Hidayatullah.com– Pengadilan di Pakistan mendakwa mantan perdana menteri Pakistan Imran Khan dan wakil ketua partainya dalam kasus berkaitan dengan kerahasiaan negara, kata partainya hari Senin (23/10/2023).
Dakwaan berkaitan dengan sebuah kawat rahasia yang dikirim ke Islamabad oleh Dubes Pakistan di Washington awal tahun lalu, yang mana Imran Khan dituduh membocorkan isinya ke publik.
Khan membantah tuduhan dan mengatakan isi kawat rahasia itu muncul di media dari sumber-sumber lain.
Pengadilan khusus mendakwa Khan dan wakil ketua partainya, mantan menteri luar negeri Shah Mahmood Quershi, kata partainya Pakistan Tehreek-e-Insaf (PTI) kepada media. PTI mengatakan kasus itu akan mulai disidangkan pada hari Jumat, dan pihaknya akan menggugat dakwaan tersebut, lapor Reuters Senin (23/10/2023).
Khan mengatakan kawat rahasia itu merupakan bukti adanya konspirasi oleh Amerika Serikat untuk menekan militer Pakistan agar memakzulkan pemerintahannya lewat parlemen pada 2022, karena dia mengunjungi Moskow tidak lama sebelum Rusia melakukan invasi ke Ukraina.
Baik Amerika Serikat maupun militer Pakistan menyangkal apa yang dikatakan Imran Khan tersebut.
Khan terdepak dari kursi presiden setelah parlemen Pakistan melakukan pemungutan suara untuk memakzulkannya. Khan kemudian mengerahkan massa ke jalan guna memprotes pemakzulannya dan mendesak digelarnya pemilihan umum dini. Dia juga menuding pihak militer – yang selama ini dikenal memiliki pengaruh kuat dalam politik dan pemerintahan Pakistan – ikut menyingkirkan dirinya.
Setelah terdepak dari kekuasaan, Imran khan dihujani puluhan kasus hukum, yang mempersulit langkahnya untuk kembali ke panggung politik.
Sejauh ini dia sudah divonis bersalah dalam satu kasus gratifikasi dan dihukum penjara tiga tahun.
Hukuman dalam perkara itu kemudian ditangguhkan, tetapi Khan masih ditempatkan di dalam sel karena harus menghadapi banyak kasus lainnya, termasuk menyulut aksi kekerasan dan kasus kerahasiaan negara.
Apabila Khan dinyatakan terbukti melanggar UU Kerahasiaan Negara maka dia terancam hukuman penjara hingga 14 tahun atau bahkan hukuman mati, kata para praktisi hukum.
PTI mengatakan persidangan hari Senin digelar di sebuah ruangan di Penjara Adyala, dekat Islamabad, di mana Imran Khan saat ini ditahan. Persidangan digelar tertutup bagi media atau masyarakat umum.
Khan sudah didiskualifikasi dari pemilu karena vonis hukuman dalam kasus gratifikasi, sementara tim kuasa hukumnya berusaha mengeluarkannya dari tahanan dengan jaminan sebelum pemilu digelar awal tahun depan.
Nawaz Sharif, politisi dari partai Liga Muslim Pakistan keturunan Kashmir yang pernah menjabat perdana menteri tiga kali dan merupakan rival berat Imran Khan, hari Sabtu sudah menggelar kampanye. Belum lama ini Sharif kembali dari luar negeri setelah mengasingkan diri selama empat tahun. Dalam kampanyenya politisi dari keluarga kaya raya itu berjanji akan mengatasi inflasi yang selama ini menyusahkan hidup rakyat Pakistan.*