Hidayatullah.com—Prancis melancarkan operasi militer untuk membantu aparat yang kewalahan menghadapi wabah coronavirus. Presiden Emmanuel Macron mengumumkan operasi “Résistance” dan Prancis menarik pasukannya dari Iraq.
Operasi militer di dalam negeri itu akan fokus membantu dan mendukung msyarakat, serta aparat dalam menghadapi wabah Covid-19 baik di wilayah Prancis maupun teritorinya di seberang lautan. Demikian diumumkan Macron hari Rabu (25/3/2020), saat mengunjungi sebuah rumah sakit lapangan yang didirikan militer di Mulhouse, bagian timur Prancis, daerah yang sejauh ini paling parah terpapar coronavirus.
Prancis berencana mengerahkan helikopter-helikopter kargo di teritori-teritori seberang lautan, dan telah mengangkut mereka yang sakit dengan pesawat miiter dan pesawat kargo di kawasan Mediterania.
Operasi “Résistance” ini terpisah dari operasi antiterorisme Sentille, yang mengerahkan sekitar 7.000 prajurit di seluruh penjuru Prancis, lapor RFI Kamis (26/3/2020).
Sementara militer fokus bertugas di dalam negeri, pasukan yang dikerahkan di luar negeri akan ditarik pulang, guna meminimalisir potensi terlular coronavirus di Iraq, yang mulai hari Ahad lalu menerapkn kebijakan ketat guna meredam wabah.
Dalam pernyataan hari Rbu, kepala staf AD mengatakan bahwa Prancis akan menangguhkan aktivitas pelatihan di Iraq.
Prancis mengerahkan sekitar 200 personel militer di Iraq, kebanyakan dengan tugas melatih tentara Iraq. Berbasis di pangkalan militer pasukan koalisi di Baghdad, mereka membantu tentara Iraq memerangi sisa-sisa kelompok ISIS alias IS alias Daesh.
Tentara Iraq pekan lalu mengatakan menghentikan sementara operasi latihan mereka, dan bahwa pasukan koalisi untuk sementara akan menarik pasukannya dalam beberapa hari ke depan.
Kepala staf AD Prancis mengatakan sementara pasukan ditarik dari Iraq, Prancis tetap terus memerangi ISIS dengan pasukan yang ditempatkan di pangkalan militer koalisi di Kuwait dan Qatar. Operasi maritim Prancis masih dilakukan di sekitar perairan Suriah, dan dukungan kekuatan udara akan diberikan oleh pasukan yang ditempatkan di Yordania dan Qatar.
Sebanyak 15.000 tentara Prancis yang dikerahkan di kawasan Sahel, Afrika, sebagai bagian dari operasi anti-jihadis “Berkhane” tidak akan ditarik, meskipun kasus coronavirus sudah muncul di Mali, Niger dan Burkina Faso.
Sampai hari Rabu, Prancis mencatat hampir 26.000 kasus terkonfirmasi coronavirus, dengan jumlah kematian di rumah sakit saja mencapai 1.300.*