oleh: Annisa Karnadi
Artikel ini merupakan tanggapan terhadap tulisan Rudi Agung berjudul “Kehalalan Vaksin MR dan Rendahnya Cakupan ASI“, yang mengutip narasumber dr Susilorini yang disebutkan dalam tulisannya.
***
Seorang guru TK yang sedang hamil mengalami demam disertai bintik-bintik merah di kulit yang ternyata tertular rubella dari muridnya. Guru tersebut kemudian melahirkan seorang anak yang mengalami kelainan cacat bawaan. Seorang dokter melahirkan anak yang mengalami tuli saraf berat setelah tertular virus rubella. Beberapa anak lainnya terlahir dengan kelainan jantung juga ada yang mengalami kebutaan karena ibunya tertular virus rubella saat hamil.
Efek virus rubella pada anak-anak sebagian besar hanya menimbulkan gejala ringan yang akan sembuh sendiri. Namun, pada janin bisa menyebabkan kecacatan fatal akibat Sindroma Rubella Kongenital seperti tuli, katarak, kelainan jantung, kerusakan otak hingga gangguan tumbuh-kembang bahkan keguguran bergantung pada trimester kehamilan. Campak sendiri merupakan penyakit berbahaya yang bisa menimbulkan komplikasi serius seperti diare, radang paru (pneumonia), radang otak (ensefalitis), kebutaan bahkan kematian.
Kampanye imunisasi MR yang diselenggarakan oleh pemerintah saat ini mendapat banyak respons dari masyarakat luas. Banyak orang tua antusias mengikutinya sebab ingin melindungi anak dari bahaya ancaman penyakit campak dan rubella.
Namun tidak sedikit pula yang mempertanyakan efektivitas program ini serta menyarankan untuk lebih baik menggalakkan menyusui sebagai solusi menangani permasalahan kesehatan anak. Permasalahan kesehatan di tanah air dewasa ini memang sangat kompleks dimana terjadi penyebaran penyakit infeksi, meningkatnya penyakit tidak menular dan munculnya kembali penyakit-penyakit yang seharusnya sudah diatasi.
Indonesia diakui sebagai salah satu negara yang menunjukkan kemajuan pesat dengan senantiasa bergerak lebih baik dalam pemenuhan hak dan kesejahteraan anak. Berdasarkan laporan UNICEF dalam “A Promised Renewed: 2015 Progress Report” saat iniIndonesia berhasil menurunkan angka kematian anak dibawah lima tahun hingga berkurang setengahnya. Angka kematian balita menurun dari 87 kematian per 1000 kelahiran hidup di tahun 1990 menjadi 27 kematian per 1000 kelahiran hidup di tahun 2015.
Penurunan ini patut diapresiasi sebab telah berhasil menyelamatkan nyawa lebih dari lima juta anak seandainya laju kematian tetap sama seperti di tahun 1990. Beberapa kemajuan signifikan dalam pencapaian Tujuan Pembangunan Millenium (MDG)mendorong pemerintah untuk turut berkomitmen mengadopsi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan yang telah ditetapkan dalam Konferensi Agenda Pembangunan Berkelanjutan 2030.Menurunkan angka kematian anak menjadi komponen penting bagi SDG.
Sekitar 500.000 anak saat ini masih meninggal setiap tahun sebelum berumur 5 tahun.Penyebab kematian anak paling banyak yaitu komplikasi dari persalinan prematur, pneumonia, gangguan pernafasan, diare dan malaria. Di sisi lain saat ini kita juga menghadapi permasalahan gizi dimana sepertiga anak mengalami kurang gizi sehingga membuat menjadi lemah.
Separuh lebih penyebab kematian anak ini sebenarnya bisa dicegah dengan langkah sederhana yang mudah terjangkau. Memberikan ASI eksklusif, meningkatkan angka cakupan vaksinasi dan penanganan penyakit secara cepat tepat diharapkan mampu mengurangi kematian anak dibawah lima tahun secara dramatis.
Air Susu Ibu atau yang selanjutnya disingkat sebagai ASI adalah cairan yang diproduksi oleh kelenjar payudara ibu menyusui. ASI diambil dari sari-sari makanan terbaik dari tubuh ibu. ASI merupakan makanan yang ideal bagi bayi sebab aman, bersih, bergizi dan mengandung antibodi.
Nutrisi “bioaktif” dalam ASItidak hanya mampu memenuhi asupan kebutuhan gizi, namun juga baik bagi kekebalan tubuhbayi baru lahir.Menyusui anak dengan baikakan membantu pemenuhan seluruh kebutuhan nutrisiuntukenam bulan pertama, separuh kebutuhan nutrisisaat umur satu tahun dan sepertiga kebutuhan nutrisi di atas umur satu tahun. Pada saat bayi berumur 6 bulan segera berikan makanan pendamping ASI (MPASI) bergizi seimbang secara tepat dengan ibu meneruskan menyusui hingga setidaknya anak berumur 2 tahun. Pemberian ASI juga MPASI yang aman dan bergiziakan membuat anak tercukupi kebutuhan nutrisinya sehingga badannya tumbuh sehat bahkan bisa mengurangi angka kematian anak di bawah lima tahun hingga 20%.
Baca: Saat Halal dan Haram Tidak Lagi Diperdulikan
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Menyusui merupakan cara tepat untuk memberikan makanan paling ideal bagi bayi baru lahir. Menyusui membantu kelangsungan hidup bayi dan perkembangan seorang anak. Menyusui juga memberi manfaat kesehatan jangka panjang bagi para ibu serta kesejahteraan sebuah keluarga. Pemberian ASI memberikan keuntungan bagi sektor perekonomian juga meningkatkan ketahanan pangan sebuah negara serta kelestarian lingkungan. Menyusui diharapkan mampu memperbaiki kualitas gizi sehingga anak menjadi lebih sehat.
Bayi terlahir lemah dimana sistem kekebalan tubuhnya masih akan terus berkembang dalam 2 tahun pertama kehidupan. Kondisi ini menyebabkan kekebalan tubuh bayi baru lahir sangat lemah sehingga rentan mengalami sakit akibat infeksikuman penyakit.
Sementara waktu, bayi akan mendapatkan bantuan imunitas pasif melalui antibodi dari ibu. Menjelang kelahiran akan terjadi transfer antibodi yang sebagian besar merupakan IgG dari tubuh ibu ke tubuh janin melalui plasenta. Sayangnya antibodi yang diterima oleh bayi ini bergantung pada jumlah antibodi di tubuh ibu juga akan menghilang secara perlahan dalam waktu 6 – 8 bulan.
Pemberian ASI berjalan saling mendukung dengan vaksinasi.Nutrisi bioaktif dalam ASI mengandung berbagai macam zat yang bermanfaat bagi kekebalan tubuh seperti antibodi, lysozyme, lactoferrin, protein, oligosakarida, faktor imunitas lainnya juga sel-sel darah putih. Sementara itu bifidus factor dalam ASI akan menyuburkan bakteri baik seperti Lactobacillus bifidus yang penting bagi kesehatan saluran pencernaan. ASI berperan membantu perkembangan serta respons sistem imunitas anak. Namun, ASI saja tidak cukup untuk melindungi bayi. Pemberian ASI tidak memberikan imunitas total bagi penyakit-penyakit yang bisa dicegah melalui vaksinasi.*>>> klik (Bersambung)