzah Hani Akbar yang kini menjadi Ketua Umum PP Muslimat Hidayatullah (Mushida). Hanya saja beliau berpesan agar kembali menemui beliau jika telah selesai.
Saya pun menjalankan arahan Ibunda Aida. Hingga tiba saya kembali untuk menghadap dan bertemu sesaat untuk dialog singkat, tiba-tiba Ibunda Aida bertanya.
“Setelah selesai wawancara mau langsung ke Surabaya?”
Saya jawab, “Tidak, insha Allah masih ingin silaturrahim sama guru saya di Pesantren Hidayatullah Tenggarong.”
Mendengar itu, beliau langsung menyambut. “Oh, kalau begitu bisa ikut mobil bareng saja, sampai di Loajanan (Kutai Kartanegara, red), ya,” ungkapnya kala itu, karena beliau tujuannya ke Samarinda.
Saya pun ke Tenggarong bersama Ibunda Aida Chered. Sepanjang jalan saya bertasbih kepada Allah, karena ini pasti momen yang tidak akan terulang di masa mendatang.
Di hadapan para ustadz dan santri di Marangan, Loa Kulu, Kutai Kartanegara saya sampaikan nikmat ini dengan penuh kesyukuran.
Baca: Innalillahi… Istri Pendiri Hidayatullah Ustadzah Aida Chered Berpulang ke Rahmatullah
Ungkapan Bahagia
“Senang dan penuh haru, memandang satu demi satu wajah mujahidah-mujahidah yang nampak lelah namun tersenyum bahagia. Wajah-wajah yang telah berkerut termakan usia, namun tetap memancarkan semangat,” tutur Ustadzah Aida kala memberi tausyiah yang disiarkan melalui zoom di arena Munas V Muslimat Hidayatullah (26/12/2020).
“Semoga semangat Munas ini, bisa menjadi bekal perjuangan mujahidah Muslimat Hidayatullah dalam perjuangan menjemput kemenangan abadi di daerah masing-masing,” imbuh Ketua Majelis Penasihat Muslimat Hidayatullah ini.
Kalimat itu memberi pesan tersirat bahwa Ibunda Aida sangat mengharapkan segenap kader, khususnya Muslimat Hidayatullah terus berjuang walau sulit, terus tersenyum walau lelah, terus semangat walau termakan usia. Tak boleh ada yang membatasi, mengurangi, atau merduksi semangat dakwah dan tarbiyah ini.
Lebih jauh Ibunda sangat ingin usaha-usaha itu dijalani dengan konsistensi tinggi agar kemenangan bisa dijemput dengan segera, tidak lama lagi, insha Allah.
Pesan Mendasar dan Kesedihan Kader
Kepergian Ibunda Aida tidak saja memberikan sejuta pelajaran, tetapi juga pesan yang tidak ringan.
Dan, satu ungkapan yang ditulis oleh Sekjen PP Mushida, Ustadzah Sarah Zakiyah dari Ibunda Aida Chered juga sangat bertenaga walau singkat.
“Sarah, jaga diri, titip generasi.”
Ustadzah Sarah pun menuliskan di akun facebook-nya, “Robbaah, pesan pendek itu menyadarkanku, bahwa bukanlah mudah menjalankan pesannya. Untuk pesan pertama pun diri terlampau berleimang dosa, apalagi pesan kedua.”
Sementara itu, Ustadzah Miftah Assa’adah juga menyampaikan rasa dukanya yang mendalam.
“Ibu Ideologis yang selalu membisikkan pesan-pesan rahasia ditelingaku setiap memeluknya.
Ibu yang selalu membisikkan kekuatan padaku.
Ibu yang selalu kurindukan sapaan lembutnya. (Kini) Tidak akan kutemui lagi dalam moment apa pun,” tulisnya di akun facebook miliknya.
Semoga Allah Ta’ala memberikan rahmat, maghfirah, dan kemuliaan kepada Ibunda ideologis seluruh kader Hidayatullah, Ibunda Aida Chered.
Di akhir naskah, saya merasakan dada bergetar dan tangan mulai lemas. Selamat jalan, Ibunda Aida Chered, semoga pesan-pesanmu Allah tanamkan ke dalam hati segenap kader lembaga ini.* (Imam Nawawi)