Oleh: Apri Wardana Ritonga
Hidayatullah.com | PENDIDIKAN di Indonesia berkembang dengan sangat pesat pasca merambatnya teknologi informasi ke dunia pendidikan. Hal ini berdampak positif bagi seluruh mata pelajaran yang ada di sekolah tidak terkecuali bahasa Arab.
Adanya perkembangan ini menjadi bukti nyata bahwa pendidikan itu bersifat dinamis bukan statis. Bisa berubah kapan pun seiring dengan pertukaran waktu dan perkembangan zaman.
Konsep di atas selaras dengan untaian Ali Bin Abi Thalib, “Didiklah anak-anakmu sesuai dengan zamannya, karena mereka hidup bukan di zamanmu.”
Bahasa Arab dari zaman ke zaman
Sampai detik ini, bahasa Arab telah melalui beberapa tahapan perkembangan, sejak periode jahiliah, permulaan masuknya Islam, kemajuan Islam masa Bani Umayyah, dilanjutkan periode Abbasyiyah, berkembang lagi pada abad ke-5 Hijriah hingga perkembangan di era digital atau revolusi industry saat ini.
Di Indonesia, perkembangan bahasa Arab ini ditandai dengan banyaknya instansi-instansi pendidikan yang menjadikan bahasa Arab sebagai mata pelajaran wajib. Bahasa Arab tidak hanya dipelajari sekolah keagamaan tetapi juga sekolah-sekolah umum.
Bila anda seorang siswa, maka mindset pertama yang harus anda rubah adalah pembelajaran tidak hanya bersumber dari guru. Di era digital ini, ilmu bisa diperoleh dari berbagai sumber dan dengan cara yang bervariasi. Tergantung bagaimana anda memanfaatkan teknologi dalam menunjang pembelajaran sehari-hari.
Bahasa Arab Inovatif
Bila anda sebagai guru, maka PR utama yang harus anda selesaikan ialah menciptakan pembelajaran yang menarik, kreatif, inovatif, dan menyenangkan. Mendigitalisasi pembelajaran membuat materi ajar mudah diakses kapan pun dan dimana pun berada. Tidak terbatas oleh ruang dan waktu.
Dalam pembelajaran bahasa Arab sendiri, banyak ditemukan situs online, website, aplikasi dan laman internet lainnya yang bisa dijadikan bahan sumber belajar. Seperti www.areeg.org, www.schoolarabia.net, www.alef-ba-ta.com, www.madinaharabic.com, www.arabiyatuna.com, www.arabicteacher.com, www.busuu.com.
Situs-situs yang disajikan dengan tampilan yang apik dan elegan di atas sangat membantu bagi guru dan siswa untuk mempelajari bahasa Arab. Baik bagi level elementary, low intermediate, high intermediate sampai tingkat advanced (mahir).
Selain situs online yang banyak tersebar di internet, berbagai media elektronik yang dikembangkan di era sekarang juga bisa dimanfaatkan dalam menunjang kualitas pembelajaran bahasa Arab. Antara lain, pertama, CD Interaktif. CD (compact disk) Interaktif merupakan media elektronik yang efektif digunakan dalam pembelajaran bahasa Arab. Dari fungsinya, CD interaktif hampir mirip dengan Tip recorder hanya lebih lengkap. Tip recorder digunakan hanya untuk media istima’ (mendengar), sedangkan CD interaktif bisa dimanfaatkan dalam pembelajaran audio visual. Kedua, Satelit/Parabola, jaringan satelit/parabola memberikan kemudahan bagi guru dalam mengajarkan bahasa Arab mulai dari pelafalan kata hingga ragam budaya. Dengan memanfaatkan piringan parabola dan motor penggerak digital satelit receiver, kita di Indonesia bisa menikmati tayangan dari Arab Saudi, Yaman, Mesir, Palestina, Abu Dhabi secara langsung. Ketiga, Arabic E-Learning, pemanfaatan e-learning dalam membelajarkan bahasa Arab sudah menjadi tren baru yang tak bisa dilepaskan di era digital. Arabic E-learning didesain dengan media yang sistematis agar mudah dijangkau kapan pun dan dimana pun tanpa harus bertatap muka langsung dengan tutornya. Di antara e-learning yang bisa digunakan dalam membelajarkan bahasa Arab yakni E-learning Aljazera dan Arabic-online.net.
Nah, dari pemaparan di atas, jelaslah bahwa kehadiran teknologi dalam ranah pendidikan menjadikan pembelajaran bahasa Arab berkembang cepat baik dari sisi mutu dan juga esensi pengajaran. Bahasa Arab dalam dimensi kehidupan global, masih menjadi bahasa yang dituturkan oleh lebih dari 20 negara di dunia, begitulah yang dijelaskan oleh Arsyad Azhar dalam Bahasa Arab dan Metode Pengajarannya.
Bahkan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) menjadikan bahasa Arab sebagai bahasa internasional dan digunakan sebagai bahasa resmi dalam sidang majlis PBB. Ini menjadi alasan kuat bahwa bahasa Arab akan selalu eksis walau besarnya perkembangan teknologi dunia. Ditambah lagi dasar yang tidak bisa dibantah oleh siapa pun yaitu penggunaan bahasa Arab sebagai bahasa Al-Qur’an.
Pemilihan bahasa Arab sebagai bahasa Al-Qur’an bukan semata-mata karena diturunkan kepada hamba yang berkebangsaan Arab atau diturunkan di negeri Arab. Tapi karena bahasa Arab merupakan bahasa yang fasih, jelas dan memiliki makna yang luas dibandingkan bahasa lainnya yang ada di dunia ini.
Makanya, sejak diturunkan 15 abad silam, Al-Qur’an dengan bahasa Arabnya masih relevan digunakan hingga sekarang tanpa adanya perubahan sedikit pun walau dengan perkembangan teknologi yang begitu pesat. Juga, karena Al-Qur’an ialah kitab suci dan tuntunan hidup miliyaran umat Islam di dunia, maka wajar saja ia menjadi bahasa yang besar signifikansinya bagi umat Islam di seluruh alam. Baik yang memahami bahasa Arab secara mahir maupun tidak.
Di Indonesia, dalam konteks pembelajaran bahasa Arab, setidaknya ada banyak orientasi dalam pembelajaran bahasa Arab. Menurut Abdul Wahab Muhbib dalam buku Epistemologi dan Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab. Inilah empat orientasi bahasa Arab menurut Abdul Wahab Muhbib;
Pertama, orientasi religius. Yaitu mempelajari bahasa Arab dengan tujuan untuk memahami ajaran Islam dan seluruh nilai-nilai Islam (fahm al-maqru’).
Orientasi ini dapat berupa belajar secara pasif (istima’ dan qira’ah) dan bisa juga belajar secara aktif (kalam dan kitabah). Orientasi ini banyak digeluti oleh para ustadz, muballigh dan penceramah yang selalu mengutip ayat Al-Qur’an dan hadist saat menyampaikan isi ceramah kepada para jama’ah.
Kedua, orientasi akademik. Yaitu belajar bahasa Arab untuk tujuan memahami ilmu-lmu dan keterampilan berbahasa Arab (istima’, kalam, qira’ah, dan kitabah).
Orientasi ini cenderung menempatkan bahasa Arab sebagai disiplin ilmu atau obyek studi yang harus dikuasai secara akademik. Orientasi ini biasanya identik dengan mata pelajaran bahasa Arab di sekolah MI, MTs dan MAN baik sebagai mata pelajaran wajib maupun peminatan.
Pada perguruan tinggi terdapat pula jurusan Pendidikan bahasa Arab, Bahasa dan Sastra Arab, atau pada program Pascasarjana dan lembaga ilmiah lainnya.
Ketiga, orientasi profesional/praktis dan pragmatis. Yaitu belajar bahasa Arab untuk kepentingan profesi, praktis atau pragmatis, seperti mampu berkomunikasi lisan (muhadatsah) dalam bahasa Arab untuk bisa menjadi TKI, diplomat, turis, misi dagang, atau untuk melanjutkan studi di salah satu negara Timur Tengah, dsb. Orientasi profesional cenderung menekankan kepada aspek yang ingin dikuasai saja, tidak terlalu memperhatikan aspek qawa’id (grammar) yang ada dalam kajian bahasa Arab. Seorang yang sudah profesional dalam komunikasi lisan bahasa Arab akan lebih mudah dalam melaksanakan kewajiban dalam profesinya masing-masing.
Keempat, orientasi ideologis dan ekonomis. Yaitu belajar bahasa Arab untuk memahami dan menggunaakan bahasa Arab sebagai media bagi kepentingan orientalisme, kapitalisme, imperialisme, dsb. Orientasi ini, antara lain, terlihat dari dibukanya beberapa lembaga kursus bahasa Arab di negara-negara Barat.
Minat belajar bahasa Arab orang Barat tidak bisa dianggap remeh. Justru mereka jauh lebih semangat dalam mengkaji lebih dalam bahasa Al-Qur’an itu. Bila kita sebagai orang Islam yang seharusnya lebih memahami bahasa Arab lemah, maka perang ideologis dalam ranah agama pasti akan semakin memuncak.
Tak hanya di bidang ideologis, aspek ekonomi juga menjadi orientasi belajar bahasa Arab. Tak jauh-jauh, di Indonesia sangatlah banyak lembaga-lembaga kursus bahasa Arab. Mulai dari pelajaran yang ada di sekolah dan perguruan tinggi sampai lembaga kursus untuk keperluan tertentu, seperti haji, umrah, melanjutkan studi ke negara-negara Arab, dsb.
Berdasarkan uraian fakta di atas, penulis tegaskan bahwa arus globalisasi tidak akan sampai menggerus eksistensi bahasa Arab di permukaan bumi ini. Selama negara-negara Arab masih berdiri tegak, Al-Qur’an masih utuh, para hafizh qur’an masih expert dengan hafalannya, selama itu pula bahasa Arab masih akan tetap eksis sampai hari akhir.*
Guru Tazkia International Islamic Boarding School Malang