Hidayatullah.com—Majelis Kanton Sarajevo, salah satu dari sepuluh kanton di entitas Federasi Bosnia dan Herzegovina yang sebagian besar didominasi oleh Bosniak dan Kroasia, telah memilih untuk mempersingkat pelajaran sekolah di bulan Ramadhan. Hal ini untuk memberikan waktu ekstra bagi siswa dan guru bisa berbuka puasa.
Pelajaran akan dipersingkat hingga 24 April, selama bulan Ramadhan, di mana umat Islam telah melakukan puasa Ramadhan alias tidak makan dan minum dari fajar hingga senja.
Namun Naša Stranka (Partai Kita) menentang langkah tersebut. Partai ini mengkritik keputusan itu dengan mengatakan bahwa “pendidikan tidak dapat menjadi korban agama atau afiliasi lainnya, kolektif atau individu”.
“Afiliasi ini harus dihormati tetapi tidak dengan mengorbankan prinsip penerapan kurikulum dan durasi kelas yang diterima secara umum,” kata NASA Stranka, sambil menambahkan masih ada cara lain untuk menangani situasi tersebut.
Namir Ibrahimovic, Direktur Sekolah Dasar “Safvet Beg Basagic” dari Sarajevo, setuju bahwa hal-hal itu dapat diatur dengan lebih baik dengan “mengganti waktu istirahat, memindahkannya ke waktu untuk mengakhiri puasa, atau menyediakan buka puasa [makan malam] di tempat kerja,” kata Ibrahimovic dikutip BIRN.
Ibrahimovic mengatakan keputusan itu dibuat terlalu cepat, tanpa instruksi yang jelas atau informasi yang tepat. “Pertama, kami tidak tahu berapa banyak pelajar dan profesor yang menjalankan puasa selama Ramadhan dan apakah kami membutuhkan langkah itu. Kedua, kami tidak tahu bagaimana kelas akan dipersingkat, dan apakah hanya pada shift sore atau pagi juga? Kata Ibrahimovic.
Ia mengatakan keputusan itu salah dalam beberapa hal tetapi juga mengirim pesan bahwa “kebiasaan agama lebih penting daripada pendidikan… dan ini akan membuat masyarakat semakin terpolarisasi dan akan memecah belah kita menjadi kelompok yang pro dan yang menentang keputusan ini.”
Inisiatif untuk mempersingkat durasi pelajar didukung oleh 23 dari 27 anggota majelis yang hadir. Di Kosovo, Wali Gjilan/Gnjilane timur, Alban Hyseni, telah mengizinkan staf kota untuk melaksanakan ibadah puasa selama Ramadhan dan pulang kerja satu jam lebih awal.
Kantor wali kota mengatakan kepada BIRN bahwa keputusan tersebut “hanya melegakan [bagi staf administrasi] dengan mempertimbangkan kesulitan mereka saat berpuasa.”
“Hal yang sama juga dipraktikkan tahun lalu dan saya yakin dipraktikkan oleh institusi lain,” kata Besart Selimi, penasihat Wali Kota Gjilan/Gnjilane kepada BIRN.*