Hidayatullah.com—Pada tahun 2023 ini, Komunitas penulisan dan pengkajian sejarah Jejak Islam untuk Bangsa (JIB) telah berusia 10 tahun. Dalam rangka tasyakur nikmat perjalanan 10 tahun, JIB menggelar acara bertajuk ‘Silaturahim Sejarawan dan Komunitas Muslim’ di Padepokan Sejarah, Sumedang, 7-8 Oktober 2023.
Acara ini dihadiri sejarawan dan berbagai komunitas pegiat literasi dan sejarah dari berbagai kota di Indonesia.
Acara diawali dengan orasi sejarah dua orang sejarawan pembina JIB yaitu Dr. Tiar Anwar Bachtiar dan Syed Alwi Alatas, Ph. D. Dalam orasinya, Alwi Alatas mengawali dengan peran agama Islam yang mendorong gerakan literasi dalam perjalanan peradaban Islam di berbagai kota-kota dunia Islam.
Hadirnya sejarah Islam di Indonesia, menurut dosen sejarah International Islamic University Malaysia (IIUM) ini juga menyumbangkan perkembangan tradisi menulis bagi warga kepulauan Melayu.
Namun, penulisan tersebut dirasa sangat kurang. “Apalagi setelah berlakunya penjajahan menghalangi perkembangan masyarakat dan memarjinalkan catatan-catatan yang ada,” kata doktor sejarah dari IIUM ini.
Karenanya, menurutnya, umat Islam sebenarnya memiliki peranan penting di Indonesia, tetapi kurang tercatat di dalam sejarah.
Oleh karena itu, ia mendorong agar para sejarawan muslim memperkuat otoritas keilmuan sejarah dan melakukan kaderisasi sejarawan. Senada dengan Alwi Alatas, Tiar Anwar Bachtiar menyampaikan bahwa sejarah dibutuhkan bagi negara untuk memperkuat identitasnya. Menurut Doktor Sejarah Universitas Indonesia, pemerintah seharusnya membantu para sejarawan yang telah membantu negara dalam memperkokoh keutuhan bangsa.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Kedua sejarawan tersebut juga mengapresiasi kiprah JIB melalui situs Jejakislam.net dan media sosial yang telah mengedukasi masyarakat tentang sejarah Islam di Indonesia. Hadir dalam acara tersebut filolog naskah Jawa Dr. Susiyanto, Sejarawan Dr. M Isa Anshory, perwakilan guru-guru sejarah, beragam komunitas seperti Sultanate Institute yang fokus meneliti arkeologi Islam, Pimpin Bandung, dan lainnya.*