Hidayatullah.com — Matahari membingkai pagi. Udara cerah. Padahal, beberapa hari ke belakang turun hujan.
Tampak beberapa santri memakai gamis putih mulai beraktivitas. Kemudian mereka berkumpul. Tampak raut wajahnya masih menyimpan duka. Sebab, asrama yang selama ini ditempati ludes dilahap si jago merah.
Pada kesempatan tersebut, 4 November lalu, Yayasan Wakaf Al Quran Suara Hidayatullah (YAWASH) membagikan al Qur’an dan sarung dari para pewakaf.
“Terima kasih atas pemberian al-Qur’an dan sarungnya, saya senang sekali,” kata Azzam, santri kelas 5 SD ini.
“Al-Qur’an dan sarungnya sangat bermanfaat bagi kami,” ujar Suhail, santri kelas 4 SD menimpali.
Sementara itu, Ustadz Amrozi, ketua Yayasan Al Islam Hidayatullah Jembrana, Bali pun mengungkapkan rasa syukur dan terima kasihnya.
“Alhamdulillah, masya Allah. Kami mengucapkan terima kasih kepada Yayasan Wakaf Al Quran Suara Hidayatullah atas bantuan al-Qur’an dan sarungnya. Jauh-jauh sudah berkenan datang ke tempat kami,” katanya.
“Insya Allah bantuannya sangat bermanfaat bagi kami,” imbuhnya.
Ustadz Amrozi pun turut mendoakan, “Semoga Allah membalas kebaikan para pewakaf dengan pahala yang terus mengalir dan menjadi bekal di akhirat kelak,” ujarnya.
Seperti yang diketahui bahwa musibah kebakaran terjadi pada siang hari di kampus Pondok Pesantren Hidayatullah, Kelurahan Lelateng, Kecamatan Negara, Kabupaten Jembrana, Provinsi Bali pada 24 September 2021 lalu.
Menurut Ustadz Amrozi, bangunan yang terbakar adalah bangunan dua lantai yang sebagian berbahan kayu. “Lantai satu digunakan untuk gudang dan lantai dua digunakan untuk tempat tidur santri,” paparnya.
Sejumlah santri tampak syok melihat bangunan yang mereka biasa tempati nyaris habis dilahap api,” ujarnya.
“Alhamdulillah, beruntung tidak ada korban jiwa,” ucapnya.
“Musibah itu datang tanpa diduga, ini ujian dari Allah. Semoga ada hikmah di balik musibah ini,” ungkapnya lirih.
Pondok Pesantren Hidayatullah Jembrana didirikan tahun 2014. Luasnya 800 meter persegi.
Saat ini santri yang mondok berjumlah 11 orang. Sedangkan santri TPQ dari masyarakat sekitar sebanyak 35 orang. Mereka dibimbing dan diajar oleh 3 orang guru.*