Hidayatullah.com– Niger mengundang perusahaan-perusahaan Rusia untuk melakukan investasi langsung di pertambangan uranium dan produksi sumber daya alam lainnya, menyusul ambruknya hubungan dengan bekas negara penjajahnya Prancis dan mengusir perusahaan nuklir raksasa Prancis Orano.
Menyusul kudeta militer Juli 2023, yang melengserkan Presiden Mohamed Bazoum, junta militer Niger mengambil langkah-langkah untuk mendefinisikan kembali kemitraan internasionalnya.
Pada 8 November, Menteri Pertambangan Ousmane Abarchi mengumumkan bahwa Niger secara aktif berupaya menarik investasi Rusia dalam sektor pertambangan uranium dan sumber daya alam lainnya.
Abarchi menegaskan bahwa beberapa perusahaan Rusia sudah mengutarakan minatnya untuk mengeksplorasi peluang pertambangan di Niger.
Dalam wawancara dengan kantor berita Rusia Ria Novosti, Arbachi berkata, “Kami telah bertemu dengan perusahaan-perusahaan Rusia yang tertarik untuk datang untuk mengeksplorasi dan mengeksploitasi sumber daya alam Niger … bukan hanya uranium.”
“Sehubungan dengan perusahaan Prancis, pemerintah Prancis – melalui kepala negaranya – mereka mengatakan tidak mengakui otoritas Niger,” kata Arbachi, seperti dilansir RFI Rabu (13/11/2024).
“Apakah mungkin dalam keadaan seperti itu kami, Negara Niger, membiarkan perusahaan-perusahaan Prancis terus mengeksploitasi sumber daya alam kami?”
Ketegangan antara Prancis dan Niger meningkat setelah keputusan junta militer mencabut izin operasi Orano di tambang uranium Imouraren pada bulan Juni tahun ini, menyusul sikap Paris yang mengecam junta Niger.
Deposit uranium di Imouraren merupakan salah satu yang terbesar di dunia, dan itu menjadi alasan mengapa selama ini Prancis berminat berinvestasi di Niger.
Sejak menanamkan uangnya pada awal 2000-an, Orano sudah menggelontorkan dana lebih dari €1 miliar untuk mengeruk uranium Niger.
Negara Afrika kaya sumber daya alam tetapi penduduknya miskin itu berharap dapat merevitalisasi sektor pertambangannya di bawah pemerintahan baru. Niger bertekad untuk merombak peraturan mengenai investasi asing.
Junta militer berusaha memusatkan pengelolaan sumber daya ke tangan negara, sama seperti negara-negara tetangganya di kawasan Sahel, yang sudah muak dengan negara bekas penjajah mereka Prancis.
Awal bulan ini, Niger juga menandatangani kesepakatan dengan perusahaan Rusia Glavkosmos untuk mendapatkan satelit berteknologi canggih. Niger berharap dapat mengorbitkan tiga satelit altitude tinggi dalam waktu empat tahun, guna memperkuat keamanan negaranya.
Menteri Komunikasi Niger Sidi Mohamed Raliou kala itu menekankan kepentingan strategis dari satelit komunikasi, penginderaan jarak jauh, dan kemampuan pertahanan, yang semakin memperkuat hubungan teknologi Niger dengan Rusia.*