Hidayatullah.com—Seorang pria Muslim yang terbunuh dalam kekerasan anti-Islam di desa Puseswali di distrik Satara, Maharashtra, India, pada 10 September, adalah satu-satunya anak dan pencari nafkah dalam keluarga. Korban kekerasan anti-Islam, bernama Nurul Hasan Liyaqat Shikalgar, meninggalkan istrinya yang sedang hamil tujuh bulan.
Serangan kekerasan tersebut dipicu oleh postingan di media sosial yang mengundang kebencian dan menyebabkan sekelompok ekstremis Hindu menyerang masjid tempat Nurul shalat. Ia merupakan salah satu dari 15 korban penyerangan kelompok ekstremis yang hendak membakar masjid.
“Nurul terluka parah dan tidak ada detak jantungnya. Dia dilarikan ke Rumah Sakit Kesejahteraan Krishna di Satara, dan dinyatakan meninggal,” kata paman korban, Shiraj Shikalgar kepada Maktoob Media.
Ayah Nurul, 75 tahun, yang mengajar bahasa Arab di Madrasah setempat, masih belum bisa menerima kematian putranya, sedangkan ibunya, yang juga seorang pensiunan perawat, belum berbicara sejak kematian putranya.
Meski laporan visum masih menunggu keputusan, ahli medis memberi tahu keluarga Nurul bahwa penyebab kematiannya adalah serangan terus menerus di kepala dengan benda berat.
Setelah banyak protes dan desakan dari penduduk desa, polisi mengajukan laporan informasi pertama (FIR) terhadap Vikram Pawaskar dan 27 orang lainnya yang terkait dengan organisasi Sambhaji Bhide, sebuah organisasi politik lokal. Vikram Pawaskar juga merupakan Wakil Presiden Partai Bharatiya Janata (BJP) negara bagian Maharashtra, partai nasionalis sayap kanan India.*