Hidayatullah.com— Nama dokter Diani Kartini, tiba-tiba viral di jagad maya dan dikaitkan dengan adanya dugaan larangan penggunaan hijab di Rumah Sakit Medistra di Jakarta Selatan.
Nama dokter bedah onkologi ini viral setelah surat protesnya yang ditujukan kepada pihak direksi di RS Medistra terkait dugaan larangan hijab kepada tenaga medis (nakes) beredar di jagat maya.
Dalam surat tertanggal 29 Agustus 2024 alumni Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, ini mengabarkan ada dua kerabatnya yang tiba-tiba mendapatkan larangan menggunakan hijab saat proses wawancara kerja di RS Medistra.
“Ada pertanyaan terakhir di sesi wawancara, menanyakan terkait performance dan RS Medistra merupakan RS internasional, sehingga timbul pertanyaan apakah bersedia membuka hijab jika diterima,” tulis Dr. dr. Diani Kartini, SpB Subsp. Onk (K), dalam suratnya yang viral tersebut, dikutip Senin (2/9/2024).
“Jika RS Medistra memang RS untuk golongan tertentu, sebaiknya jelas dituliskan saja kalau RS Medistra untuk golongan tertentu sehingga jelas siapa yang bekerja dan datang sebagai pasien,” demikian dalam suratnya yang viral.
Alumni spesialis bedah di FK Universitas Gadjah Mada (UGM) tahun 2006 sangat menyayangkan di zaman seperti ini masih ada larangan berhijab untuk bekerja. Ia bahkan menilai, pelarangan seperti ini adalah tindakan rasis.
“Sangat disayangkan sekali dalam wawancara timbul pertanyaan yang menurut pendapat saya ada rasis,” ujarnya. “Apakah ada standar ganda cara berpakaian untuk perawat, dokter umum, dokter spesialis dan subspesialis di RS Medistra?,” tambah dia.
Kepada Republika Online, dr Diani membenarkan surat tersebut memang dia tulis dan telah serahkan salinan halusnya (soft copy) kepada RS Medistra. “Memang benar itu tulisan keberatan saya ke manajemen Medistra,” kata dia, Ahad (1/9/2024).
Surat tersebut, ditulis dengan harapan pihak rumah sakit tersebut lebih membuka terkait dengan persoalan hijab untuk perawat dan dokter. Menyikapi kasus ini, dr Diani bersikap keras dan langsung memutuskan keluar sambil menyerahkan surat protesnya ke pihak Direksi Medistra.
“Dan saya juga langsung keluar tidak bekerja di Medistra lagi setelah peristiwa itu, tepatnya kemarin, Sabtu 31 Agustus 2024,” ujar dia.*
Meski menyatakan muncur, Diani Kartini mengaku tidak menyesali hal ini. Iya yakin jalan rezeki lain akan diberikan Allah sebagai gantinya.
“Dan saya juga langsung keluar tidak bekerja di Medistra lagi setelah peristiwa itu. Tidak perlu menyesal Insya Allah rezeki ada di mana pun,” katanya.*
Di bawah ini isi suratnya;
Yth. Manajemen RS Medistra 29 Agustus 2024
Selamat Siang para Direksi yang terhomat.
Saya ingin menanyakan terkait persyaratan cara berpakaian di RS Medistra.
Beberapa waktu lalu, asisten saya dan juga kemarin kerabat saya mendaftar sebagai Dokter Umum di RS Medistra. Kebetulan keduanya menggunakan hijab. Ada pertanyaan terakhir di sesi wawancara.
Menanyakan terkait performance dan RS Medistra merupakan RS Internasional, sehingga timbul pertanyaan Apakah bersedia membuka Hijab jika diterima.
Saya sangat menyayangkan jika di zaman sekarang masih ada pertanyaan RASIS. Dikatakan RS Medistra berstandar Internasional tetapi kenapa masih RASIS seperti itu?
Salah satu RS di Jakarta Selatan, jauh lebih ramai dari RS Medistra, memperbolehkan semua pegawal (baik Perawat, Dokter Umum, Spesialis dan SubSpesialis menggunakan hijab).
Jika RS Medistra memang RS untuk golongan tertentu, sebaiknya jelas dituliskan saja kalau RS Medistra untuk golongan tertentu sehingga jelas siapa yang bekerja dan datang sebagai pasien.
Sangat disayangkan sekal dalam wawancara timbul pertanyaan yang menurut
pendapat saya adalah RASIS.
Apakah ada STANDAR GANDA cara berpakaian untuk Perawat, Dokter Umum, Dokter Spesialis dan SubSpesialis di RS Medistra??
Terima Kasih atas perhatiannya.
Hormat saya,
Dr. dr. Diani Kartini, SpB Subsp. Onk (K)