Hidayatullah.com– Tiga negara di kawasan Afrika Barat yang saat ini dikuasai oleh junta militer sepakat untuk membentuk satu pasukan bersama guna memerangi milisi-milisi Muslim.
Rezim militer Niger, Mali dan Burkina Faso mengumumkan pembentukan pasukan tersebut menyusul pembicaraan di ibu kota Niger, Niamey, lansir BBC Kamis (7/3/2024).
Pimpinan militer Niger Moussa Salaou Barmou mengatakan pasukan itu akan beroperasi sesegera mungkin, tanpa menjelaskan berapa personel kekuatannya.
Kelompok-kelompok bersenjata Muslim yang berafiliasi ke ISIS atau Al-Qaeda hingga saat ini masih merajalela di ketiga negara itu.
Rezim militer di negara-negara tersebut beberapa bulan terakhir semakin erat hubungannya.
September 2023, mereka membentuk pakta pertahanan bersama yang dikenal sebagai Alliance of Sahel States (AES), menarik diri dari gabungan pasukan internasional yang dimotori Prancis G5 yang dibentuk dengan tujuan memerangi kelompok-kelompok Muslim bersenjata di kawasan itu.
Setelah memutus kerja sama keamanan dengan Prancis, ketiga rezim mempererat hubungan dengan Rusia.
Pasukan penjaga perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa di Mali, MINUSMA, yang dikirim untuk menjaga keamanan di kawasan Sahel, pada bulan Desember diminta rezim untuk angkat kaki tanpa mengulur waktu.
Menyusul kudeta militer, status keanggotaan Burkina Faso, Mali dan Niger di blok kerja sama Ecowas ditangguhkan dan mereka dijatuhi sanksi, dengan maksud memaksa militer sesegera mungkin menyerahkan kembali pemerintahan ke tangan sipil. Namun, ketiga rezim justru memutuskan untuk keluar dari blok kerja sama ekonomi regional Afrika Barat itu.
Sebagian sanksi akhirnya dicabut oleh Ecowas yang mengupayakan dialog guna menghindari terjadinya malapetaka peperangan di kawasan Afrika Barat.*