Dalam Hadits Jibril malaikat mengajarkan kepada Nabi Muhammad tentang; Iman, Islam dan Ihsan, sedang penyajiannya dijelaskan langsung Rasulullah kepada para sahabat
Oleh: Muhammad Abdul Aziz
Hidayatullah.com | HADITS merupakan landasan utama syariah Islam setelah Al-Qur’an yang sampai sekarang banyak dijadikan rujukan tentang berbagai pengetahuan. Hadits juga menjadi bagian yang tak terpisahkan dari Al-Qur’an sebagai pegangan hidup setiap muslim sebab ia mempunyai kedudukan yang sama dalam mengamalkan ajaran Islam.
Selain itu hadits memiliki ruang lingkup yang begitu luas mulai dari akidah, ibadah, mualamah, akhlak, pendidikan dan lain sebaginya. Hadits atau sunah seringkali memberikan keteladan yang baik dan universal dalam pendidikan.
Ia juga memberikan sumber berbagai kehidupan manusia yang relevan dalam segala zaman dan makan, kaya dengan konsep-konsep ilmu pengetahuan dan pendidikan yang masih belum diungkap oleh umumnya umat Islam. Penyelenggaraan pendidikan Islam lebih banyak didasarkan pada produk ijtihadiyah ketimbang mengikuti pemahaman teks-teks sunnah nabawiyah.
Namun interpretasinya tetap mengacu kepada makna sunnah atau nilai-nilainya yang modernis yang berarti tidak meningggalkannya sama sekali. Hal ini sangat diperlukan sesuai dengan perkembangan zaman sehingga sunnah tetap eksis dan fungsional di tengah-tengah masyarakat Islam.
Ada banyak pendapat yang mengatakan bahwa hadits sebagai sumber pendidikan, salah satunya hadits tentang akhlaq;
إنّمَا بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ مَكَارِمَ الأَخْلَاقِ
“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlaq” (H.R Al-Baihaqi).
Namun menurut pribadi penulis, hadits ini kurang relevan jika dikatan sebagai sumber pendidikan dalam Islam karena hadits ini tidak mencakup hal tersebut. Lebih tepatnya hadits ini merupakan hadits yang berkaitan dengan perbaikan akhlaq dan adab saja.
Menurut penulis, salah satu hadits pendidikan yang hampir mencakup semua aspek pendidikan adalah hadits kedua dari Hadits Arbain An-Nawawi yang dikenal dengan Hadits Jibril, yaitu ketika dalam pembelajaran berlangsung anatara para sahabat bersama dengan Rasulullah ﷺ tiba-tiba datang malaikat Jibril menemui halaqah Nabi Muhammad ﷺ.
Hadits itu diriwayatkan oleh Umar bin Khatab dan Abu Hurairah radhiyallahu’anhuma. Hadits Jibril memuat definisi tentang Islam, Iman, Ihsan, dan tanda-tanda hari kiamat menurut akidah umat Islam, yang terdapat dalam kitab Shahih Muslim no. 8, Shahih Bukhari no. 50, Sunan At-Tirmidzi No. 2610, Sunan An-Nasai No. 4990, Musnad Imam Ahmad No. 183 dan Arbain Nawawi hadits ke-2.
Dari Umar bin Khattab berkata:
عَنْ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَيْضًا قَالَ : بَيْنَمَا نَحْنُ جُلُوْسٌ عِنْدَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم ذَاتَ يَوْمٍ إِذْ طَلَعَ عَلَيْنَا رَجُلٌ شَدِيْدُ بَيَاضِ الثِّيَابِ شَدِيْدُ سَوَادِ الشَّعْرِ, لاَ يُرَى عَلَيْهِ أَثَرُ السَّفَرِ وَلاَ يَعْرِفُهُ مِنَّا أَحَدٌ, حَتَّى جَلَسَ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم, فأَسْنَدَ رُكْبَتَيْهِ إِلَى رُكْبَتَيْهِ, وَوَضَعَ كَفَّيْهِ عَلَى فَخِذَيْهِ, وَ قَالَ : يَا مُحَمَّدُ أَخْبِرْنِيْ عَنِ الإِسْلاَمِ, فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم : اَلإِسْلاَمُ أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لاَإِ لَهَ إِلاَّ اللهُ وَ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ, وَتُقِيْمُ الصَّلاَةَ, وَتُؤْتِيَ الزَّكَاةَ, وَتَصُوْمَ رَمَضَانَ, وَتَحُجَّ الْبَيْتَ إِنِ اسْتَطَعْتَ إِلَيْهِ سَبِيْلاً. قَالَ : صَدَقْتُ. فَعَجِبْنَا لَهُ يَسْئَلُهُ وَيُصَدِّقُهُ. قَالَ : فَأَخْبِرْنِيْ عَنِ الإِيْمَانِ, قَالَ : أَنْ بِاللهِ, وَمَلاَئِكَتِهِ, وَكُتُبِهِ, وَرُسُلِهِ, وَالْيَوْمِ الآخِرِ, وَ تُؤْمِنَ بِالْقَدْرِ خَيْرِهِ وَ شَرِّهِ. قَالَ : صَدَقْتَ. قَالَ : فَأَخْبِرْنِيْ عَنِ الإِحْسَانِ, قَالَ : أَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ. قَالَ : فَأَخْبِرْنِيْ عَنِ السَّاعَةِ قَالَ : مَا الْمَسْؤُوْلُ عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنَ السَّائِلِ. قَالَ : فَأَخْبِرْنِيْ عَنْ أَمَارَاتِهَا, قَالَ : أَنْ تَلِدَ الأَمَةُ رَبَّتَهَا, وَأَنْ تَرَى الْحُفَاةَ الْعُرَاةَ الْعَالَةَ رِعَاءَ الشَّاءِ يَتَطَاوَلُوْنَ فِيْ الْبُنْيَانِ, ثم اَنْطَلَقَ, فَلَبِثْتُ مَلِيًّا, ثُمَّ قَالَ : يَا عُمَرُ, أَتَدْرِيْ مَنِ السَّائِل؟ قُلْتُ : اللهُ وَ رَسُوْلُهُ أَعْلَمُ. قَالَ : فَإِنَّهُ جِبْرِيْلُ أَتَاكُمْ يُعَلِّمُكُمْ دِيْنَكُمْ. رَوَاهُ مُسْلِمٌ
“Suatu ketika, kami (para sahabat) duduk di dekat Rasululah ﷺ. Tiba-tiba muncul kepada kami seorang lelaki mengenakan pakaian yang sangat putih dan rambutnya amat hitam. Tak terlihat padanya tanda-tanda bekas perjalanan, dan tak ada seorang pun di antara kami yang mengenalnya. Ia segera duduk di hadapan nabi, lalu lututnya disandarkan kepada lutut nabi dan meletakkan kedua tangannya di atas kedua paha nabi. Kemudian ia berkata: “Hai, Muhammad! Beritahukan kepadaku tentang Islam.” Rasulullah ﷺ. menjawab, ”Islam adalah, engkau bersaksi tidak ada yang berhak diibadahi dengan benar melainkan hanya Allah, dan sesungguhnya Muhammad adalah Rasul Allah; menegakkan shalat; menunaikan zakat; berpuasa di bulan Ramadhan, dan engkau menunaikan haji keBaitullah, jika engkau telah mampu melakukannya,” lelaki itu berkata, ”Engkau benar,” maka kami heran, ia yang bertanya ia pula yang membenarkannya.” Kemudian ia bertanya lagi: “Beritahukan kepadaku tentang Iman”. Nabi menjawab, ”Iman adalah, engkau beriman kepada Allah; malaikatNya; kitab-kitabNya; para Rasul–Nya; hari Akhir, dan beriman kepada takdir Allah yang baik dan yang buruk,” ia berkata, “Engkau benar.” Dia bertanya lagi: “Beritahukan kepadaku tentang ihsan”. Nabi ﷺ menjawab,”Hendaklah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihatNya. Kalaupun engkau tidak melihatNya, sesungguhnya Dia melihatmu.” Lelaki itu berkata lagi:“Beritahukan kepadaku kapan terjadi Kiamat?” Nabi menjawab, ”Yang ditanya tidaklah lebih tahu daripada yang bertanya.” Dia pun bertanya lagi:“Beritahukan kepadaku tentang tanda-tandanya!” Nabi menjawab, ”Jika seorang budak wanita telah melahirkan tuannya; jika engkau melihat orang yang bertelanjang kaki, tanpa memakai baju (miskin papa) serta pengembala kambing telah saling berlomba dalam mendirikan bangunan megah yang menjulang tinggi.” Kemudian lelaki tersebut segera pergi. Aku pun terdiam, sehingga nabi bertanya kepadaku: “Wahai, Umar! Tahukah engkau, siapa yang bertanya tadi?” Aku menjawab, ”Allah dan RasulNya lebih mengetahui,” Dia bersabda, ”Dia adalah Jibril yang mengajarkan kalian tentang agama kalian.” (HR. Muslim).
Dari analisis hadits diatas kita bisa melihat bahwa hadits tersebut memuat sebuah sistem pendidikan yang jika kita fokuskan adalah sebagai berikut:
(Pertama), materi pembelajaran, (dua) metode pembelajaran. Dengan demikian tulisan ini akan memaparkan bagaimana Hadits Jibril dalam prespektif pendidikan dengan fokus utama pada dua tema besar yakni, pertama, materi pembelajaran dalam Hadits Jibril, kedua, metode pembelajaran Nabi ﷺ.
Dalam dunia pendidikan materi pembelajaran menjadi salah satu unsur penting dalam proses pembelajaran. Materi pembelajaran adalah bahan ilmu pengetahuan yang ditetapkan dalam suatu proses pembelajaran.
Menurut Ahmad Tafsir dalam Abdul Majid Khon di Indonesia materi ilmu agama dimaksud Al-Qur’an, hadits, fikih, akhlak, sejarah Islam, dan bahasa arab. Hadits Nabi ﷺ tentunya banyak ditemukan yang menyebutkan materi pembelajaran tersebut sekalipun tidak persisi mengguanakan nama-nama yang ada saat ini.
Namun ada isyarat ke nama-nama tersebut misalnya keimanan, keislamana akhlak, dan lain sebagainya sebagaimana di dalam hadits Jibril. Secara global materi pendidikan ini terdiri dari tiga tingkatan : Islam, iman dan ihsan.
Adapun materi pembelajaran dasar yang bisa kita ambil dalam hadits Jibril yaitu sebagai berikut;
Pertama, keimanan (batiniyah)
Di dalam Hadits Jibril memang tidak secara pasti menyebutkan bahwa iman (keimanan) sebagai materi dari sebuah pembelajaran di sebuah lembaga pendidikan. Namun jika kita perhatikan pada saat ini ada banyak materi akidah akhlak yang diajarkan disemua lembaga pendidikan baik pendidikan dasar sampai perguruan tinggi yang memuat materi tentang iman.
Dan tentunya pendidikan materi keimanan merupakan pendidikan yang vital terhadap anak didik dalam membentuk moral yang baik, sehingga kehidupan anak mempunyai pedoman hidup kuat dan tidak mudah tergoyah oleh berbagai pengaruh sekitarnya.
Dalam hadits Jibril pengertian iman adalah:
أَنْ تؤمن بِاللهِ وَمَلاَئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَتُؤْمِنَ بِالْقَدْرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ.
”Iman adalah, engkau beriman kepada Allah; malaikatNya; kitab-kitabNya; para RasulNya; hari Akhir, dan beriman kepada takdir Allah yang baik dan yang buruk.”
Meski esensi iman itu tasdiq sebagaimana tersebut di atas, namun tidak cukup demikian, iman menuntut lebih dari pengucapan lisan namun juga keyakinan dengan hati dan perilaku konkret sebagai realisasi. Dengan demikian bisa dikatakan bahwa iman adalah kesatuan tiga dimensi yakni pembenaran, pengucapan dan pengamalan.
Ketiga unsur ini harus berjalan serasi dan tidak boleh timpang antara satu sama lainnya. Apa yang dipercaya hendaknya diikrarkan dengan lisan kemudian direalisasikan dengan perbuatan.
Dua, syariat Islam (dzohiriyah)
Secara garis besar, Islam menurut Hadits jibril yaitu;
الإِسْلاَمُ أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لاَإِ لَهَ إِلاَّ اللهُ وَ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ،,وَتُقِيْمُ الصَّلاَةَ, وَتُؤْتِيَ الزَّكَاةَ, وَتَصُوْمَ رَمَضَانَ, وَتَحُجَّ الْبَيْتَ إِنِ اسْتَطَعْتَ إِلَيْهِ سَبِيْلاً.
”Islam adalah, engkau bersaksi tidak ada yang berhak diibadahi dengan benar melainkan hanya Allah, dan sesungguhnya Muhammad adalah Rasul Allah; menegakkan shalat; menunaikan zakat; berpuasa di bulan Ramadhan, dan engkau menunaikan haji keBaitullah, jika engkau telah mampu melakukannya.”
Dari kutipan hadits diatas penulis berpendapat bahwa syariah Islam itu diliputi oleh ibadah amaliah yang kita kenal sekarang fikih, karena di dalamnya mengandung amaliah sehari-hari sepeti shalat, puasa, zakat kemudian haji. Materi fikih adalah materi agama yang sangat penting bagi anak didik dan menjadi materi yang paling utama.
Selain itu materi fikih menjadi salah satu indikator keberhasilan pendidikan agama Islam, jika dikuasai dengan baik berarti pendidikan berhasil, jika tidak dikuasai berarti pendidikan agama tidak berhasil.
Abdul Majid Khon dalam bukunya Hadist Tarbawi mengatakan, agama adalah fikih karena mencakup segala perbuatan manusia dalam kehidupannya setelah beriman. Jika dilihat dari urgensi hukum memag sangat urgen, karena agama memang berisikan hukum.
Oleh karena itu, orang yang paham hukum adalah orang baik, karena hukum inilah yang mengendalikan aspek terjang dan tingkah laku manusia.
Tiga, akhlaq (batiniyah dan lahiriyah)
Hadits Jibril di atas memang tidak secara jelas menggambarkan mengenai materi akhlak, namun disini yang perlu kita garis bawahi adalah ketika Rasulullah ﷺ ditanya mengenai pengertian ihsan yang kemudian beliau menjawab:
أَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ.
“Hendaklah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihatNya. Kalaupun engkau tidak melihatNya, sesungguhnya Dia melihatmu.”
Ihsan adalah akhlak sesungguhnya merupakan buah dari ibadah dan muamalah. Seseorang akan mencapai tingkat ihsan dalam akhlaknya apabila ia telah melakukan ibadah seperti yang menjadi harapan Rasulullah ﷺ dalam hadits yang yang telah dikemukakan sebagaiman hadits di atas.
Jika hal tersebut telah dicapai oleh seorang hamba, maka sesungguhnya itulah puncak ihsan dalam ibadah. Pada akhirnya ia akan berbuah menjadi akhlak atau perilaku, sehingga mereka yang sampai pada tahap ihsan dalam ibdahnya akan terlihat jelas dalam perilaku dan karakternya.
Metode pembelajaran Rasulullah dalam Hadits Jibril
Salah satu komponen penting untuk mencapai keberhasilan pendidikan dalam mencapai tujuan adalah ketepatan metode, sebab tidak mungkin materi pendidikan dapat diterima dengan baik kecuali dengan metode yang tepat. Metode diibartkan sebagai alat yang dapat digunakan dalam suatu proses pencapaian tujuan, tanpa metode, suatu materi pelajaran tidak akan dapat berproses secara efesien dan efektif dalam kegiatan belajar mengajar menuju tujuan pendidikan.
Ada beragam metode pembelajaran yang sering digunakan oleh para pendidik dalam kegiatan belajar-mengajar. Di antaranya adalah metode ceramah, metode tanya-jawab/dialog, metode diskusi, metode sosio-drama (role playing), metode kerja kelompok, metode pemecahan masalah (problem solving), metode karyawisata (field-trip), metode survai masyarakat, dan sebagainya.
Berdasarkan Hadits Jibril penulis hanya memfokuskan kepada satu metode pembelajaran yang tujuannya adalah agar pembahasan mengenai metode ini tidak menyinggung kepada hadits lain. Metode pembelajaran yang dilakukan Nabi ﷺ kepada para sahabat dalam Hadits Jibril lebih cenderung kepada metode hiwar atau yang dikenal dengan metode dialog/ tanya jawab.
Yang dimaksud dengan hiwar adalah percakapan silih berganti antara dua pihak atau lebih melalui tanya jawab mengenai suatu topik yang mengarah pada suatu tujuan. Percakapan ini bisa dialog langsung dan melibatkan kedua belah pihak secara aktif atau bisa juga yang aktif salah satu pihak saja, sedangkan pihak lain hanya merespon dengan perasaan, pengahayatan dan kepribadiannya.
Dengan demikian metode dialog itu cukup efektif & ideal dalam pendidikan. Jika kita perhatikan secara seksama dalam Hadits Jibril bagaimana ketika sebenarnya malaikat Jibril yang mengajarkan kepada Nabi ﷺ mengenai Iman, Islam dan Ihsan namun dalam penyajiannya semuanya dijelaskan oleh Rasulullah secara singkat dan sederhana sehingga para sahabat ketika itu dapat memahaminya dengan jelas, yang kemudian kesemuanya dibenarkan oleh malaikat Jibril.
Hiwar sendiri merupakan metode Nabi ﷺ dalam mengajar para sahabatnya baik langsung maupun tidak langsung. Bahkan, beliau mengharapkan para sahabat untuk bertanya, sampai pada akhirnya malaikat Jibril turun dan berada ditengah-tengah antara para sahabat.
Metode “hiwar” atau dialog bisa dikatakan metode ideal dalam pendidikan karena mempunyai dampak dan keuntungan yang sangat dalam terhadap jiwa pendengar atau pembaca yang mengikuti topik percakapan secara seksama dan penuh perhatian. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal:
-Penyajian topik yang disajikan secara dinamis dan realistis karena kedua belah pihak langsung terlibat dengan pembicaranya secara timbal balik, sehingga tidak membosankan.
-Pembaca atau pendengar tertarik untuk terus mengikuti jalannya percakapan itu dengan maksud untuk mengetahui kesimpulannya.
–Hiwar dapat membangkitkan berbagai perasaaan dan kesan seseorang yaag akan melahirkan dampak pedagogis untuk membantu tumbuhnya ide dalam jiwa serta membantu mengarahkannya pada tujuan akhit pendidikan.
-Mendorong murid lebih aktif dan bersungguh-sungguh.
-Mengembangkan keberanian serta keterampilan siswa dalam menjawab sekaligus mengemukankan pendapat.
-Timbulnya perbedaan pendapat anak didik akan mengahangatkan proses diskusi.
-Pertanyaan dapat melatih anak untuk mengingat & membangkitkan anak menilai suatu kebenaran.*
Alumni hadits di Univeritas Islam Madinah, sekarang mahasiswa pascasarjana di IAIN Syekh Nurjati-Cirebon