Hidayatullah.com—Al-Quran telah dengan jelas menyebutkan kelompok-kelompok yang terus akan memusuhi agama Islam. Mereka adalah kelompok yang hidup di tengah kita.
“Surat Al Baqarah Ayat 120 telah sangat jelas menunjukkan pada umat Muslim siapa saja yang memusuhinya” ujar Akmal Sjafril Kepala Sekolah Pemikiran Islam (SPI) Pusat saat membuka Kelas Online Pemikiran Intensif (Komik Intensif) Ghazwul Fikr pekan ke-3 pada ahad malam (2/8/2020).
Menurutnya, ada hal yang membuat musuh ridho terhadap kita sebagai Muslim, yaitu ketika kita mengikuti jalan mereka yang sesat. Mereka adalah kaum terdahulu yang gagal dalam menjalankan amanah dari Allah.
Berkaca dari sejarah, dahulu ketika penjajah Belanda tiba di Nusantara mereka mendapati bahwa mayoritas masyarakat di Nusantara beragama Islam. Belanda tidak berani mencampuri urusan agama Islam hingga Snouck Hurgronje memberitahukan taktiknya.
Orientalis asal Belanda itu memberi masukan kepada pemerintah kolonial agar umat Islam dibiarkan beribadah, asal tak berpolitik. Serta diberi pendidikan kecuali pendidikan agama. Kalau perlu beri iming-iming harta, tahta, wanita.
“Itu semua dilakukan demi menghabisi nilai-nilai Islam dari masyarakat, sekaligus mendapatkan loyalis pemerintah kolonial,” ujar Akmal.
Itulah sebabnya M. Natsir menjabarkan tiga metode melemahkan umat Islam. Pertama melalui pemurtadan atau kristenisasi, kedua melalui sekularisasi dimana agama dipisahkan dari sendi kehidupan masyarakat dan ketiga nativisasi dimana budaya pra Islam kembali diperkenalkan.
Dari dalam tubuh umat Islam sendiri, terdapat golongan yang selalu berupaya menggerus nilai-nilai Islam bahkan membelokkan sejarah Islam.
Kelas daring yang memanfaatkan aplikasi Zoom ini, disimak oleh 80-an peserta dari seluruh Indonesia bahkan tercatat ada peserta berdomisili di Singapura. “Kajiannya bagus, jelas, membuka wawasan bahwa perang pemikiran itu nyata sering kita hadapi, sehingga kita perlu belajar dan mempersiapkan diri untuk menghadapinya” ujar Vierda, ibu rumah tangga yang berdomisili di Singapura.
Widyastanto, seorang profesional muda asal Jakarta turut berkomentar bahwa media sosial kini menjadi salah satu medan perang pemikiran dalam usaha menghancurkan Islam. Mudah mudahan kita semakin terlatih mengkritisi propaganda beracun kaum liberalis dan feminis.
“Selain harus banyak membaca, kita harus cerdas dan berani memerangi mereka. Ibarat cerita silat, tingkatkan hawa pembunuh kita di hadapan mereka”, pungkas Akmal sekaligus menutup kajian.*/kiriman Taufik