Oleh: Artawijaya
Hidayatullah.com | DE STER IN HET OSSTEN artinya Bintang Timur. Ini adalah salah satu loge terbesar milik Freemasonry di Hindia Belanda.
Orang pribumi pada masa lalu menyebut loge ini dengan sebutan “Gedong Setan” (het Deuvil Huis), karena di gedung ini para aktifis Freemasonry seringkali mengadakan ritual pemanggilan arwah dan ritual-ritual mistis khas Masonic lainnya. Pembangunan loge ini menghabiskan biaya 40.00 gulden, yang dikumpulkan dari sumbangan para aktifis Freemasonry.
Mereka kebanyakan adalah para pebisnis dan pegawai kolonial di Batavia. Iklan seruan untuk donasi agar bisa menyelesaikan pembangunan loge ini dimuat di Javaasche Courant pada 9 Mei 1856
Loge ini resminya berdiri pada 18 Juni 1837, meskipun baru selesai pembangunan dan benar-benar difungsikan pada 26 Juni 1858. Loge de Ster in het Oosten adalah gabungan dari dua loge kecil di Batavia, yang menjadi perintis berdirinya loge-loge lain di Hindia Belanda.
Dua loge yang melebur menjadi Loge de Ster in Het Oosten ini adalah; Loge La Fidele Sincerite (Kesetian Ikhlas) yang didirikan pada 1767 dan Loge Le Vertuese (Kesucian) yang didirikan pada 1769.
Sebelumnya, tokoh Freemasonry, Jacobus Cornelis Mathieu Radermacher (1741-1743), membuka jalan bagi tersebarnya persaudaraan Mason dengan mendirikan Loge La Choisie pada 1762.
Tak ada jejak berupa gedung-gedung terkait dengan tiga loge yang menjadi pionir pada masa-masa awal kedatangan anggota Freemason di Batavia, selain Loge de Ster in het Oosten yang sekarang menjadi kantor perusahaan obat Kimia Farma ini.
Para aktivis loge ini yang terkenal adalah: P.J Meier, J.J de Jongh, H. Plantema, H. F.A Delange, P.A Bergsma, J. Dekker, A.J.H van Leeuwen, Ir. Fournier, Dirk van Hinloopen Labberton, D. Maarschalk, Calpentier Alting, dan lain-lain.
Loge de Ster in het Oosten ini terletak di Weltevreden, kawasan elit pada masa lalu yang sekarang terletak di kawasan gambir dan sekitarnya. Kawasan Weltevreden adalah wilayah jantung pemerintahan pada masa lalu, selain wilayah Koningsplein. Kantor-kantor penerbitan dan media massa milik Freemasonry dan Theosofi, markas militer, tempat ibadah, sekolah-sekolah, dan lain sebagainya banyak berada di sekitar wilayah itu.
Dalam buku Oud Batavia (Batavia Lama) yang terbit pada tahun 1935, sejarawan F. De Haan menceritakan sekilas mengenai keberadaan loge ini, termasuk tentang Vrijmetselarijweg (Jalan Freemason), yang sekarang berganti nama dengan Jalan Boedi Oetomo.
Pada 16 Januari 1909, ratusan anggota Boedi Oetomo berkumpul untuk mendengarkan openbare (ceramah umum) yang disampaikan oleh tokoh Gerakan Theosofi, Dirk van Hinloopen Labberton. Ceramah umum itu berjudul Theosofie in Verband met Boedi Oetomo (Theosofi dalam Kaitannya dengan Boedi Oetomo). Antara Theosofi dan Freemason memang ada kesamaan doktrin, sehingga banyak aktivis Theosofi yang juga anggota Freemasonry. Begitupun, banyak loge Freemasonry yang juga digunakan sebagai loge Theosofi.
Karena kedekatan antara Theosofi-Freemason dengan para aktivis pemuda pada masa itu, terutama mereka yang tergabung dalam Boedi Oetomo, Jong Java, dan Jong Sumatranen Bond, maka Kongres Pemuda Pertama tahun 1926 diselenggarakan di Loge de Ster in het Oosten ini. Penggagas kongres ini adalah Mohammad Tabrani, aktivis Dienaren van Indie (lembaga beasiswa milik Freemasonry). Kongres pemuda pertama inilah yang kemudian menjadi cikal bakal lahirnya Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928.
Kongres Jong Sumatranen Bond (JSB) pada tahun 1919, yang dibuka oleh aktivis Freemason dari Sumatera, Tengku Mansyur, juga diadakan di loge ini, sebagaimana keterangan Mohammad Hatta dalam memoirnya, “Kongres JSB yang kedua, sebagaimana biasa di gedung loge di pojok Waterlooplein. Lapangan Banteng sekarang. Sekarang gedung itu namanya Kimia Farma. Tengku Mansyur membuka kongres itu dengan pidato yang menarik..” kenang Hatta.(AW)
***
Dikutip dari buku Freemason dan Teosofi: Persentuhannya dengan Elite Modern Indonesia, Pustaka Al-Kautsar: 2019