Hidayatullah.com–Para peserta Sekolah Pemikiran Islam (SPI) #IndonesiaTanpaJIL menghadiri perkuliahan kesepuluh pada Kamis (07/05/15) di diadakan di bilangan Kalibata, Jakarta, dengan tema “Konsep Gender”.
Pada perkulihan kali ini, materi disampaikan oleh Akmal, M.Pd.I.
Masalah konsep gender memiliki banyak turunan yang kompleks, antara lain feminisme. Feminisme sendiri menimbulkan banyak permasalahan, diantaranya adalah masalah hancurnya keluarga.
“Feminisme menjauhkan perempuan dari keluarga dan membuat mereka menganggap bahwa kewajiban-kewajiban seorang istri dan ibu adalah penindasan. Anggapan itu sangatlah menunjukkan ketidakfahaman mereka terhadap kemuliaan mereka sebagai permepuan.”
Akmal mengingatkan, menjadi seorang ibu bukan profesi yang dapat disepelekan. Seorang Ibu haruslah intelek. Intelektualitas yang dimaksud bukan hanya tercermin dari gelar kesarjanaan saja melainkan ilmu pengetahuan yang dimiliki agar dapat mendidik anak sehingga mereka memiliki cara berpikir dan adab yang baik.
Mendidik anak, tentu saja, bukan pekerjaan yang dapat dilakukan tanpa ilmu.
“Memelihara ayam saja ada ilmunya, harus menambah pengetahuan dengan banyak baca buku, meminta nasihat dari para ahlinya, bahkan ikut seminar. Demikian juga menjadi ibu yang baik, banyak ilmunya. Maka, kaum ibu yang intelek adalah kebutuhan umat yang sangat urgen,” ujarnya lagi.
Kuliah kali ini mendapat sambutan positif dari peserta SPI. “Feminisme adalah pemikiran yang sangat berbahaya karena bercorak sekularis, mementingkan duniawi, serta menyalahi kodrat perempuan, yaitu mengabaikan kewajibannya untuk keluarga. Asumsi-asumsi yang mereka gunakan justru menjatuhkan perempuan,” ungkap Leni Hindayani, salah satu peserta SPI angkatan kedua.
Kini, sudah banyak pemikir feminis di tengah-tengah umat Muslim. Karena itu, sudah selayaknya bagi para Ibu dan juga para calon ibu untuk memiliki jiwa dan pemikiran intelek sebagai bentuk pendidikan dasar untuk anak-anak mereka.*/Havisinah