“Tidak ada tantangan terbesar yang dihadapi oleh umat Islam dewasa ini kecuali tantangan yang datangnya dari Barat (SMN al-Attas)”
Oleh: Rahmat Hidayat Zakaria
KONFRONTASI peradaban Barat dengan umat Islam akan terus berkelanjutan. Kebudayaan Barat yang mendominasi peperangan dengan persenjataan atau peperangan fisik dahulu sehingga dimenangkan oleh mereka atas umat Islam adalah suatu perkara yang nyata. Permasalahan internal yang terdapat di dalam tubuh umat Islam itulah yang menjadi penyebab utama kekalahan mereka.
Walaupun negara-negara Islam telah berhasil menghancurkan atau mengeluarkan umatnya dari cengkraman hegemoni Barat, dari tentara bangsa-bangsa Barat masa lalu yang dihadapi dalam sejarah, namun umat Islam juga belum sepenuhnya terbebas dari belenggu mereka.
Kini, musuh yang dihadapi bukanlah tentara bangsa-bangsa Barat dan bukan juga kekuatan-kekuatan fisik, tetapi yang dihadapi adalah segala aspek kehidupan manusia seperti nilai-nilai, kekuasaan, konsep, ideologi, kehebatan kebudayaan dan peradaban Barat yang secara holistik. Perang terdahsyat yang dihadapi oleh umat Islam dewasa ini adalah perang cara pandang atau pemikiran, yang dalam bahasa populernya disebut dengan clash of worldview.
Boleh dikatakan, peradaban Barat saat ini merupakan peradaban yang maju yang dimiliki oleh umat manusia. Kemajuannya terlihat dari segala aspek kehidupan baik itu sains maupun teknologi, sehingga ada sebuah pernyataan yang menyatakan, kalau ingin maju tirulah Barat.
Pernyataan seperti inilah yang seringkali digaungkan oleh para pemuja Barat. Namun bagaimana dengan kemajuan cara pandang atau berfikirnya? Apakah cara berfikir yang dianggap maju oleh mereka itu, maju juga bagi kita, atau malah yang dianggap maju adalah sebuah kemunduran dan kesesatan? Di antara produk pemikiran yang dilahirkan dari kebudayaan Barat adalah faham humanisme. Faham ini menjadikan manusia sebagai sentral (antroposentris) bagi segala sesuatu yang berorientasi kepada Dunia.
Peradaban Barat sejak dahulu telah memisahkan Agama dari kehidupan dan menghilangkan kuasa Tuhan dari kehidupan dan manusia. Hal tersebut amat berbeda dengan ajaran Islam. Umat Islam meyakini bahwa tujuan akhir dari kehidupan Dunia ini adalah Tuhan (theosentris) dan akhirat. Oleh sebab itu, apabila Tuhan dan Akhirat (Agama) dijadikan sebagai tujuan akhir dari kehidupan, maka segala sikap dan cara berfikir manusia akan dipertimbangkan dan akan didasari oleh kebenaran yang mutlak.
Faham humanisme yang berorientasi kepada manusia tadi tidaklah heran jika dari faham ini pula melahirkan faham yang di antaranya adalah LGBT (Lesbian, Gay/homoseksual, Biseksual, Transgender). Belakangan ini, gerakan LGBT tengah mengampanyekan orientasi yang menyimpang ini secara besar-besaran dan massif kepada masyarakat.
Kampanye tersebut seolah-olah ingin menghadirkan paradigma baru bahwa perilaku seksual tersebut adalah normal dan umat Islam dipaksa untuk menerimanya. Permasalahan LGBT termasuk di dalamnya hubungan sesama jenis itu sebenarnya ia merupakan permasalahan klasik yang telah usang.
Dalam ajaran Islam, permasalahan ini sudah termasuk wilayah atau perkara yang qath’i yang hukumnya sudah jelas, ia bukan perkara mutasyabihat yang mengandung berbagai penafsiran dan pemahaman, dan oleh karenanya ia tidak dibenarkan berijtihad untuk merubah hukumnya kecuali berijtihad untuk menetapkan hukuman bagi pelakunya sebagaimana yang dilakukan oleh para Imam Mazhab.
Oleh karena itu, teks-teks al-Qur’an, Hadits dan ijma’ (konsensus) para ulama dari berbagai Mazhab dan aliran telah menyepakati bahwa perilaku ini adalah haram. Memang menyangkut hukuman bagi pelakunya, para ulama berbeda pendapat, akan tetapi perbedaan pendapat tersebut tidak melenyapkan apa yang telah mereka sepakati bersama dan perbedaan tersebut pula tidaklah keluar dari bingkai bahwa hubungan sesama jenis adalah diharamkan. Selama empat belas abad yang lalu, tidak ada seorang pun ulama yang berani menggugat hukum tersebut, dan tentunya Umat Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wassallam tidak akan pernah bersepakat atas kesesatan (Hadits).
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Faham atau gerakan LGBT pada dasarnya adalah permasalahan yang dihadapi oleh kehidupan masyarakat yang ada di Barat, ia bukan permasalahan umat Islam pada khususnya. Oleh sebab itu, kenali masalah dan fahamilah akibat dari faham tersebut bagi kehidupan bermasyarakat. Apabila produk impor ini diletakkan atau dimasukkan ke dalam permasalahan kita, maka ia akan membuat seseorang tidak lagi mengenali akan hakikat dirinya yang sejati dan tidak mengenali akan larangan Agamanya.
Walaupun teori-teori tentang LGBT dipresentasikan seilmiah mungkin, dihidangkan dengan pelbagai argumentasi yang ditinjau dari aspek ilmu sains dan teknologi, namun pada akhirnya ia juga tetap merupakan sesuatu yang menyalahi fitrah manusia dan nalar. Orientasi yang demikian itu adalah sebuah penyakit yang bersumber dari faktor lingkungan dan situasi dan ia bukanlah semata-mata faktor genetik atau bilogis yang ada sejak lahir. * (Bersambung)
Penulis adalah dosen di UIN Raden Fatah dan Universitas Muhammadiyah Palembang