Hidayatullah.com– Pria Jepang pelaku aksi pembakaran sebuah studio anime yang menewaskan 36 orang pada 2019 hari Kamis (25/1/2024) dijatuhi hukuman mati.
Kebakaran besar yang terjadi di studio Kyoto Animation tersebut merupakan kejahatan paling mematikan di Jepang kurun beberapa dekade terakhir dan mengejutkan industri anime serta penggemarnya di seluruh dunia.
Shinji Aoba, sekarang berusia 45 tahun, menerobos masuk ke gedung tersebut, menyiramkan bensin ke seluruh lantai dasar, menyulutnya dengan api dan berteriak “biar mampus” pada pagi hari tanggal 18 Juli 2019, menurut keterangan sejumlah penyintas.
Saat membacakan putusannya, hakim Keisuke Masuda mengatakan tindakan terdakwa yang membakar orang hidup-hidup sungguh sangat tidak manusiawi.
Korban “terjebak di dalam kobaran api dan asap dalam sekejap mata … Mereka meregang nyawa kesakitan sementara studio itu berubah menjadi neraka,” kata hakim seperti dilansir AFP.
Kebanyakan korban masih muda, termasuk di antaranya seorang wanita berusia 21 tahun.
Beberapa korban tewas ditemukan di sebuah tangga spiral menuju ke arah atap, menunjukkan betapa putus asanya mereka berusaha untuk menyelamatkan diri.
“Ada seseorang yang melompat dari lantai dua … tetapi tidak tertolong disebabkan api sangat besar,” kata seorang wanita kepada media setempat kala itu
Lebih dari 30 orang mengalami luka, sementara petugas damkar mengaku belum pernah menghadapi situasi seperti itu sebelumnya dan mengatakan bahwa penyelamatan orang yang terjebak di dalam sebuah bangunan yang sedang terbakar sangat sulit dilakukan.
Jepang merupakan satu dari segelintir negara maju yang masih mencantumkan hukuman mati pada undang-undangnya. Per Desember 2023, ada 107 orang tercantum dalam daftar tunggu eksekusi mati.
Aoba, yang ditangkap tidak jauh dari lokasi kejadian, dikenai lima dakwaan pembunuhan, upaya pembunuhan dan pembakaran. Jaksa meminta hakim agar mengganjarnya dengan hukuman mati.
Pengacaranya mengajukan pengakuan tidak bersalah, dengan alasan Aoba mengalami gangguan kejiwaan, tetapi ditolak hakim.
Aoba meyakini studio itu — yang dikenal oleh para penggemar sebagai KyoAni — mencuri ide-idenya, kata jaksa penuntut.
Tuduhan Aoba itu dibantah pihak studio.
Akibat aksinya Aoba sendiri mengalami luka bakar 90 persen dan baru siuman beberapa pekan setelah kejadian. Kemampuannya untuk berbicara pulih perlahan setelah itu. Dia dikabarkan menjalani 12 operasi bedah akibat luka-lukanya.
Didirikan tahun 1981 oleh pasangan suami-istri, KyoAni dikenal masyarakat Jepang dengan anime-anime hasil produksinya, seperti serial televisi populer “The Melancholy of Haruhi Suzumiya” dan “K-ON!”
Prihatin dengan musibah yang dialami KyoAni, CEO Apple Tim Cook menyampaikan belasungkawa dan masyarakat berhasil menggalang dana $2,4 juta untuk perusahaan itu.
Hideaki Hatta, presiden perusahaan, hari Kamis menyambut baik keputusan hakim.
Di dalam ruang sidang yang dipenuhi anggota keluarga korban, seseorang terdengar menangis sambil menutupi wajahnya, lapor media setempat.
Di luar gedung pengadilan, sekelompok penggemar rela menahan cuaca dingin untuk menantikan putusan hakim.*