Oleh: Ady Amar
Hidayatullah.com | Sejak tangga 3 dan 4 Maret kemarin, Anies bisa kita lihat dalam berita berbeda. Tentu dalam pemberitaan media sosial. Pertama, berita “menggoreng” Anies, Gubernur DKI Jakarta, dalam kasus pelepasan saham di perusahaan bir, PT Delta Djakarta Tbk. Bisa diredam dengan bukti-bukti yang ada (lihat Opini, “Anies Lepas Saham Perusahaan Bir, Itu Bukan Kaleng-kaleng“, Rabu, 4 Maret).
Segala cara membalik opini akan terus diikhtiarkan, itu sudah jadi bagian dari mata pencaharian para buzzerRp. Mau tidak mau itu harus dilakukan, meski tahu efektifitasnya sudah tidak sekuat dulu lagi. Segala kreativitas coba dimunculkan, tapi berantakan saat bukti-bukti sebaliknya dihadirkan.
https://www.instagram.com/p/CL-83CvnMAL/?igshid=ee6etht1brwb
Dan kemarin, Kamis (4 Maret), dan ini berita kedua, yang juga menyambar perhatian publik, itu tentang Anies Baswedan, lebih tepat tentang ibu kota Jakarta, yang masuk pada urutan ke-17 sebagai “Kota Tersehat di Dunia”. Sungguh pencapaian mencengangkan, sekaligus menggembirakan.
Pada kelompok tertentu, kabar pencapaian itu bukannya disambut riang melihat Jakarta terpilih sebagai salah satu dari 44 kota yang tersehat di dunia. Jakarta ada di urutan 17. Urutan Jakarta sebagai kota tersehat, itu ada di atas kota London, Paris, Seoul dan Jenewa. Adalah hal wajar jika lalu muncul dengungan, Anies lagi… Anies lagi…
Dan lalu semburan komentar negatif dengan kreativitas macam-macam dimunculkan. Biasanya yang muncul adalah komentar tentang lembaga yang mengganjar Jakarta sebagai kota tersehat di dunia. Celotehnya, apakah benar lembaga itu ada, dan bukan lembaga abal-abal yang cuma kerjanya memberi penghargaan dengan upeti tertentu. Dan, tentu celotehan-celotehan lainnya.
Padahal ini era bukan seperti dulu lagi. Untuk bisa mendapatkan informasi keotentikan sebuah lembaga itu eksis atau tidak, itu bukan hal sulit. Mudah sekali melihatnya, asal sikap malas dan dengki tidak menutup pikiran.
Lembaga Riset dari Inggris
Kerja Anies dan team Pemprov DKI Jakarta, adalah kerja terukur dan dengan target pencapaian tertentu. Maka pencapaian taget dalam semua aspek, tentu tanpa dimaksudkan berharap pada penghargaan, apalagi sekadar pencitraan. Dengan sendirinya penghargaan demi penghargaan akan didapat, serasa tanpa diburu.
Penghargaan demi penghargaan, itu secara otomatis hadir mengikuti pencapaian. Maka tidaklah aneh jika tiada pekan tanpa Anies atau Pemprov DKI diberitakan memperoleh penghargaan. Dan itu penghargaan beragam, tingkat nasional, atau bahkan internasional.
Penghargaan yang diterima Jakarta kemarin itu, dari YouGov, sebuah lembaga riset yang berbasis di Inggris. YouGov adalah salah satu perusahaan riset online terdepan dunia.
Berdasarkan studi yang dilakukan YouGov, dan itu berkenaan dengan pandemi Covid-19 yang telah merambah berbagai aspek kehidupan, termasuk mengubah gaya hidup masyarakat perkotaan yang lalu menjadi lebih sehat.
Hasil survei ini tentu bentuk pengakuan dari lembaga internasional bergengsi itu tentang kinerja Pemprov DKI Jakarta, dan itu dalam meningkatkan kesehatan warga.
Maka saat YouGov memasukkan Jakarta dalam urutan ke-17 dari 44 kota di dunia, itu tentu beralasan. Pengukuran dalam risetnya bukan main-main, itu melibatkan 10 matrik akan kehidupan sehat, termasuk sampai pada obesitas dan tingkat polusi.
Masing-masing matrik mendapat skor, lalu digabungkan untuk mendapatkan skor total 100. Skor ini digunakan untuk menentukan peringkat 44 kota di dunia, mana yang terbaik untuk hidup sehat. Muncul Amsterdam di posisi pertama.
Mengganjar penghargaan pada Gubernur Anies Baswedan dan Pemprov DKI Jakarta dari dunia internasional, menunjukkan pandangan masyarakat dunia terhadap Jakarta mulai berubah.
Itu ditandai sebelumnya Jakarta mendapat penghargaan internasional, Sustainability Transportation Awards (STA), di mana Jakarta adalah satu-satunya kota di Asia Tenggara pertama yang mendapatkan penghargaan dalam penataan transportasi.
Entah sudah berapa puluh penghargaan dari instansi resmi negara dan swasta dalam negeri, juga dari lembaga-lembaga internasional yang Pak Anies Baswedan dan Pemprov DKI Jakarta terima.
Penghargaan itu bukti karya yang dikerjakan, yang meski dikecil-kecilkan pihak-pihak tertentu dengan memakai jasa para buzzerRp dan lembaga survei abal-abal, tetaplah sulit bisa dibendung untuk tidak dibicarakan positif.
“Anies Lagi-lagi Menyambar Lagi, Apa-apaan Ini”, adalah judul tidak biasa. Itu perasaan bercampur antara kaget-takjub melihat penghargaan demi penghargaan yang diterima. Tidak berpikir yang lain, apalagi niat mengolok, gak lah. (*)
Kolumnis, tinggal di Surabaya